Bayi Sering Kentut Tapi Tidak Buang Air Besar: Penyebab dan Cara Mengatasi

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Saat bayi mengeluarkan kentut tapi jarang buang air besar (BAB), orang tua dapat menjadi khawatir, terutama orang tua yang baru pertama kali memiliki buah hati. Kondisi ini sebenarnya normal terjadi karena bayi baru menyesuaikan diri dengan sistem pencernaan[1, 2].

Terkadang bayi bahkan bisa tidak buang air besar sama sekali selama beberapa hari. Sehingga orang tua sering kali menduga bayi mengalami konstipasi atau penyakit lain[2].

Meski terdapat kemungkinan bahwa dugaan tersebut benar, namun ada kemungkinan lain bahwa kondisi bayi tergolong normal[1, 2, 3].

Berikut beberapa hal yang perlu diketahui ketika bayi sering kentut tanpa buang air besar.

Seberapa Sering Bayi Buang Air Besar?

Frekuensi buang air besar bayi berubah-ubah seiring usianya[2, 3, 4]:

  • Bayi yang baru lahir akan sering mengeluarkan air besar meconium selama 24-48 jam setelah kelahiran. Feses (tinja) bayi dapat mengalami perubahan warna pada hari keempat.
  • Mulai hari ke-5 atau 6, bayi dapat buang air besar setelah setiap kali diberi susu. Frekuensi buang air dapat berbeda-beda, mulai dari 4 hingga 12 kali per hari. Tekstur feses biasanya lembut dan berair, dengan warna kekuningan, kuning-hijau, atau kecokelatan.
  • Bayi berusia 1 bulan rata-rata buang air besar 4 kali per hari. Bayi yang diberi ASI biasanya buang air besar setelah menyusu. Kadang bayi dapat tidak buang air besar selama beberapa hari karena usus bayi menyerap semua komponen dalam ASI, sehingga hanya terdapat sedikit sisa pencernaan atau sama sekali tidak ada.
  • Bayi berusia 2 bulan rata-rata buang air besar 1 kali per hari, atau bisa juga lebih dari 1 kali per hari.
  • Saat berusia 3 bulan, bayi yang diberikan ASI eksklusif (tanpa diberikan susu atau makanan lain) dapat tidak buang air besar hingga 5-10 hari. Pada usia ini bayi tumbuh dengan cepat dan mencerna semua yang dikonsumsi. Meski jarang buang air besar, biasanya feses bayi berukuran besar, lunak, dan mudah dikeluarkan. Kondisi ini dapat berlanjut hingga bayi diperkenalkan pada makanan padat.
  • Bayi yang diberikan susu formula dapat buang air besar lebih banyak atau lebih sedikit setiap harinya dibandingkan bayi dengan ASI eksklusif.

Terdapat beragam faktor yang mempengaruhi seberapa sering bayi buang air besar dalam kondisi sehat. Selama bayi diberikan asupan secara normal dan mengalami peningkatan berat badan (0,45-1 kg per bulan), frekuensi buang air besar tidak perlu dikhawatirkan[3].

Penyebab Bayi Sering Kentut Tapi Tidak Buang Air Besar

Penyebab Bayi Sering Kentut

Kentut merupakan cara tubuh untuk mengeluarkan gas dan meringankan perut kembung. Semua orang mengalami kentut, termasuk bayi. Namun terkadang terdapat beberapa alasan yang menyebabkan bayi lebih sering kentut daripada orang dewasa, meliputi[3, 5]:

  • Sistem pencernaan yang belum matang

Sistem pencernaan pada bayi baru berkembang dan belum memiliki cukup bakteri baik untuk membantu proses pencernaan. Beberapa bayi dengan jumlah gas normal dapat lebih sensitif terhadap gas, sehingga perlu mengeluarkan kentut lebih sering.

  • Menelan udara

Bayi dapat menelan udara ketika diberi susu atau makan, dan saat menangis. Cara memberi susu pada bayi dapat menyebabkan perbedaan pada jumlah gas yang perlu dikeluarkan.

Adanya gelembung dan posisi ketika memberi susu dengan botol perlu diperhatikan. Setelah mengocok susu formula, biarkan mengendap sebelum diberikan pada bayi untuk mengurangi adanya gelembung udara.

Ketika memberikan susu dengan botol bayi, pastikan bagian dot penuh dengan susu. Perhatikan juga cara memegang botol, sehingga dot tidak mengandung udara yang dapat ikut tertelan oleh bayi.

Pada bayi yang menyusu ASI ibu secara langsung, bayi dapat menelan udara jika mengunci dengan longgar dan menyedot udara saat menyusu lama. 

  • Sensitif atau intoleransi pada makanan

Jenis susu dan makanan yang diberikan pada bayi dapat mempengaruhi kadar gas dalam tubuh. Beberapa bayi sensitif atau intoleran terhadap susu formula tertentu. Hal ini dapat menimbulkan lebih banyak gangguan pada sistem pencernaan bayi yang sensitif, menimbulkan lebih banyak gas dan lebih sering kentut.

Bayi juga dapat menjadi sering kentut jika diberikan makanan padat, vitamin, jus atau makanan selain susu formula/ASI. Oleh karena itu, dianjurkan untuk tidak memberikan makanan selain ASI atau susu formula sebelum bayi berusia 6 bulan.

Selain itu, ASI dapat mengalami perubahan bergantung pada apa yang dimakan ibu. Perubahan diet ibu dapat mengarah pada perubahan dalam pencernaan bayi dan masalah gas.

  • Sering menangis

Kadang bayi dapat menangis berkali-kali sepanjang hari. Bayi dapat lebih sering menangis ketika mengalami masalah pencernaan dan gas yang menimbulkan rasa tidak nyaman. Saat rewel dan sering menangis, bayi dapat menelan lebih banyak udara, sehingga akan lebih sering kentut.

  • Kurang gerak

Bayi menghabiskan lebih banyak waktu untuk tidur. Bayi juga belum mampu melakukan banyak gerakan sendiri. Sementara saluran pencernaan memerlukan gerakan tubuh untuk membantu mendorong gas keluar. Kurangnya gerak yang dilakukakn mengarah pada menumpuknya gas dalam perut bayi, yang mana akan menimbulkan kentut.

  • Obat

Penggunaan obat atau suplemen dapat menyebabkan perubahan pada pencernaan bayi, yang mana dapat menimbulkan lebih banyak gas dan kentut. Penggunaan obat atau suplemen oleh ibu menyusui juga dapat mempengaruhi pencernaan bayi.

Bayi dapat mengalami kecemasan dan stress seperti orang dewasa. Kecemasan dapat timbul dari diri bayi atau mengikuti kondisi orang di sekitarnya. Kecemasan dapat mengakibatkan bayi sering kentut.

Sariawan ialah infeksi jamur yang kadang dialami bayi pada mulut dan menyebabkan masalah gas. Gejala thrush meliputi luka pada lidah, kemerahan dalam mulut, ruam popok, dan kerewelan.

  • Konstipasi

Bayi umumnya tidak mengalami konstipasi. Akan tetapi konstipasi dapat terjadi pada beberapa bayi, terutama jika bayi diberikan susu formula atau mulai diberi makanan padat. Jika bayi sering kentut, sebaiknya periksa kembali kapan terakhir kali bayi buang air besar.

Bayi yang diberikan ASI eksklusif kadang tidak buang air besar selama beberapa hari. Jika feses masih lembut dan lembap, maka kondisi bayi normal. Konstipasi ditandai dengan feses yang keras dan kering.

Risiko Konstipasi pada Bayi

Bayi terkadang dapat mengalami konstipasi. Diperkirakan 30% dari anak-anak mengalami konstipasi dengan sangat sering. Kondisi ini dapat menyebabkan bayi menghasilkan kentut tapi tidak buang air besar. Konstipasi ditandai dengan feses yang keras[1].

Namun bayi juga dapat menghasilkan banyak kentut tanpa mengalami konstipasi. Selain itu, terdapat perbedaan risiko konstipasi, bergantung pada jenis makanan bayi[2].

  • Bayi yang diberikan ASI eksklusif

Bayi yang diberikan ASI eksklusif hampir tidak pernah mengalami konstipasi karena ASI lebih mudah dicerna daripada susu formula. Bayi yang tidak buang air besar kemungkinan disebabkan karena bayi tengah melalui masa pertumbuhan sehingga menyerap semua yang dikonsumsi[1, 2, 4].

Pada usia sekitar 4 minggu, sistem pencernaan bayi mulai matang dan biasanya bayi menjadi lebih jarang buang air besar, terutama jika diberikan ASI eksklusif[2].

Kemungkinan lain bayi tidak buang air besar disebabkan oleh perubahan pada ASI. Sekitar 6 minggu setelah kelahiran, ASI mengandung sedikit atau tidak ada lagi protein kolostrum. Protein ini membantu perkembangan sistem imun bayi dan memiliki fungsi laksatif (memperlancar buang air besar)[1].

  • Bayi yang diberikan susu formula

Bayi yang diberikan susu formula memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami konstipasi. Hal ini dikarenakan susu formula lebih sulit untuk dicerna dibandingkan air susu ibu[2].

Kandungan protein dalam susu formula berukuran lebih besar daripada protein dalam ASI. Sehingga bayi yang diberikan susu formula buang air besar secara rutin dan tidak menghabiskan beberapa hari tanpa buang air besar[2].

Bayi yang diberikan susu formula dapat banyak mengeluarkan kentut karena mereka akan menelan udara ketika diberi susu atau ketika jenis susu formula diganti. Sistem pencernaan bayi yang baru berkembang dapat lebih pilih-pilih[1].

Beberapa bayi secara normal sering mengeluarkan kentut dan hal tersebut bukan merupakan masalah ataupun gangguan yang perlu ditangani. Jika bayi sering kentut dan tidak menunjukkan gejala konstipasi atau masalah lain, maka bukan kondisi yang perlu dikhawatirkan[1].

  • Bayi yang diberikan makanan padat

Ketika bayi mulai mengkonsumsi makanan padat, mereka dapat menjadi sering kentut tanpa buang air besar lagi. Memperkenalkan makanan padat dan jenis makanan baru pada bayi dapat menyebabkan sedikit cegukan pencernaan[1, 4].

Sebaiknya bayi dikenalkan pada jenis makanan baru secara perlahan. Dengan demikian kita dapat menunjukkan dengan tepat makanan yang menyebabkan kentut berlebih atau masalah buang air besar[1].

Gejala Konstipasi pada Bayi

Jika bayi sering mengeluarkan kentut tapi tidak buang air besar, orang tua dapat memeriksa ada tidaknya gejala konstipasi, seperti[1]:

  • Pada bayi yang baru lahir: feses padat kurang dari satu kali sehari dan kesulitan mengeluarkannya
  • Pada bayi yang lebih tua: feses padat lebih jarang dari 7 hari sekali untuk bayi yang diberi ASI eksklusif dan 4 hari sekali untuk bayi yang diberi susu formula.
  • Rewel atau sering menangis
  • Penurunan nafsu makan
  • Adanya darah pada feses
  • Sakit perut, jarang buang air besar
  • Severe straining atau berubah merah tanpa buang air besar
  • Feses kecil dan keras
  • Feses kering dan berwarna gelap

Bayi Baru Lahir Tidak Buang Air Besar

Jika tidak buang besar terjadi pada bayi yang baru lahir, maka terdapat tiga kemungkinan penyebabnya[2]:

  • Kondisi normal

Bayi yanag baru lahir dan mengeluarkan mekonium (substansi hijau gelap) biasanya tidak buang air besar dengan sering selama beberapa hari pertama. Hal ini dikarenakan bayi belum banyak makan. Tapi setelah 5-6 hari, bayi yang baru lahir biasanya akan buang air besar beberapa kali per hari.

  • Bayi kentut tapi tidak buang air besar

Bayi yang baru lahir tidak buang air besar tapi mengeluarkan kentut merupakan kondisi yang umum. Kecuali jika bayi menunjukkan tanda-tanda konstipasi atau penyakit tertentu, kemungkinan besar kondisi ini termasuk normal bagi sistem pencernaan bayi yang belum matang.

Bayi akan lebih sering kentut daripada buang air besar. Selain itu bayi dapat mengejan untuk buang air besar, meski feses yang dihasilkan lunak. Kondisi ini tidak perlu dikhawatirkan, kentut berarti bahwa usus bayi berfungsi baik.

Baik pada bayi yang diberikan ASI eksklusif maupun susu formula, penting bagi orang tua untuk mengetahui ketika bayi mulai mengalami masalah konstipasi serta apakah bayi mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama setelah lahir.

Jika keluarnya mekonium tertunda dan bayi telah mengalami konstipasi sejak lahir, terdapat kemungkinan bayi mengalami penyakit Hirschsprung. Kondisi ini disebabkan oleh tidak adanya ganglion saraf pada ujung bagian usus. Akibatnya terjadi penurunan peristalsis usus besar sehingga bayi mengalami konstipasi.

Kapan Sebaiknya ke Dokter?

Jika bayi yang baru lahir (usia kurang dari 6 minggu) tidak buang air besar sama sekali atau sangat jarang buang air besar, sebaiknya segera diperiksakan ke dokter. Pada kasus langka, tidak buang air besar dapat menandakan adanya masalah kesehatan[1].

Bayi yang berusia lebih dari 6 minggu kadang mengalami konstipasi. Dianjurkan memeriksakan bayi ke dokter jika tidak buang air besar lebih lama dari satu minggu atau jika bayi buang air besar dengan feses keras lebih dari satu atau dua kali[1].

Cara Mengatasi Bayi Sering Kentut Tapi Tidak Buang Air Besar

Pada kebanyakan kasus, bayi sering kentut dan konstipasi akan membaik dengan sendirinya seiring sistem pencernaan menyesuaikan diri[1, 2].

Berikut beberapa cara penanganan bayi sering kentut tapi tidak buang air besar[1, 3, 5]:

Sendawakan Bayi

Sendawa berfungsi untuk mengeluarkan udara berlebih yang ikut tertelan ketika bayi diberikan susu. Jika bayi tidak bersendawa, udara dapat menumpuk di dalam perut dan nantinya keluar sebagai kentut.

Kita bisa memicu bayi untuk bersendawa setiap kali habis diberi susu. Bayi dapat meludahkan bersamaan dengan sendawa. Hindari membaringkan bayi langsung setelah diberi susu atau tanpa disendawakan dulu.

Olahraga Bayi

Menggerakkan tubuh bayi dapat membantu meringankan masalah gas dan kentut berlebih. Gerakan membantu saluran pencernaan untuk mengeluarkan gas dalam tubuh lebih cepat, sehingga kentut terjadi lebih jarang. Olahraga untuk bayi juga dapat membantu memperlancar pembuangan air besar.

Berikut beberapa olahraga bayi yang dapat dilakukan:

  • Mengubah posisi: biarkan bayi pada posisi tengkurap selama beberapa saat kemudian baringkan terlentang.
  • Gerakan kaki mengayuh: baringkan bayi terlentang, pegang kedua kaki dan dengan perlahan putar kaki dalam gerakan seperti mengayuh sepeda.
  • Melakukan jig: pegang bayi tegak lurus di pangkuan dan bergoyang dan memantul perlahan dalam gerakan menari

Pijat Bayi

Memijat perut, kaki, punggung, dan seluruh tubuh dapat membantu bayi untuk tenang dan rileks. Pijat bayi juga dapat membantu meringankan stress dan kecemasan.

Untuk membantu mengeluarkan gas berlebih, pijat bagian perut dengan gerakan melingkar. Kita bisa melakukan gerakan squat, yaitu dengan memegangi lutut bayi ke arah dada. Gerakan squat sangat efektif untuk mengeluarkan gas dan membantu gerakan usus besar.

Mengganti Susu

Meski termasuk kasus langka, bayi dapat mengalami intoleransi atau alergi terhadap susu. Hanya sekitar 7% bayi usia di bawah usia satu tahun yang benar-benar memiliki alergi terhadap susu sapi. Namun beberapa bayi dapat sensitif terhadap susu sapi.

Jika pemberian susu diduga mengakibatkan gangguan perut, orang tua mungkin perlu mengganti susu formula jika berbahan dasar sapi dengan kandungan seperti laktosa, kasein, dan whey. Susu formula juga dapat mengandung komponen lain yang menyebabkan bayi sulit mencerna, meliputi gula, protein gandum, protein biji-bijian, perasa, dan pewarna.

Rasio antara susu formula dan air juga dapat mempengaruhi risiko terjadinya konstipasi. Dianjurkan untuk menggunakan rasio 1 sendok susu formula untuk 2 ons air, atau menyesuaikan instruksi pada kemasan susu.

Mengubah Makanan Ibu

Pada bayi yang diberikan ASI eksklusif, jenis makanan yang dikonsumsi ibu dapat mempengaruhi pencernaan bayi. Jika bayi menjadi sering kentut setelah ibu mengkonsumsi makanan tertentu, sebaiknya ibu menghindarinya.

Berikut beberapa jenis makanan yang dapat menyebabkan bayi yang diberi ASI sering kentut:

  • Susu sapi
  • Produk susu (keju, yogurt, dll)
  • Keripik rasa
  • Cemilan olahan
  • Makanan pedas
  • Minuman manis
  • Makanan dengan perasa
  • Kacang-kacangan

Memberi Makanan Berserat

Jika bayi sudah mulai diberikan makanan padat, berikan makanan berserat untuk membantu memperlancar pencernaan. Bayi dapat diberikan buah dan sayuran, seperti apel, mangga, jagung, ubi manis, dan sereal gandum utuh.

Memberikan Air Minum

Pada bayi berusia lebih dari 6 bulan dapat diberikan beberapa ons air minum. Bayi dapat diberikan 2-4 ons jus apel atau pir yang memiliki kandungan gula alami sorbitol. Sorbitol memiliki sifat laksatif, yaitu memperlancar buang air besar.

Pengobatan

Jika kondisi bayi tidak membaik dengan cara mengubah susu, jenis makanan, atau olahraga, dokter dapat menganjurkan supositoria gliserin bayi. Alat ini dimasukkan ke dalam rektum bayi, membantu meringankan kondisi dan membantu bayi tidur lebih nyenyak.

Pencegahan Bayi Sering Kentut Tapi Tidak Buang Air Besar

Bayi yang sering kentut tanpa buang air besar sering kali termasuk kondisi normal dalam perkembangan bayi. Sehingga kondisi tersebut tidak dapat dicegah dan akan membaik dengan sendirinya[1, 2].

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan meliputi[3]:

  • Menggunakan botol minum dengan dot kecil dan pastikan susu mengendap setelah dikocok untuk mencegah penelanan udara
  • Mengusahan bayi tidak minum terlalu cepat dan tidak berlebihan
  • Melakukan olahraga bayi secara rutin untuk memperlancar pencernaan
  • Ibu menyusui sebaiknya menghindari konsumsi makanan yang dapat memicu gangguan pencernaan pada bayi
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment