Terodiline adalah obat yang digunakan untuk mengatasi gangguan berkemih atau inkontinensia urin, awam disebut dengan kebocoran atau tidak mampu meng-kontrol urin. Termasuk ke dalam golongan antimuskarinik, memiliki efek yang sama dengan atropin dan golongan obat kalsium kanal blocker.[1,2,7]
Obat Terodiline selama peredarannya sebelum tahun 1990, termasuk pilihan obat efektif untuk mengatasi inkontinensia urin. Namun karena menimbulkan efek samping yang cukup fatal, maka peredarannya di pasaran mulai ditarik sejak tahun 1991. [1]
Daftar isi
Berikut ini adalah informasi lengkap mengenai obat terodiline, mulai dari indikasi hingga peringatan dalam penggunaannya. [2,3]
Indikasi | Mengatasi gangguan berkemih (inkontinensia urin). Efektif mengurangi kontraksi bladder yang abnormal |
Kategori | Obat keras (P no. 1) |
Konsumsi | Anak-anak dan dewasa |
Kelas | Obat yang bekerja pada sistem genito-urinary, golongan Calcium Channel blocker |
Bentuk | Tablet |
Kontraindikasi | → Pasien yang memiliki riwayat gangguan irama jantung → Pasien dengan penyakit hati dan ginjal |
Peringatan | Pasien dengan kondisi berikut, wajib berkonsultasi dengan dokter sebelum mengkonsumsi terodiline: → Pasien yang memiliki alergi terhadap terodiline → Memiliki riwayat gangguan irama jantung → Pasien dengan gangguan ginjal dan hati |
Kategori Obat pada Kehamilan & Menyusui | Cara Pemberian Obat: ↔ Melalui PO (Diminum): Kategori C: Studi pada reproduksi hewan menunjukkan efek buruk pada janin. Tidak ada studi memadai dan terkendali pada manusia. Obat boleh digunakan jika nilai manfaatnya lebih besar dari risiko terhadap janin. |
Seperti yang telah diketahui, Terodiline termasuk dalam pilihan obat yang efektif untuk mengatasi inkontinensia urin. Bekerja dengan merelaksasi otot polos dan mengurangi tekanan bladder sehingga melancarkan berkemih.
Obat ini termasuk dalam golongan antimuskarinik, sehingga memiliki fungsi atau manfaat lainnya sebagai antispasmodik. [1]
Berikut ini adalah dosis terodiline yang dikonsumsi oleh Dewasa maupun anak. [4]
Oral/Diminum (dewasa) : → 25 mg, sehari 2x → Interval Dosis Minimum: — → Dosis sekali minum Maksimum: 25mg → Dosis Maksimum: sehari 50mg |
Oral/Diminum (anak-anak) : → 25 mg, sehari 1x → Interval Dosis Minimum: — → Dosis sekali minum Maksimum: 25mg → Dosis Maksimum: sehari 25mg |
Efek samping yang mungkin ditimbulkan selama penggunaan Terodiline sebagai berikut: [3]
Sebelum tahun 1990, Terodiline masih menjadi pilihan dalam terapi efektif untuk inkontinensia urin. Tahun 1991, obat ini ditarik dari peredarannya, karena menimbulkan efek samping yang sangat berbahaya, yaitu Aritmia jantung (irama jantung tak beraturan), yang dapat berisiko fatal, seperti kematian. [1]
Berikut ini adalah detail dari sediaan obat Terodiline, dari cara penyimpanan hingga penanganan yang dapat dilakukan, bila terjadi overdosis. [1,2,5,6]
Penyimpanan | (Data Hanya contoh) Tablet: → Simpan antara 20-25 ° C. → jangan simpan di freezer. → Lindungi dari cahaya dan kelembaban. |
Cara Kerja | → Deskripsi: terodiline adalah kelompok obat antimuskarinik, yaitu obat yang bekerja dengan menghambat aktivitas pada sistem saraf parasimpatik. Obat ini juga memiliki aktivitas serupa atropin dan golongan Calcium Channel blocker. Berguna untuk mengatasi penyakit inkontinensia urin. → Penyerapan: diserap dengan baik setelah pemberian per oral, obat bekerja secara efektif. → Distribusi: didistribusikan dalam sebagian besar jaringan tubuh. |
Interaksi dengan obat lain | Berikut ini adalah beberapa contoh obat yang dapat mempengaruhi efektivitas dari terodiline, bila digunakan bersamaan: → Acarbose: meningkatkan risiko hipoglikemia, bila dikonsumsi bersamaan → Amiodarone: bila digunakan bersamaan dapat meningkatkan risiko efek samping → Calcium: dapat menurunkan efek terapi dari terodiline → Asetosal: meningkatkan risiko hiperkalemia, bila dikonsumsi bersamaan → Aceclofenac: meningkatkan risiko hiperkalemia, bila dikonsumsi bersamaan |
Overdosis | ⇔ Gejala: takikardi, hingga Aritmia jantung ⇔ Cara Mengatasi: Bila terjadi gejala efek samping yang cukup signifikan, segera berkonsultasi dengan dokter, hentikan penggunaan obat. |
Apakah terodiline dapat menyebabkan ketergantungan dalam penggunaannya?
Tidak, terodiline tidak menyebabkan ketergantungan. Bila efek terapi telah tercapai, penggunaan dapat dihentikan.
Apakah terodiline sangat efektif mengatasi masalah gangguan berkemih atau inkontinensia urin?
Ya, obat ini termasuk dalam pilihan paling efektif untuk mengatasi penyakit inkontinensia urin. [4]
Benarkah terodiline dapat berakibat fatal bagi organ jantung?
Terodiline memang memiliki efek samping menyebabkan irama jantung tak beraturan, oleh karenanya dalam penggunaannya wajib dipantau atau terkontrol rutin. [1]
Berikut ini beberapa obat bermerek yang mengandung Terodiline[8]:
Brand Merek Dagang |
Micturin |
1. Thomas. SH, et al. Concentration dependent cardiotoxicity of terodiline in patients treated for urinary incontinence. Wikipedia. 1995.
2. Anonim. Terodiline. MIMS. 2020
3. Anonim. Tolterodine-Terodiline . www.alodokter.com . 2020
4. Ogura. T et al. Block and modified gating of cardiac Calcium Channel currents by Terodiline. pubmed.ncbi.nlm.nih.gov .1999
5. Anonim. Terodiline. Drugbank.com .2020
6. Anonim. Terodiline. pubchem.ncbi.nlm.nih.gov .2020
7. Resnick NM. Incontinence. Goldman's Cecil medicine 24th Ed. Elsevier Saunders. Philadelphia. 2011
8. Anonim. drugs.ncats.io. Terodiline. 2021.