Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Hubungan seksual merupakan bagian normal dari kehidupan manusia. COVID-19 dapat menular dari orang ke orang melalui droplet pernapasan, yang keluar ke udara saat pasien batuk, bersin, bicara, berteriak,
Bersamaan dengan semakin gencarnya usaha untuk mengatasi penyebaran virus Covid-19 yang dilakukan oleh berbagai pihak, semakin banyak juga bermunculan berita-berita yang kontra akan usaha-usaha ini.
Salah satunya adalah mengenai vaksin.
Sempat beredar sebuah kabar di media sosial yang menyebutkan bahwa penerima vaksin Covid-19 buatan Pfizer tidak boleh melakukan hubungan intim tanpa alat kontrasepsi selama 28 hari setelah mendapat dosis kedua.
Namun, ini adalah klaim yang tidak benar.
Daftar isi
Di bulan Desember 2020, muncul sebuah potongan gambar di berbagai sosial media yang berisi informasi tentang vaksin buatan Pfizer yang bisa menyebabkan cacat lahir.
Postingan tersebut menyebutkan di halaman 132 dari buku vaksin Pfizer tertulis bahwa penerima vaksin mereka pada dasarnya tidak boleh berhubungan intim selama 28 hari setelah menerima dosis kedua karena berisiko menimbulkan bahaya reproduksi. [1, 2]
Disebutkan pula bahwa hal ini berlaku bagi pria maupun wanita karena bisa menyebabkan cacat lahir pada janin akibat manipulasi genetik dari orang tua yang telah divaksin, bila terjadi kehamilan dalam 28 hari setelah vaksinasi. [1, 2, 4]
Berita ini segera disangkal oleh pihak Pfizer maupun berbagai instansi yang telah mengizinkan vaksin dari perusahaan tersebut untuk beredar dan diberikan kepada masyarakat.
Isi halaman 132 yang dikutip secara tidak bertanggung jawab tersebut sebenarnya adalah bagian dari dokumen protokol Pfizer ketika vaksin masih berada dalam tahap uji coba klinis.
Dalam dokumen itu ada instruksi bagi para partisipan uji coba untuk mengambil langkah aman dengan menunda dulu kehamilan atau menghamili “selama sekurang-kurangnya 28 hari setelah dosis terakhir dari intervensi penelitian.” Ini adalah peraturan mendasar bagi segala bentuk uji klinis yang menggunakan partisipan manusia. [1, 2]
Obat-obatan dan vaksin biasanya diujicobakan pada orang-orang berusia muda yang sehat dan tidak sedang mengandung atau berisiko mengandung. Begitu telah terbukti aman bagi orang dewasa yang sehat, obat dan vaksin tersebut baru boleh diujicobakan pada wanita hamil, anak-anak dan populasi yang lebih rentan.
Kapanpun uji coba klinis dilakukan atas apapun, selalu ada batas keamanan tinggi yang diterapkan bagi wanita hamil karena penting untuk mengetahui hal yang diuji tersebut lebih dulu sebelum boleh diberikan pada wanita hamil agar ia dan janin dalam kandungannya tidak mengalami risiko potensial.
Setelah melalui berbagai tahap uji coba, vaksin Covid-19 dari Pfizer telah dinyatakan aman untuk diberikan pada masyarakat luas, termasuk wanita hamil dan menyusui. Hal ini juga didukung oleh berbagai studi dan penelitian yang dipublikasikan untuk umum. [1, 2, 3]
Dengan demikian jelas bahwa bila penerima vaksin berhubungan intim kemudian positif mengandung dalam 28 hari setelah vaksinasi, tidak ada risiko bagi dirinya maupun janin dalam kandungannya.
Vaksin yang dibuat oleh Pfizer dan Moderna menggunakan teknologi mRNA baru dengan menyuntikkan suatu bagian kecil dari kode genetik virus (RNA) untuk merangsang respon imun pada tubuh penerimanya.
Kode genetik ini tidak mengubah DNA penerimanya karena akan diurai segera setelah vaksinasi dilakukan, dan tidak akan tinggal dalam tubuh. [5]
Teknologi mRNA yang digunakan dalam vaksin Covid-19 mengandung instruksi bagi sel-sel manusia untuk menghasilkan protein yang menyerupai bagian dari novel coronavirus. Instruksi ini akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk bekerja sehingga tubuh menjadi pabrik vaksin yang mampu mengalahkan virus. [5]
Jadi, perlu dipahami bahwa vaksin Covid-19 tidak mengandung novel coronavirus dalam bentuk sebenarnya.
CDC menerbitkan rangkuman mengenai efek samping dan data keamanan dari vaksin Covid-19 yang dibuat oleh Pfizer sebagai berikut. [4]
Efek samping yang mungkin terjadi pada bagian lengan yang disuntik:
Efek samping yang mungkin terjadi pada bagian tubuh lainnya:
Efek samping ini terjadi dalam satu atau dua hari setelah vaksin diberikan. Ini adalah tanda-tanda normal yang menunjukkan bahwa tubuh sedang membangun kekebalan dan akan hilang sendiri dalam beberapa hari.
Mengenai kemanan vaksin Covid-19, CDC menyebutkan bahwa: [4]
Mengingat berita dan informasi yang salah mengenai Covid-19 masih terus menyebar luas, terutama melalui WhatsApp, masyarakat harus lebih cerdas lagi dalam hal menyaring kabar yang sampai pada mereka.
Sebelum meneruskan suatu informasi, berhenti dulu, pahami isinya, lalu cek kebenarannya. Kementrian Kesehatan RI dan Satgas Covid-19 Indonesia secara rutin memperbarui daftar informasi yang salah mengenai Covid-19, dan ini bisa digunakan untuk memeriksa benar atau tidaknya suatu berita yang diterima.
1. Arijeta Lajka, Dr. Andrea L. Cox, Dr. Arnold Monto. Video misrepresents Pfizer’s COVID-19 vaccine clinical trial protocol. Associated Press News; 2021.
2. Lauren Boland. FactCheck: No, Pfizer did not say unprotected sex should be avoided after the vaccine because of risk from 'genetic manipulation'. The Journal; 2021.
3. Ministry of Health. COVID-19: Pregnancy and breastfeeding – vaccine advice. New Zealand Government; 2021.
4. Division of Viral Diseases. Pfizer-BioNTech COVID-19 Vaccine Overview and Safety. Centers for Disease Control and Prevention; 2021.
5. Reuters Fact Check. Fact Check-mRNA vaccines do not turn humans into ‘hybrids’ or alter recipients’ DNA. Reuters; 2021.