Bayi dapat sering kaget hingga tiba-tiba terbangun dari tidur. Reaksi kaget bayi biasanya diikuti gerakan kaki dan tangan, kemudian bayi akan mulai menangis[1].
Reaksi kaget bayi ini merupakan salah satu bentuk refleks bayi yang disebut sebagai refleks kaget atau refleks Moro. Refleks kaget ialah respon tidak disadari bayi terhadap hal-hal yang tidak terduga, seperti kaget keras, sinar terang, atau sensasi terjatuh[2, 3].
Terkadang, refleks kaget terjadi dengan tiba-tiba, tanpa penyebab yang diketahui pasti. Bayi juga dapat segera kembali ke kondisi normal dan melanjutkan tidur dengan tenang. Meskipun, bayi lebih sering menjadi terbangun setelah mengalami refleks kaget[4].
Refleks kaget tidak mengindikasikan bayi mengalami gangguan atau kondisi yang mengkhawatirkan. Sebaliknya refleks kaget merupakan indikasi dari sistem saraf yang sehat[1, 4].
Refleks ini merupakan gerakan protektif otomatis yang dimiliki bayi sejak lahir dan biasanya akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa bulan. Refleks kaget melindungi bayi untuk mendapatkan perhatian dari orang tua atau pengasuh dan dapat membantu mengurangi dampak dari terjatuh[1, 4].
Daftar isi
Refleks kaget sering terjadi saat bayi sedang tidur, tapi bisa juga terjadi saat bangun. Refleks kaget yang terjadi selama tidur terdiri dari dua fase, yaitu[1, 5]:
Refleks kaget tidak hanya berupa reaksi tersebut. Bayi yang menerima stimuli mengejutkan seperti suara keras, juga dapat mengalami peningkatan detak jantung atau napas yang berat. Beberapa bayi dapat lebih sensitif sehingga akan menunjukkan reaksi yang dengan intensitas lebih tinggi dan lebih sering[3].
Refleks kaget dimiliki bayi sejak lahir, bahkan dokter akan memeriksa refleks kaget bayi dalam beberapa jam pertama setelah bayi dilahirkan[2, 4].
Bayi akan dibaringkan pada posisi telentang, kemudian dokter akan menarik lengan bayi dengan perlahan sehingga pundak bayi sedikit terangkat dari meja periksa empuk. Selanjutnya pegangan pada lengan bayi dilepaskan[2].
Tes bisa juga dilakukan dengan pelan-pelan angkat kepala bayi menggunakan satu tangan dan kemudian dilepas dengan cepat, tapi dengan segera memberi sokongan pada bagian kepala bayi sehingga tidak membentur meja periksa empuk[2].
Kedua tes ini dapat menghasilkan sensasi seperti terjatuh dan berpotensi menyebabkan bayi terkejut atau merasa kaget. Bayi akan menunjukkan ekspresi wajah kaget dan kadang disertai menangis jika refleks kaget bayi normal[2].
Biasanya refleks kaget sering terjadi selama beberapa bulan. Meski setiap bayi berbeda-beda, kebanyakan orang tua mengamati bahwa refleks kaget bayi paling sering terjadi dalam bulan pertama dan mulai menghilang sekitar 2 hingga 4 bulan[2, 4].
Refleks kaget akan menghilang sepenuhnya saat usia bayi menjelang sekitar 6 bulan. Biasanya saat usia 6 minggu, otot leher bayi akan menjadi lebih kuat dan keseimbangan tubuh secara keseluruhan serta kemampuan bayi untuk menyokong diri mulai meningkat. Pada usia ini, refleks kaget mulai lebih jarang terjadi[4, 5].
Jika refleks kaget masih berlangsung saat usia bayi lebih dari 6 bulan, sebaiknya diperiksakan ke dokter untuk memastikan tidak adanya kondisi atau gangguan tertentu. Orang tua juga sebaiknya menghubungi dokter jika terdapat hal yang mengkhawatirkan mengenai refleks bayi[3].
Hampir semua hal merupakan hal baru bagi bayi, sehingga mereka lebih mudah kaget dan merasa takut oleh sensasi dan suara yang tidak dikenali. Berikut beberapa hal yang dapat memicu terjadinya refleks kaget pada bayi[1, 2, 5]:
Terkadang, bayi dapat mengeluarkan refleks kaget tanpa adanya penyebab atau pemicu sama sekali. Jika terjadi saat tidur, kemungkinan bayi bermimpi sedang terjatuh[2].
Kebanyakan orang tua akan mengamati refleks kaget bayi secara tidak sengaja ketika terdapat rangsang tidak terduga di sekitar, misalnya suara keras. Akan tetapi, orang tua sebaiknya tidak mencoba mengagetkan bayi dengan sengaja untuk memeriksa refleks kaget bayi. Dokter akan melakukan pemeriksaan refleks bayi sebagai bagian dari pemeriksaan rutin bayi[3].
Orang tua juga tidak perlu khawatir jika bayi tidak menunjukkan refleks kaget setiap kali mendengar suara keras. Beberapa bayi mungkin hanya merespon sesekali atau reaksi kaget tidak begitu kentara[3].
Jika bayi prematur, maka waktu kemunculan refleks kaget dapat berbeda dari bayi cukup bulan. Onset refleks dapat tertunda dan refleks dapat berlangsung lebih lama daripada normalnya karena adanya rentang waktu kelahiran bayi dan usia perkembangannya. Refleks pada bayi prematur juga dapat lebih lemah sehingga kurang terlihat[2, 3].
Biasanya adanya gangguan pada refleks bayi disadari pertama kali oleh dokter saat melakukan pemeriksaan. Namun jika orang tua menemukan hal yang tidak wajar atau perubahan pada bayi, sebaiknya segera menghubungi dokter[2, 3].
Berikut beberapa tanda yang perlu diwaspadai[2, 3]:
Selain itu, orang tua sebaiknya memeriksakan bayi ke dokter jika bayi masih menunjukkan refleks kaget setelah berusia lebih dari 6 bulan. Hal ini dapat mengindikasikan adanya kondisi serius pada bayi[2].
Meskipun refleks kaget dapat terlihat mengganggu bagi bayi, orang tua perlu mengingat bahwa refleks tersebut merupakan reaksi normal. Refleks kaget tidak dapat dicegah ataupun dihilangkan sepenuhnya[2, 3, 4].
Refleks kaget akan mulai menghilang dengan sendirinya setelah beberapa bulan seiring bayi makin terbiasa pada lingkungan sekitar dan sistem sarafnya makin berkembang[2].
Tidak diperlukan tindakan penanganan untuk mengatasi refleks kaget bayi. Meski demikian, bayi akan merespon dengan baik pada bantuan untuk menenangkan[3, 4].
Beberapa langkah berikut dapat membantu mengurangi dan mengatasi respon kaget bayi[2, 4]:
Usahakan untuk menempatkan bayi pada ruangan dengan penerangan sedang dan tidak terlalu terang. Sebisa mungkin kurangi gangguan seperti suara bising dan keras dari sekitar.
Jika terdapat suara mengganggu di sekitar, bisa digunakan mesin white noise atau musik menenangkan untuk mengurangi kebisingan.
Bayi akan merasa kaget ketika merasakan gerakan tiba-tiba. Oleh karena itu, sebaiknya kita berhati-hati saat mengangkat dan meletakkan bayi. Pastikan untuk menyokong bagian leher dan kepala bayi menggunakan tangan.
Pegangi atau dekap bayi dekat dengan badan saat hendak memindahkannya ke tempat tidur. Dengan membuat bayi merasa terlindungi dan aman, kita dapat mengurangi risiko bayi merasa kaget.
Saat mengangkat atau memindahkan bayi ke tempat tidur, pastikan untuk bergerak dengan perlahan. Setelah bayi diletakkan di tempat tidurnya, biarkan tangan tetap menyokong bayi selama beberapa saat.
Kemudian tarik tangan secara perlahan dan satu demi satu. Cara ini akan menghindarkan bayi merasakan sensasi terjatuh.
Membedung merupakan teknik membalut bayi menggunakan selimut yang dapat mencegah lengan dan kaki bayi memukul-mukul. Membedung dapat membantu bayi untuk tidur dengan lebih lelap.
Membedung (swaddling) juga dianjurkan oleh American Academy of Pediatrics sebagai teknik yang efektif untuk membuat bayi tidur dengan tenang dan nyenyak, serta dapat membantu bayi lebih cepat tertidur dan dapat tidur nyenyak lebih lama.
Dengan menjaga lengan terselip erat ke tubuh bayi sehingga tidak dapat menyentak-nyentak dan mengagetkan bayi, membedung menjadi teknik yang efektif untuk mengatasi refleks kaget.
Selain itu, lingkungan serupa rahim yang dihasilkan dari membedung akan membantu mencegah bayi merasakan sensasi terjatuh yang sering kali menjadi pemicu utama refleks kaget.
1. Aarohi Achwal. Startle Reflex in Babies- What It is and How to Control It. Parenting First Cry; 2018.
2. Linda Rodgers, reviewed by Jesil Pazhayampallil, M.D., F.A.A.P. What to Know About the Moro Reflex. What to Expect; 2021.
3. Stephanie Brown, reviewed by Sarah Rahal, MD. The Moro Reflex in Newborn Babies. Very Well Family; 2021.
4. Anonim. How To Stop Startle & Moro Reflex Without Swaddling. Dreamland Baby; 2019.
5. Anonim. Moro Reflex: What is it and how can swaddling help? Nested Bean; 2021.