Hernia inguinalis ditandai dengan adanya tonjolan pada dinding perut bagian bawah. Hernia biasanya terjadi ketika jaringan lemak atau bagian dari usus menonjol pada area yang lemah pada selangkangan. Hernia pada bayi dapat berkembang pada beberapa bulan pertama setelah bayi lahir.[1]
Hernia dapat terjadi di salah satu dari dua bagian selangkangan dan biasanya lebih sering terbentuk pada sisi kanan daripada sisi kiri. Namun, pada beberapa orang yang memiliki hernia pada salah satu sisi dapat berkembang pada sisi yang lain [1].
Hernia inguinalis lebih sering dialami oleh bayi laki-laki daripada perempuan. Pada bayi laki-laki dapat terjadi ketika kanal inguinalis tak menutup secara sempurna pada saat proses pertumbuhan. Pada masa kehamilan, testis akan berkembang di perut dan kemudian bergerak turun ke skrotum melalui kanal inguinalis[2].
Hernia inguinalis pada pediatrik biasanya dialami oleh bayi lahir prematur atau anak-anak usia 0 – 5 tahun. Hernia inguinalis bisa menjadi masalah kesehatan yang serius, sehingga untuk para orang tua perlu mengenali gejala-gejala hernia inguinalis pada bayi mereka [4]. Berikut ini merupakan tanda dan gejala hernia inguinalis pada bayi.
Daftar isi
Benjolan biasanya dapat dilihat di daerah skrotum pada bayi laki-laki atau daerah bibir kemaluan (labia) pada bayi perempuan. Benjolan akan lebih tampak ketika bayi menangis atau mengejan. Selain itu, tonjolan biasanya akan menghilang saat bayi rileks atau tidur [5]. Jika tonjolan tidak hilang meski anak sedang rileks, maka kemungkinan organ-organ dari dalam perut terperangkap di dalam hernia sehingga organ tersebut tidak dapat kembali ke perut [4].
Bengkak atau benjolan tampak lebih besar ketika batuk, menangis, membungkuk, bersin, atau mengejan. Benjolan akan menjadi lebih kecil atau hilang ketika bayi rileks. Jika benjolan didorong lembut saat bayi tenang dan berbaring, biasanya benjolan akan mengecil atau kembali ke perut. Namun, langkah ini sebaiknya hanya dilakukan oleh tenaga medis [4].
Benjolan mungkin berupa massa keras di kanalis inguinalis atau skrotum dan jika diraba terasa lembut. Benjolan terasa keras karena berisi organ-organ dari dalam perut. Rasa tidak nyaman akibat hernia mungkin membuat bayi rewel, tidak mau menyusu, dan menangis tanpa henti [6].
Hernia inguinalis pada bayi dapat dilihat dari kondisi perut yang tampak bulat dan penuh. Kondisi tersebut terutama terjadi pada daerah perut bagian bawah atau mendekati selangkangan. Organ-organ dari dalam perut akan mendorong pada titik lemah di dinding perut bagian bawah sehingga membuat perut tampak bulat dan penuh [2], [7].
Jika diraba, benjolan menunjukkan massa halus yang berasal dari cincin eksternal lateral tuberculum pubis. Massa mungkin hanya terlihat ketika batuk atau aktivitas yang menekan rongga perut. Kadang-kadang, jika disentuh terasa seperti usus di dalam kantung hernia. Pada anak perempuan, terasa ovarium berada di dalam kantung hernia, terkadang disamakan dengan kelenjar getah bening di daerah selangkangan [6].
Tekstur benjolan terasa keras ketika disentuh. Hal ini dikarenakan hernia berisi organ-organ dari dalam perut. Benjolan akan terasa seperti usus atau ovarium pada bayi perempuan. Benjolan hernia biasanya berukuran kira-kira sebesar buah zakar [3][7].
Hernia inguinalis tidak selalu menimbulkan rasa sakit dan bergejala. Namun rasa nyeri pada selangkangan dapat menjadi salah satu tanda gejala adanya hernia inguinalis. Nyeri akan terasa terutama ketika bayi beraktivitas fisik, seperti batuk, menangis, berdiri, atau mengejan. Selain nyeri, sensasi terbakar, berdeguk, sensasi berat dan menyeret pada selangkangna. Bayi mungkin akan mengekspresikannya melalui menangis, rewel, atau pada bayi yang sudah cukup besar akan menunjukkan rasa sakitnya pada orang tua [2].
Kulit pada permukaan hernia akan berwarna merah atau berbeda dengan kulit bagian lainnya. Hernia dapat membatasi aliran darah ke area tersebut, sehingga kulit mungkin akan terlihat abu-abu atau biru. Kulit di atas tonjolan mungkin edema, eritematosa, dan berubah warna [6].
Hernia inkarserata yang semakin parah dan menjadi lebih kencang atau bahkan memerah kemungkinan bayi akan mengalami sakit atau nyeri bahkan muntah. Jika suplai darah dari isi hernia terputus disebut hernia strangulasi atau hernia tercekik[2].
Gejala-gejalanya termasuk sakit parah, muntah, tidak nafsu makan, kemerahan atau memar di sekitar tonjolan, dan terkadang demam, serta tinja berdarah [8]. Nyeri, mual, dan muntah menunjukkan bahwa telah terjadi obstruksi usus, sedangkan nyeri yang menetap menunjukkan hernia strangulata [2].
Hernia inguinal dapat berkembang lebih parah menjadi hernia inkarserata dan strangulata. Gejala hernia inguinal yang telah berkembang menjadi hernia strangulata salah satunya adalah demam [4].
Cara pengobatannya
Setelah bayi lahir, kanalis inguinalis akan menutup sehingga akan menghentikan pergerakan testis kembali ke perut. Namun, apabila kanal inguinalis tak menutup secara sempurna maka sebagian usus dapat terdorong masuk ke kanal melalui area yang lemah pada dinding perut bagian bawah sehingga membentuk hernia [2].
Sementara pada bayi perempuan, processus vaginalis yang tidak menutup akan meninggalkan lubang dari perut ke dalam kanalis inguinalis. Hal ini dapat membentuk hernia akibat dari sebagian usus atau ovarium terperangkap, meskipun kejadian tersebut jarang terjadi [3].
Hernia inguinalis dapat ditangani melalui prosedur pembedaan. Prosedur hernia inguinal atau herniorrhapy atau hernioplasty dapat dilakukan melalui prosedur pembedahan terbuka dan laparoskopi. Pembedahan elektif merupakan prosedur yang paling direkomendasikan untuk hernia inguinalis[9].
Pembedaan elektif bertujuan untuk mencegah adanya komplikasi inkarserasi dan strangulasi. Pembedaan terbuka biasanya dilakukan untuk mengatasi ketidaknyamanan pada pasien. Hernia inguinalis pada bayi sebaiknya segera ditangani setelah diagnosis ditegakkan [9].
Pembedahan perlu ditunda apabila bayi mengalami infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, atau ruam yang signifikan di selangkangan. Setelah prosedur pembedahan, sebaiknya hindari aktivitas fisik selama satu minggu. Setelah itu, pasien sudah diperbolehkan untuk melakukan aktivitas fisik, seperti olahraga, berenang, dan berlari [8].
[1] B. Nazario. WebMd. Inguinal Hernia: Symptoms, Causes, Diagnosis, & Treatment. 2020.
[2] W. Onuigbo dan G. E. Njeze. Journal of Surgery and Operative Care. Inguinal Hernia. A Review. 2015.
[3] T. Takezoe et al. Journal of Pediatric Surgery Case Reports. A female infant with an inguinal hernia containing the uterus and bilateral ovaries. 2015.
[4] Anonim. NIDDK. Inguinal Hernia. 2019.
[5] A. A. Helal. Intechopen. Inguinal hernia in infancy and early childhood. 2017.
[6] A. Hebra. Medscape. Pediatric Hernias Clinical Presentation: History, Physical, Causes. 2018.
[7] Lucille Packad Children’s Hospital Stanford. Stanford Children’s Health. Inguinal and Umbilical Hernias in Children. 2020.
[8] A. Hebra. Medscape. Pediatric Hernias Treatment & Management: Medical Care, Surgical Care, Consultations. 2018.
[9] K. E. Leblanc, L. L. Leblanc, dan K. A. Leblanc. American Family Physician. Inguinal Hernias: Diagnosis and Management. 2013.