Hampir semua masyarakat di Indonesia saat ini mengonsumsi ikan. Manfaatnya yang sangat luar biasa membuat ikan menjadi sumber protein berkualitas untuk memenuhi kebutuhan gizi seseorang. Salah satu ikan yang paling digemari adalah ikan lele. Ikan yang hidup di air rawa ini memiliki kandungan serat yang cukup tinggi.
Kandungan serat mulai dari protein, lemak, kalsium, serta vitamin A maupun B1 menjadi kebutuhan vitamin yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Bau amis yang dihasilkan oleh ikan lele sendiri merupakan salah satu sumber protein yang paling baik bagi tubuh. Karena kandungan protein yang dihasilkan sendiri memiliki kegunanaan diantaranya mampu mencerdaskan otak, meningkatkan daya tahan tubuh dan mencegah anemia[1].
Ikan lele sendiri memiliki berbagai kandungan gizi yang baik untuk tubuh. Terutama ikan lele hasil tangkapan liar. Ikan lele hasil tangkapan liar mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi dibandingkan ikan lele yang dibudidayakan. Kadar vitamin D yang cukup rendah menjadi salah satu faktor bahwa ikan lele hasil tangkapan liar mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi[2].
Berbeda dengan ikan lele yang dibudidayakan merupakan ikan lele dengan kandungan vitamin D yang cukup tinggi. Dalam sebuah studi menyatakan bahwa ikan lele yang dibudidayakan mengandung kalori yang lebih banyak yaitu 25 persen[2].
Beberapa tahun terakhir ikan lele banyak sekali menjadi sorotan. Karena adanya kandungan merkuri yang terdapat pada tubuh ikan lele. Kandungan ini memiliki efek samping yang berbahaya bagi tubuh. Jika dikonsumsi sembarangan ikan lele pastinya akan berdampak buruk bagi kesehatan. Berikut ini beberapa efek samping yang diderita bila terlalu banyak makan ikan lele bagi kesehatan :
Daftar isi
Adanya kelenjar tiroid dalam leher bisa disebabkan karena adanya virus yang masuk dalam tubuh. Mengkonsumsi lele secara berlebihan bisa jadi berdampak serius dan memicu terjadinya kelenjar tiroid. Hal ini terjadi karena kebanyakan peternak ikan lele menggunakan pakan yang berasal dari pakan kotoran hewan. Kotoran hewan inilah yang menyebabkan adanya pemicu kelenjar tiroid pada manusia. Kelenjar tiroid sendiri dapat menyebabkan pembengkakan dan munculnya peradangan akibat cairan tiroid yang cukup banyak[3].
Proses beternak lele dibilang tidak cocok untuk digunakan sebagai konsumsi ikan lele. Peternakan lele biasanya untuk menghemat pengeluaran dalam pembiayaan pakan biasanya diatas tambak diberi jamban. Gunanya untuk memberi makan ikan lele dengan kualitas murah. Ikan lele sendiri bisa hidup di air kotor tapi rentan sekali terkena kontamininasi dari kotoran yang mengandung bakteri aktif. Penyakit yang dapat disebabkan jika dikonsumsi dari petrenakan yang tidak berstandar dapat menyebabkan diare, muntaber yang disebabkan oleh lele yang memakan makanan yang ada di sekelilingnya[2].
Pemeliharaan serta pemberiaan makanan yang kurang berkualitas dapat menyebabkan ikan lele mengandung berbagai macam kuman maupun bakteri. Dalam tubuh ikan lele akan ada sekali unsur logam yang terdapat didalamnya. Pengendapan ini akan menyebabkan pemicu kanker maupun penyakit lainnya. Sifat logam yang sangat larut oleh air dapat menimbulkan permasalahan dalam tubuh[2].
Tubuh akan sangat rentan terkena penyakit berbahaya jika mengonsumsi ikan lele yang mengandung unsur logam. Pemeliharaan yang kurang steril dan tidak bersih akan memicu adanya kandungan logam didalamnya. Ikan lele akan memakan makanan yang ada disekitarnya terutama makanan yang mengandung unsur logam[2].
Penyakit jantung tidak hanya disebabkan dari lahir atau bawaan. Penyakit ini juga dapat disebabkan oleh konsumsi yang tidak bersih seperti memakan ikan lele yang tidak bersih. Proses pengelolaan ikan lele yang kurang baik akan menimbulkan terjadinya serangan jantung. Cara memasak yang salah dan penggunaan minyak yang dipakai berkali-kali akan menyebabkan ikan lele saat dimasak bisa dimasuki oleh zat berbahaya[1].
abnormal didapat jika penggunaan minyak bekas yang sangat sering digunakan untuk keperluan rumah tangga. Seperti halnya penggunaan saat mengolah ikan lele menjadi masakan. Minyak bekas atau minyak jelantah mempunyai kandungan radikal bebas yang cukup tinggi. Penggunaan ini akan berakibat fatal saat menggunakannya secara terus menerus. Munculnya sel abnormal dapat disebabkan karena banyaknya lemak jenuh yang ada pada minyak bekas. Sifat karsigonik bisa dibilang menjadi pemicu terjadinya sel abnormal itu sendiri[2].
Jumlah Takaran Konsumsi Lele yang aman untuk kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian ikan lele yang perlu dikonsumsi oleh manusia sekitar 500 gram takaran. Dalam 500 gram tersebut sama saja 4 ekor lele Dumbo. Sementara bagi lele yang sudah difillet yang dibudidayakan baiknya dikonsumsi sebanyak 141,5 gram protein. Bila dimasak panas ikan lele kering mengandung 217 kalori, 26,7 gram protein, lemak 11,5 gram[2].
Maka baiknya konsumsi lele seusai takaran yang diharuskan dan jangan berlebihan. Karena bila berlebihan akan tidak baik bagi kesehatan tubuh. Tubuh kita akan mudah terkena penyakit dan mudah mengalami penurunan imunitas. Sesuai anjuran sebaiknya konsumsi ikan lele setiap 2 minggu sekali untuk menjaga kekebalan tubuh. Seperti diketahui ikan lele tidak bisa diprediksi dalam penangkaran ikannya.
Karena setiap tambak yang ada tidak bisa kita lihat pakan yang akan digunakan untuk bahan konsumsi ikan lele belum tentu sangat steril dibandingkan dengan pemberdayaan ikan lainnya. Dengan begitu konsumsi ikan lele yang baik perlu memperhatikan standar pemberdayaan kolam ikan lele. Lebih baik lagi jika mengonsumsi ikan lele yang diambil dari ikan liaran. Kondisi ikan lele liaran sendiri sangatlah baik untuk kesehatan[2].
1) Li-Yeh Chuang, Sheng-Wei Tsai, Cheng-Hong Yang, doi.org.10.1016.j.eswa.2011.04.057, Improved binary particle swarm optimization using catfish effect for feature selection, 2011.
2) Weija Cui, Yuzhu He, doi.org.10.1155.2018. 6906295, Biological flower pollination algorithm with orthogonal learning strategy and catfish effect mechanism for global optimization problems, 2018
3) Zhengroung Niu, Honghong Rao, Xin Xue, Mingyue Luo, Xiuhui Liu, Zhonghua Xue, Xiaoquan Lu, doi.org.10.1039.D0AN01830A, A Fenton-like reaction system with analyte-activated catfish effect as an enhanced colorimetric and photothermal dopamine bioassay, 2021.