Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Hipospadia adalah suatu kondisi abnormal dari perkembangan penis dan uretra (saluran urin dan sperma pada pria). Pada kondisi ini, lubang uretra yang seharusnya berada di ujung penis, dapat terletak di
Orangtua yang bayi laki-lakinya lahir dengan penis yang tidak tampak atau tidak berfungsi seperti seharusnya mungkin ingin tahu apakah kondisi ini bisa segera diobati.
Pria dewasa yang juga menyadari ada yang salah dengan fungsi alat kelaminnya, juga perlu tahu tentang hipospadia.
Urin dan sperma keluar melalui urethra, saluran yang terbuka di bagian ujung penis. Tetapi, anak laki-laki yang mengalami hipospadia terlahir dengan lokasi bukaan urethra yang terletak tidak pada tempatnya tetapi bisa di bagian kepala atau batang penis, kantung zakar (skrotum), atau perineum (bagian antara skrotum dan anus). [1, 2, 3, 4]
Hipospadia adalah kelainan yang cukup umum dan kadang-kadang tidak diobati bila kondisinya dianggap tidak terlalu berat. Tetapi, dokter bisa melakukan pembedahan untuk memperbaiki masalah yang timbul, bila dibutuhkan.
Tergantung dari posisi bukaan urethra pada penis, pria dengan kondisi ini mungkin akan kesulitan memiliki keturunan karena spermanya tidak bisa membuahi sel telur secara efektif.
Jika hipospadia tidak diobati sejak dini, anak laki-laki yang mengalaminya mungkin harus duduk atau jongkok saat buang air kecil. Dan jika kelainan ini terus berlangsung hingga dewasa, ia bisa kesulitan memiliki keturunan karena kesulitan mengarahkan sperma ke dalam saluran kelamin pasangannya.
Jenis hipospadia yang dialami seorang pria tergantung dari lokasi dari bukaan urethra yang dimilikinya: [1, 3, 4]
Dokter anak bisa mendiagnosa hipospadia pada bayi berdasarkan pemeriksaan fisik rutin setelah bayi lahir. Setelah itu, bila terdeteksi ada kelainan, dokter biasanya akan merujuk pasien ke dokter ahli bedah yang spesialisasinya di bidang gangguan kelamin dan saluran kemih (urolog pediatri) untuk evaluasi lebih lanjut. [1, 2, 3, 4]
Bila bukaan urethra tidka normal dan testis tidak bisa dirasakan ketika pemeriksaan berlangsung, alat kelamin mungkin sulit diidentifikasi sebagai pria atau wanita (ambigu). Pada kasus ini, evaluasi lebih lanjut dengan melibatkan tim dokter lintas disiplin ilmu akan disarankan. [1]
Jika lokasi bukaan urethra berada di dekat ujung penis, maka biasanya fungsi penis tidak bermasalah dan tidak membutuhkan tindakan apapun.
Tetapi sebagian besar hipospadia membutuhkan operasi untuk memindahkan urethra beserta bukaannya. Prosedur ini seringkali juga termasuk meluruskan penis yang bengkok. Tujuan dari operasi korektif adalah untuk membuat penis bisa berfungsi normal dengan bukaan urethra sedekat mungkin ke ujung penis.
Setelah operasi korektif, pasien seharusnya bisa buang air kecil dengan terarah dan penis lurus saat mengalami ereksi. [1, 3]
Pembedahan biasanya dilakukan ketika bayi berusia 3 hingga 18 bulan. Tetapi ada juga yang baru melakukan operasi ketika sudah dewasa.
Sebagian besar jenis hipospadia bisa diperbaiki hanya dengan satu kali pembedahan yang dilanjutkan dengan rawat jalan. Namun, jenis hipospadia yang lebih berat akan membutuhkan lebih dari satu kali tindakan untuk memperbaiki kelainan yang terjadi.
Beberapa tindakan perbaikan yang dilakukan saat pembedahan bisa meliputi pemindahan bukaan urethra ke posisi yang benar, memperbaiki penis yang bengkok, serta memperbaiki kulit di sekitar bukaan urethra. [1, 2, 3, 4]
Dokter mungkin akan membutuhkan kulup (foreskin) untuk membuat perbaikan, bila bukaan urethra berada di dekat bagian dasar penis, atau dari bagian dalam mulut untuk merekonstruksi saluran kemih ke posisinya yang benar agar hipospadia bisa diperbaiki.
Ini sebabnya bayi laki-laki yang mengalami hipospadia tidak boleh disunat karena kulit kulupnya diperlukan saat proses operasi korektif. [1, 3]
Pada sebagian besar kasus, tindakan bedah untuk memperbaiki hipospadia berlangsung dengan sukses. Setelah tindakan, penis akan tampak normal dan pasien bisa buang air kecil dan bereproduksi secara normal.
Kebanyakan operasi korektif untuk hipospadia dilakukan ketika pasien masih bayi, namun tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan saat pasien sudah dewasa meskipun akan lebih sulit dan tidak umum.
Kadang-kadang, sebuah lubang (fistula) akan terbentuk di bagian bawah penis dimana saluran kemih yang baru dibuat dan mengakibatkan terjadinya kebocoran urin. Pada kasus yang jarang, terjadi masalah dengan pemulihan luka bekas operasi atau timbul bekas. [1]
Komplikasi-komplikasi tersebut mungkin membutuhkan tindakan tambahan untuk diperbaiki.
Komplikasi lain yang umumnya terjadi pada pasien hipospadia yang menjalani operasi ketika sudah dewasa bisa termasuk: [4]
Setelah pembedahan untuk memperbaiki hipospadia, pasien masih harus melakukan kunjungan ke dokter untuk memastikan bekas operasi sembuh dengan baik dan tidak ada komplikasi yang terjadi.
Bila operasi dilakukan ketika pasien masih anak-anak, kunjungan ke dokter spesialis urologi anak perlu dilakukan setelah toilet training atau latihan buang air kecil serta saat anak memasuki usia pubertas untuk memeriksa proses pemulihan serta ada atau tidaknya komplikasi. [1]
1. Mayo Clinic Staff. Hypospadias. Mayo Clinic; 2018.
2. National Center on Birth Defects and Developmental Disabilities. Facts about Hypospadias. Centers for Disease Control and Prevention; 2020.
3. Renee A. Alli, MD. What is Hypospadias? Grow by WebMD; 2020.
4. Dr. Sydney Chang. Hypospadias: A Congenital Abnormality That Causes Male Factor Infertility. Progyny.