Para orang tua dengan anak hiperaktif pasti setuju bahwa tidak mudah untuk merawat serta selalu mendampingi mereka.
Anak-anak hiperaktif membutuhkan perawatan, pendampingan dan pengawasan ketat yang juga otomatis memerlukan tenaga dan kesabaran ekstra dari orang tua atau pengasuhnya [1,2,3,4].
Beberapa tanda umum yang menunjukkan jika anak hiperaktif adalah [1,2] :
Peran orang tua dalam pendampingan dan perawatan anak hiperaktif sangat berpengaruh terhadap hasil tumbuh kembang anak nantinya.
Sebab sekalipun adanya pendidikan dan dukungan yang tersedia bagi anak hiperaktif, kondisi ini tak dapat disembuhkan oleh obat apapun sebab obat hanya diberikan sebagai pereda gejala [1].
Bagi orang tua maupun pengasuh yang harus merawat anak hiperaktif, berikut ini adalah beberapa upaya yang bisa dilakukan.
Daftar isi
Para orang tua perlu mengedukasi diri sendiri terlebih dulu sebelum benar-benar merawat anak hiperaktif [1,2,4].
Belajar itu penting, yakni untuk memahami lebih jauh dan detail mengenai kondisi penyebab anak hiperaktif [1,2,4].
Hal ini bisa dilakukan dengan banyak membaca informasi online atau buku terkait kondisi anak [1,2,4].
Namun, orang tua juga bisa mendatangi psikiater atau ahli yang bisa diajak berkonsultasi mengenai perilaku hiperaktif anak [4].
Hanya saja pada proses ini, orang tua sebaiknya tidak memaksakan suatu cara merawat anak jika itu kurang tepat [4].
Jika belum mengerti, bertanya langsung pada dua atau lebih orang yang merupakan ahlinya akan jauh lebih baik daripada memutuskan cara yang salah [4].
Ambil waktu sebanyak mungkin atau selama apapun untuk benar-benar mengerti kondisi anak [4].
Sesibuk apapun orang tua, memiliki anak hiperaktif memerlukan peran orang tua yang lebih besar lagi untuk bermain bersama, mengobrol, atau bahkan beraktivitas lainnya [3,4].
Oleh sebab itu, orang tua sebaiknya memberi perhatian penuh kepada anak jika anak hiperaktif [3,4].
Setiap perilaku baik yang anak lakukan, orang tua pun jangan lupa selalu memberi pujian [3,4].
Meluangkan waktu bersama anak pun bisa dalam bentuk bermacam-macam, seperti berjalan-jalan hanya di sekitar rumah, mengobrol di taman dekat rumah, bermain bersama di rumah, atau bahkan melakukan olahraga bersama [3,4].
Menemani si kecil tidur pun merupakan bentuk perhatian yang juga akan dirasakan oleh anak; asalkan tidak berkegiatan berat di waktu tidur anak [3,4].
Banyak orang tua yang mengira dan menganggap bahwa anak hiperaktif dapat ditenangkan atau diatasi dengan memberikan mereka obat [4].
Obat-obatan pasti akan diberikan oleh dokter saat anak sudah didiagnosa suatu kondisi yang mendasarinya berperilaku hiperaktif [4].
Dengan penggunaan obat, senyawa dan fungsi otak anak pun terbukti menjadi lebih baik serta seimbang [4].
Namun, tetap tak dapat dipungkiri bahwa obat-obatan mampu memicu efek samping pada tubuh si kecil [4].
Obat sebaiknya menjadi opsi terakhir dalam merawat anak hiperaktif, sebab yang terutama adalah bagaimana peran langsung orang tua dalam menjaga, mengawasi, dan mendidik anak agar perilakunya berubah lebih baik [4].
Jika terlalu berat, maka bekerja samalah dengan dokter yang menangani anak dalam proses modifikasi perilaku anak [4].
Selain meluangkan waktu beraktivitas bersama anak, orang tua dapat membantu anak dalam membuat daftar tugas [4].
Anak dapat membangun serta mengembangkan sisi independennya melalui daftar tugas dan tanggung jawab yang harus ia kerjakan [4].
Membuat daftar tertulis akan lebih mudah dalam memampukan anak mengingat setiap tanggung jawabnya [4].
Orang tua dapat selalu ada untuk anak sebagai pengingat dan pengajar ketika anak merasa tak yakin apa yang harus dilakukan, saat ia lupa, atau ketika ia merasa bosan [4].
Ada kalanya anak tak dapat memenuhi tanggung jawabnya karena tugas yang tak selesai dalam waktu yang telah ditentukan [4].
Namun, orang tua jangan memberi hukuman kepada anak perihal tidak selesainya pekerjaan tersebut [4].
Berikan anak reward atau penghargaan serta pujian saat anak berhasil melakukan terbaiknya dalam menyelesaikan tugas [4].
Orang tua memang tidak sebaiknya memberikan hukuman kepada anak saat ia berperilaku negatif atau tidak selesai dalam menjalankan tugasnya [3].
Namun, bukan berarti orang tua tidak boleh tegas terhadap anak selama merawatnya [3].
Anak hiperaktif memerlukan disiplin tegas tapi tetap penuh kasih sayang dari orang tuanya [3].
Orang tua pun pasti bisa melakukan ini, yakni dengan cara menghargai setiap perilaku positif anak dan senantiasa siaga mencegah anak beraksi negatif [3].
Bila anak membantu mengerjakan tugas orang tua, ucapkan terima kasih untuk apa yang sudah ia lakukan; perjelas dengan mengatakan kegiatan apa yang dianggap baik oleh orang tua ketika berterima kasih supaya anak bisa mengulangi tindakan baik ini nanti [3].
Memiliki keluarga dengan hubungan sehat satu sama lain sangat berpengaruh positif terhadap perkembangan anak hiperaktif [3,5].
Pasangan yang memiliki hubungan sehat, harmonis dan kuat memiliki kemampuan lebih baik dalam menghadapi tantangan sebagai orang tua [5].
Komunikasi antar suami dan istri yang baik akan memengaruhi cara mereka dalam berkomunikasi dengan anak [5].
Jika jalinan komunikasi dan interaksi antara orang tua dengan anak baik, terutama tanggapan dan reaksi orang tua yang sabar serta tenang, perilaku anak dapat berubah secara bertahap [3,5].
Anak hiperaktif sulit untuk fokus pada kegiatan-kegiatan yang sama dan membutuhkan waktu lama dalam penyelesaiannya [4].
Itu sebabnya, orang tua perlu mengajarkan anak memahami betapa kegiatan-kegiatan tertentu tersebut penting untuk diselesaikan [4].
Tidak hanya pujian, beri juga penghargaan positif setiap kali anak berhasil menyelesaikan tugasnya [4].
Tugas yang diberikan bisa saja berupa membantu ibu membuat kue, membantu orang tua cuci piring, atau pekerjaan rumah lainnya [4].
Perhatian anak hiperaktif sangat mudah teralihkan karena daya fokusnya yang rendah [1,2].
Orang tua dalam hal ini perlu mencoba menyediakan sebuah ruangan dengan distraksi seminimal mungkin [4].
Jauhkan pula anak dari pintu serta jendela, apalagi mainan dan benda-benda lain yang kemungkinan besar akan menarik perhatiannya [4].
Orang tua bisa tetap memperbolehkan anak bergerak ke sana kemari saat sedang mengerjakan tugas sekolah misalnya, namun jangan biarkan anak teralihkan perhatiannya oleh hal-hal lain [4].
Meski seperti terisolasi, pastikan bahwa anak tidak merasa ia sedang dihukum atau semacamnya [4].
Orang tua perlu menciptakan suasana akrab dan hangat di ruangan tersebut, lalu beri pengertian juga supaya anak paham bahwa ruangan itu disediakan baginya untuk melatih konsentrasinya [4].
Instruksi yang terlalu panjang dan rumit sebaiknya orang tua hindari untuk diberikan kepada anak [4].
Anak hiperaktif, terutama bila berkaitan dengan ADHD biasanya akan kesulitan mengingat dan mengikuti instruksi panjang tersebut [1,2].
Oleh sebab itu, orang tua perlu memikirkan bagaimana mempersingkat dan memperjelas suatu instruksi saat berbicara dengan anak [4].
Pastikan saat memberi instruksi tersebut, anak menatap mata orang tua yang sedang menjelaskan [4].
Setelah menjelaskan beberapa kali, minta anak mengulanginya pelan-pelan sampai benar atau minta anak menulisnya supaya lebih mudah mengingat [4].
Menggunakan kata-kata yang mudah serta pendek-pendek juga akan sangat membantu anak mudah paham [4].
Anak hiperaktif seringkali sulit untuk tidur cepat dan anak ADHD cenderung memiliki gangguan tidur [1,2].
Biasanya karena gangguan tidur ini, gejala hiperaktif anak menjadi lebih buruk [1,2].
Maka orang tua perlu membuat jadwal tidur anak dan bantu anak memenuhi jadwal tersebut secara teratur [6].
Anak yang bisa mengikuti jadwal tidur dan bangun di waktu yang sama secara teratur dan dalam jangka lama akan lebih mudah berubah pada perilakunya [6].
Orang tua sebaiknya menghindarkan anak dari aktivitas apapun sebelum tidur supaya anak tak terdistraksi dan menjadi lebih cepat tidur [6].
Anak hiperaktif cenderung lebih lambat perihal perkembangan akademisnya karena sulit fokus serta beradaptasi dengan lingkungan sekolah [1,2,3,4].
Jika demikian, orang tua bisa menginformasikan kondisi anak ke pihak sekolah [1,2,3,4].
Tujuan pemberitahuan ini adalah supaya guru dapat membantu dengan memilih metode belajar yang sesuai dengan kondisi hiperaktif anak [1,2,3,4].
Masalah apapun terkait perkembangan akademis dapat orang tua diskusikan langsung dengan guru [1,2,3,4].
Di rumah, orang tua perlu meluangkan waktu untuk membantu anak mengerjakan pekerjaan atau tugas sekolah [1,2,3,4].
Jika orang tua telah mengetahui bakat apa yang anak miliki, pastikan untuk menyediakan fasilitas yang anak butuhkan supaya anak bisa mengembangkan bakatnya [1,2,3,4].
Jika anak mengalami kesulitan belajar karena perilaku hiperaktifnya yang sudah terlampau sulit dikendalikan, anak perlu dimasukkan ke sekolah khusus agar ia bisa belajar dengan lebih baik [1,2].
Anak ADHD dapat menjalani homeschooling yang akan memudahkannya dalam berkonsentrasi, meningkatkan komunikasi, mengatasi kecemasan, dan membantunya terbiasa dengan rutinitas [7].
Orang tua tidak harus selalu bekerja sendiri dalam setiap cara merawat anak hiperaktif, sebab orang tua bisa bekerja sama dengan orang-orang sekitar (termasuk tenaga pendidik dan psikiater).
1. National Health Service. Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). National Health Service; 2018.
2. Warren Magnus; Saad Nazir; Arayamparambil C. Anilkumar; & Kamleh Shaban. Attention Deficit Hyperactivity Disorder. National Center for Biotechnology Information; 2021.
3. Shirin Hasan, MD. Parenting a Child With ADHD. KidsHealth; 2020.
4. Lisa Fritscher. 10 Tips For Coping With A Hyperactive Child. Everyday Health; 2017.
5. Heather Hatfield & Hansa D. Bhargava, MD. When Your Child's ADHD Affects You as a Couple. WebMD; 2021.
6. Judith A. Owens, MD, MPH. A Clinical Overview of Sleep and Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder in Children and Adolescents. Journal of the Canadian Academy of Child and Adolescent Psychiatry; 2009.
7. Dr Monica Shaha MB ChB MRCPsych. Home schooling and ADHD. Psychiatry UK; 2020.