Sindrom Kleine-Levin atau sindrom putri tidur yang ada pada dongeng bukanlah khayalan semata. Sindrom ini benar-benar ada dan meskipun namanya sindrom putri tidur tetapi sindrom ini tidak hanya menyerang wanita saja, melainkan juga menyerang laki-laki, baik anak-anak, remaja, maupun orang dewasa.
Walaupun dapat dialami oleh siapa saja tetapi sindrom Kleine-Levin merupakan sindrom yang langka dan jarang terjadi. Namun, penderita sindrom tersebut dapat tidur selama berhari-hari hingga bertahun-tahun tanpa dapat diprediksi kapan sindrom akan kambuh dan menyerang si penderita[1,2].
Seseorang yang mengalami sindrom Kleine-Levin dapat diidentifikasi dari gejala-gejala yang dialaminya. Berikut ini gejala-gejala sindrom putri tidur yang terjadi pada wanita:
Demam merupakan kondisi dimana suhu tubuh meningkat hingga lebih dari 38 derajat celcius. Demam merupakan suatu kondisi yang menandakan adanya penyakit tertentu dalam tubuh, termasuk juga menjadi salah satu tanda atau gejala dari sindrom putri tidur.
Orang yang mengalami sindrom Kleine-Levin kebanyakan mengalami demam di awal periode. Bahkan menurut penelitian orang dengan sindrom putri tidur yang mengalami gejala demam tercatat sebanyak 50%[1].
Mengantuk merupakan gejala yang dapat diamati dari sindrom putri tidur, tetapi tidak semua orang yang mengantuk mengalami sindrom ini. Mengantuk merupakan hal yang wajar tetapi menjadi tidak wajar ketika seseorang mengantuk berlebih hingga menyebabkan aktivitas terganggu.
Orang yang mengalami sindrom putri tidur biasanya tetap mengantuk meski telah tidur dengan waktu yang lama. Penderita sindrom ini mengalami mengantuk dengan lama bervariasi, mulai dari 3 sampai 25 hari, maka dari itu tidak jarang mereka bisa tidur hingga 20 jam bahkan lebih dalam sehari[1,2].
Hiperfagia adalah meningkatnya keinginan untuk makan secara berlebih. Penderita sindrom putri tidur mengalami gejala hiperfagia ketika sindrom ini berlangsung, bahkan penelitian membuktikan bila sebanyak 75% penderita mengalami gejala hiperfagia selama sindrom berlangsung.
Penderita yang mengalami gejala ini biasanya makan dalam porsi banyak dan menginginkan makanan yang jarang dikonsumsi olehnya, contohnya seperti junk food atau makanan manis yang mengandung banyak gula. Hal ini karena nafsu makan berlebih membuat penderita sindrom putri tidur memiliki risiko terkena diabetes dan obesitas[1,2].
Gangguan kognitif adalah suatu kondisi dimana kemampuan berpikir dan mengingat mengalami penurunan. Penderita yang mengalami gangguan kognitif biasanya menunjukkan perilaku kebingungan, konsentrasi menurun, dan gangguan dalam berbicara.
Dikarenakan mengalami gejala kognitif, biasanya penderita sindrom putri tidur tidak mengingat kejadian yang terjadi selama periode sindrom berlangsung[1,2].
Disinhibisi seksual atau hiperseksualitas adalah suatu gangguan dimana seseorang mengalami kecanduan seks. Penderita sindrom putri tidur mengalami gejala ini dan biasanya mereka tidak sadar dengan apa yang telah terjadi atau yang telah mereka lakukan selama periode sindrom berlangsung.
Oleh karena itu, gejala ini sangat berbahaya baik bagi penderita itu sendiri dan bagi orang lain sehingga harus segera mendapat perawatan dan penanganan yang tepat[1,2].
Kelainan perilaku adalah kondisi dimana seseorang menunjukkan perilaku tidak normal dan menyimpang sehingga dapat membahayakan dirinya dan orang lain. Penderita sindrom putri tidur biasanya mengalami gejala kelainan perilaku dan menunjukkan perilaku yang tidak biasa.
Perilaku yang ditunjukkan diantaranya adalah bertingkah seperti anak-anak dan kebingungan ketika bangun[1,2].
Bicara tidak relevan atau bicara melantur merupakan salah satu gejala dari sindrom putri tidur. Penderita mengalami gejala ini karena dipengaruhi oleh adanya gangguan kognitif.
Selain itu, penderita sindrom ini juga kesulitan membedakan antara kehidupan nyata dan mimpi. Maka dari itu, tak heran apabila penderita berbicara tidak relevan dan menyimpang[1].
Apatis merupakan sikap tak acuh atau tidak peduli seseorang kepada lingkungan sekitar. Biasanya penderita sindrom putri tidur mengalami gejala ini ketika mereka bangun.
Selain itu, ketika bangun penderita juga akan terlihat sedih dan jarang berkomunikasi dengan orang lain. Maka dari itu, ketika penderita sindrom ini bangun tidur mereka hanya akan makan atau pergi ke kamar mandi dan tidak menghiraukan kejadian-kejadian yang terjadi di sekitar mereka[1].
Derealisasi adalah kondisi dimana seseorang merasa dirinya terpisah dari pikiran, perasaan, dan lingkungan sekitarnya. Biasanya orang yang mengalami gejala ini akan merasa seperti sedang di alam mimpi dan menganggap lingkungan sekitarnya salah.
Oleh karena itu, tak heran apabila penderita sindrom putri tidur mengalami kebingungan ketika mereka bangun dari tidurnya. Selain itu, beberapa orang juga mengalami halusinasi selama periode sindrom berlangsung[1,2].
Seperti yang disebutkan sebelumnya, bahwa sindrom ini dapat dialami oleh siapa saja. Maka dari itu, setiap orang yang mengalami gejala-gejala yang disebutkan di atas lebih baik waspada dan berhati-hati.
Hal ini dikarenakan orang yang mengalami salah satu atau beberapa dari gejala di atas dapat dikatakan bahwa orang tersebut menderita sindrom putri tidur. Apabila seseorang mengalami gejala di atas maka harus segera dibawa ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Jika penderita tidak segera mendapat penanganan yang tepat maka akan sangat berbahaya karena dapat menyebabkan aktivitas sehari-hari terganggu dan terlewatnya momen-momen spesial dalam hidup. Selain itu, penderita juga mengalami kurangnya bersosialisasi dengan orang lain sehingga kemampuan komunikasi yang dimiliki menjadi kurang berkembang[2].
1. Naresh Nebhinani and Navratan Suthar. Sleeping Beauty Syndrome: A Case Report and Review of Female Cases Reported from India. 39(3): 357–360. Indian Journal of Psychological Medicine; 2017.
2. Soumiya Mudgal, R. C. Jiloha, Manish Kandpal, and Aparna Das. Sleeping Beauty: Kleine–Levin Syndrome. 56(3): 298–300. Indian Journal of Psychiatry; 2014.