OCD atau Obsessive Compulsive Disorder (Gangguan Obsesif Kompulsif) adalah jenis gangguan kecemasan yang sudah tidak asing [1].
OCD adalah jenis gangguan mental yang ditandai dengan perilaku berlebihan penderitanya dalam melakukan tindakan tertentu secara berulang kali [1].
Obsesi atau dorongan yang timbul dalam diri penderita tidak dapat dikontrol sehingga untuk meredakan kecemasan karena hal tersebut, penderita harus melakukan sesuatu secara berkali-kali [1].
Rupanya, tidak hanya ada OCD secara umum, tapi juga terdapat kondisi perinatal OCD yang berkaitan dengan kehamilan dan pasca persalinan [2,3].
Daftar isi
Pengertian Perinatal OCD
Perinatal OCD adalah OCD yang dialami oleh wanita semasa hamil atau usai melahirkan [2,3].
Kecemasan dan kekhawatiran terkait kondisi ini seringkali berkaitan dengan keadaan bayi di dalam kandungan yang bermasalah atau keadaan bayi setelah lahir yang kurang baik [2,3].
Seperti OCD, perinatal OCD ditandai dengan obsesi, pikiran, gagasan, dan visualisasi yang tidak penderita inginkan namun tidak dapat dikendalikan [1,2,3].
Hal itu diikuti dengan dorongan bawah sadar sehingga penderita kemudian melakukan tindakan tertentu agar kecemasan yang berkaitan dengan dorongan tersebut mereda [1,2,3].
Dalam hal OCD, salah satu contoh yang paling kerap dijumpai adalah kekhawatiran rumah terbakar memicu seseorang untuk mengecek apakah kompor sudah dimatikan dengan benar hingga berkali-kali sebelum pergi [4].
Sementara untuk kasus perinatal OCD, ibu hamil yang mengidap kondisi ini mengalami kekhawatiran bahwa janin bermasalah di dalam kandungan atau bayi setelah lahir rupanya memiliki kelainan atau penyakit tertentu [5].
Pikiran tersebut bersifat obsesif dan disertai dengan dorongan untuk melakukan tindakan kompulsif agar pikiran negatif bisa segera hilang [2,3,4,5].
Salah satu contoh dari perilaku kompulsif pada penderita perinatal OCD adalah seorang ibu yang rela bersih-bersih sangat lama dan mensterilisasi barang berkali-kali karena ketakutan berlebih bahwa bayi bisa terkena kuman atau infeksi bakteri dan berpotensi jatuh sakit [5].
Penyebab Perinatal OCD
Penyebab perinatal OCD belum diketahui pasti sampai sekarang, baik saat hamil maupun usai bersalin [2,3].
Hanya saja, terdapat sejumlah faktor yang diketahui mampu meningkatkan risiko wanita hamil dan pasca melahirkan untuk menderita perinatal OCD [2,3].
Berikut adalah beberapa kemungkinan yang mendasari timbulnya perinatal OCD [2,3] :
- Memiliki sifat yang terorganisir dan suka dengan kerapian.
- Memiliki pengalaman kurang menyenangkan, baik dalam persalinan sebelumnya atau bahkan pernah keguguran.
- Memiliki anggota keluarga yang menderita OCD.
- Memiliki riwayat OCD sebelum hamil.
- Mengalami stres berat dalam waktu lama.
- Mengalami dorongan alami (secara naluri) untuk memberikan perlindungan dan keamanan pada janin (selama hamil) atau bayi (setelah melahirkan).
Tanda dan Gejala Perinatal OCD
Kehamilan maupun pasca melahirkan adalah dua keadaan yang memang mengkhawatirkan.
Kesalahan sedikit saja yang ibu lakukan bahkan bisa membahayakan janin ataupun bayi yang baru lahir.
Sangat dimengerti bila para ibu hamil ataupun ibu baru melahirkan memrioritaskan janin atau bayinya.
Sebagai sosok ibu yang baik pun pasti akan mengusahakan segala cara untuk melindungi anak dan menjamin keamanannya.
Namun, upaya tersebut kemudian menjadi kurang dapat dibedakan dari kondisi perinatal OCD.
Sebagai contoh, berikut ini adalah hal-hal yang para ibu lakukan dan alami sebagai tanda mengidap perinatal OCD [5].
- Membersihkan perlengkapan bayi secara berulang kali (walaupun sebenarnya sudah cukup bersih).
- Membersihkan perlengkapan rumah tangga lainnya yang juga digunakan untuk mengurus bayi.
- Memeriksa bayi saat sedang tidur berkali-kali.
Ketiganya adalah perilaku atau tindakan perinatal OCD yang didasari oleh kekhawatiran berlebih [3,5].
Ketika melakukan tindakan sterilisasi dan pembersihan berulang-ulang pada perlengkapan bayi dan rumah tangga, biasanya sang ibu memiliki pikiran obsesif terhadap kesehatan si kecil [3,5].
Kecemasan bahwa anak mudah tertular penyakit serius karena pemakaian perlengkapan bayi atau rumah tangga yang kurang bersih adalah hal yang mendasari tindakan berlebihan itu [3,5].
Ketika memeriksa bayi yang sedang tidur berulang kali, artinya sang ibu berpikiran obsesif terkait keselamatan si kecil [3,5].
Kecemasan bahwa bayi ditinggal tidur sendiri lalu bisa terjatuh, terluka, berhenti bernapas, atau mengalami bahaya lainnya menjadi alasan dibalik tindakan ibu tersebut [3,5].
Apakah perinatal OCD umum terjadi pada wanita hamil atau pasca melahirkan?
Perinatal OCD bukan kasus yang sering dijumpai namun juga bukan kondisi langka [6].
1 dari 100 wanita mengalami perinatal OCD di masa kehamilannya [6].
Risiko perinatal OCD lebih tinggi terjadi pada wanita pasca melahirkan daripada saat masih hamil [6].
2-3 dari 100 wanita mengalami perinatal OCD di tahun pertama pasca melahirkan [6].
Cara Mengatasi Perinatal OCD
Saat menyadari bahwa ibu mengalami gejala yang mengarah pada perinatal OCD, beberapa penanganan mandiri ini bisa dilakukan [2,3] :
- Menghindari asupan yang dapat berbahaya bagi janin (termasuk aktivitas merokok dan minum alkohol).
- Belajar untuk menerima pikiran obsesif yang memicu tindakan kompulsif; hal ini bisa dilakukan dengan menulis jurnal dan membacanya kembali.
- Tidak perlu menghindar, merasa bersalah ataupun merasa malu untuk pikiran-pikiran obsesif yang selama ini timbul; tenangkan hati dan pikiran saat hal tersebut muncul.
- Berbagi perasaan dan bertukar pikiran dengan pasangan, keluarga atau sahabat akan sangat membantu mengurangi beban kecemasan.
Apabila penanganan mandiri dirasa tidak cukup dan kurang efektif, mendatangi psikolog adalah keputusan tepat [2,3].
Psikoterapi dapat ditempuh oleh pasien; apabila memang diperlukan, pasien juga akan diberi obat-obatan resep dokter supaya pemulihan lebih aman (khususnya bagi ibu hamil) [2,3].