Tinjauan Medis : dr. Angelia Chandra
Infeksi virus corona atau yang lebih dikenal dengan COVID-19 merupakan penyakit yang menyerang sistem saluran pernapasan. Penularan virus dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Penularan secara
Dengan berlanjutnya status Covid-19 sebagai pandemi global, semakin banyak pula temuan serta pernyataan-pernyataan baru mengenai penyakit ini. Salah satunya adalah tentang hubungan antara percepatan penyebaran Covid-19 dengan ruangan ber-AC.
Daftar isi
Hasil dari sebuah penelitian di Cina menunjukkan bahwa ketika Covid-19 mulai mewabah pada rentang waktu 26 Januari hinga 10 Februari 2020, ada 10 orang dari 3 keluarga (keluarga A, B, C) yang terinfeksi setelah mereka makan di sebuah restoran ber-AC di Guangzhou, Cina. [3]
Diketahui kemudian bahwa salah satu dari tiga keluarga tersebut baru saja melakukan perjalanan ke Wuhan.
Pada tanggal 23 Januari 2020, keluarga A melakukan perjalanan dari Wuhan dan tiba di Guangzhou. Pada tanggal 24 Januari, pasien A1 (yang sudah terinfeksi) makan siang bersama 3 orang anggota keluarga lainnya (A2-A4) di sebuah restoran.
Dua keluarga lainnya, keluarga B dan C, duduk di meja-meja yang bersebelahan dengan keluarga A. Kemudian, di hari yang sama, pasien A1 mengalami gejala demam dan batuk lalu dibawa ke rumah sakit. Pada tanggal 5 Februari, total 9 orang lainnya (4 orang dari keluarga A, 3 dari keluarga B, dan 2 dari keluarga C) terkonfirmasi positif terinfeksi Covid-19.
Investigasi selanjutnya menemukan bahwa ruangan tempat tiga keluarga tersebut makan berukuran 145 m2 dengan AC central dan jarak antarmeja sekitar 1 meter. Ruangan tersebut tidak berjendela dan aliran keluar-masuknya udara dari AC berada di atas meja makan.
Dari 91 orang yang ada di ruangan tersebut di hari yang sama, 10 orang (dari keluarga A, B dan C) kemudian positif terinfeksi Covid-19, dan sisanya negatif setelah test dan isolasi. Hasil swab dari saluran keluar-masuknya udara di AC pun menunjukkan hasil negatif.
Para peneliti menyatakan bahwa penularan diatas terjadi akibat hembusan udara dari AC yang menyebabkan droplet (butiran air kecil dari mulut atau hidung) yang normalnya tidak bisa “terbang” lebih dari 1 meter menjadi mungkin untuk tersebar lebih jauh. [3]
Hasil penelitian dan investigasi ini sudah disetujui oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Guangzhou serta dirilis oleh CDC pusat.
Ruangan dengan sirkulasi udara yang kurang baik akan mempengaruhi kualitas udara dan bisa menjadi penyebab mudahnya penyakit menyebar di ruangan tersebut. [1, 3]
Sistem ventilasi alami yang dirancang dengan baik, seringkali lebih efektif dibandingkan AC dalam hal mengendalikan penyebaran penyakit karena pertukaran udara di dalam ruangan lebih tinggi. Gabungan antara ventilasi alami dan AC juga lebih baik untuk kesehatan selain bisa menghemat energi. [1]
Menurut para ahli, AC yang digunakan di rumah tidak menyebabkan risiko penyebaran Covid-19, terutama pada masa-masa lockdown dimana anggota keluarga yang tinggal dalam rumah yang sama tidak melakukan kontak dengan orang lain di luar rumah. [5, 6]
Tapi, jika seseorang di rumah ada yang sudah terinfeksi Covid-19 kemudian batuk atau bersin tanpa menggunakan tissue, maka partikel kecil virus yang terdapat dalam droplet bisa bersirkulasi di udara. [5, 6]
Semua benda yang menggerakkan aliran udara di dalam ruangan bisa menyebarkan droplet ini, baik itu AC, pemanas ruangan, bahkan kipas angin. [5]
Virus corona juga bisa menyebar dalam ruangan yang menggunakan AC central – seperti pada kasus rumah makan di Guangzhou diatas. AC jenis ini biasanya digunakan di mall, dan tempat-tempat publik lainnya. Jika ada orang yang terinfeksi di dalam ruangan yang menggunakan AC central, maka risiko penularan akan bertambah. [6]
Pertanyaan lain yang sering muncul adalah, selain sirkulasi udara yang kurang baik akibat AC, apakah virus SARS-CoV-2 juga bisa hidup lebih lama di suhu udara yang rendah?
WHO menyebutkan bahwa beberapa jenis virus corona yang sudah pernah muncul sebelumnya, seperti pada SARS dan MERS, hidup lebih singkat di lingkungan dengan suhu dan kelembaban yang tinggi dibandingkan dengan yang bersuhu lebih dingin dan kering. [2, 3]
Namun, untuk SARS-CoV-2 penyebab Covid-19, penelitian lebih lanjut masih harus dilakukan. Masa hidup virus ini juga dipengaruhi oleh jenis permukaan tempat ia menempel dan lingkungannya, selain dari suhu udara. [2]
Menjelang musim kemarau, udara semakin terasa panas dan penggunaan AC akan semakin meningkat. Agar AC di rumah bisa digunakan dengan nyaman dan tanpa rasa kuatir selama masa pandemi ini, langkah-langkah pencegahan berikut harus dilakukan: [5]
Jadi, selama kebersihan dalam rumah terjaga, semua orang sehat, unit AC terawat, dan udara dalam ruangan berganti dengan yang segar beberapa kali sehari, tidak perlu kuatir untuk menggunakan AC setiap hari di rumah.
1) Division of Viral Diseases. 2020. Centers for Disease Control and Prevention. COVID-19 Frequently Asked Questions
2) Mary Van Bausekom. 2020. CIDRAP - Center for Infectious Disease Research and Policy, University of Minnesota. Experts: COVID-19 pandemic unlikely to ebb as weather warms
3) Jianyun Lu, Jieni Gu, Kuibiao Li. 2020. Centers for Disease Control and Prevention. COVID-19 Outbreak Associated with Air Conditioning in Restaurant, Guangzhou, China, 2020
4) Waleed Javaid, MD. 2020. Icahn School of Medicine - Mount Sinai. Can COVID-19 Spread Faster in an Air Conditioned House?
5) Mohana Basu. 2020. The Print. Home ACs don’t pose coronavirus threat, but central air conditioning could raise risks