Penyakit & Kelainan

Abrasi Gigi : Penyebab – Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : drg. Jefrianto Wololy
Penting diingat bahwa yang menyebabkan abrasi gigi adalah faktor-faktor mekanik yang seringkali berkaitan dengan kebiasaan buruk pasien. Dokter gigi dapat membantu pasien menemukan faktor-faktor apa saja

Apa Itu Abrasi Gigi?

Abrasi Gigi (img: dentalcare.com)

Abrasi gigi merupakan sebuah kondisi ketika lapisan gigi atau enamel hilang karena terjadinya gesekan antar gigi dalam jangka panjang dan berlebihan [1,2,3,4,5,6].

Letak gigi terdekat dengan pipi adalah yang paling rentan mengalami abrasi dan buccal side adalah istilah untuk kondisi ini.

Abrasi gigi ditandai dengan ciri khusus, yakni lekuk V yang ada di bagian leher gigi dan hal ini biasanya terjadi sebagai akibat dari seringnya menyikat gigi keras-keras dan secara kasar.

Tinjauan
Abrasi gigi adalah kondisi ketika enamel gigi (lapisan gigi) hilang karena gigi mengalami gesekan dengan gigi ataupun benda keras lainnya.

Perbedaan Antara Abrasi dan Erosi Gigi

perbedaan abrasi dan erosi gigi

Abrasi gigi dan erosi gigi adalah dua kondisi masalah gigi yang hampir sama namun berbeda [1,5,7].

Walau sama-sama melibatkan kerusakan pada gigi, lokasi kerusakan dan faktor penyebabnya rata-rata berbeda.

Bila dibiarkan, kedua kondisi akan sama-sama berbahaya.

Pada kasus abrasi gigi, lokasi terjadinya abrasi adalah gigi yang paling dekat dengan pipi di mana kerusakannya disebabkan umumnya oleh benda-benda keras.

Gesekan antara gigi dengan benda keras seperti tindikan mulut, kuku, pensil atau benda lain yang sering digigit.

Sementara itu, erosi gigi adalah kondisi enamel atau lapisan gigi yang aus di mana hal ini ditandai utama dengan penampakan bentuk gigi yang berubah membulat.

Erosi gigi juga identik perubahan warna gigi dengan transparansi.

Bentuk gigi akan lebih nampak gepeng ketika erosi terus berlanjut tanpa memperoleh penanganan yang tepat.

Berbeda dari abrasi gigi yang kerusakannya disebabkan oleh gesekan antara gigi dan benda keras, proses kimia adalah alasan dibalik terjadinya erosi gigi pada permukaan gigi.

Kadar asam tinggi yang berasal dari air liur biasanya menjadi penyebab utama gigi mengalami erosi sehingga mulut kering ataupun makanan/minuman dengan kadar asam tinggi mampu menjadi pemicu.

Tinjauan
Bila abrasi gigi terjadi di area gigi dekat pipi dan disebabkan oleh gesekan gigi dengan benda keras, maka erosi gigi biasanya terjadi pada permukaan gigi yang disebabkan oleh proses kimia (kadar asam terlalu tinggi dalam mulut).

Fakta Tentang Abrasi Gigi

  1. Pada orang dewasa, risiko abrasi gigi diketahui terjadi peningkatan di usia 20 ke atas sebanyak 3% dan pada usia lanjut (70 tahun ke atas) meningkat lagi sebanyak 17% [1].
  2. Di Indonesia, data prevalensi abrasi gigi menunjukkan angka 53,33% pada usia 50-59 tahun, 45,45% pada usia 40-49 tahun, dan 22,58% pada usia 30-39 tahun [2].
  3. Menurut hasil survei, kasus abrasi gigi rahang bawah adalah sebanyak 38% dan abrasi gigi rahang atas sebesar 36,65% [2].

Penyebab Abrasi Gigi

Abrasi gigi utamanya disebabkan oleh beberapa kebiasaan buruk yang berhubungan dengan makan maupun menggosok gigi.

Berikut ini merupakan faktor-faktor yang perlu diketahui dapat meningkatkan risiko abrasi gigi [1,3,4,5,6,7] :

  • Cara yang Salah dalam Menggosok Gigi

Menggosok gigi dengan cara yang salah, seperti terlalu keras dan kasar lalu menyikatnya terlalu lama mampu memicu abrasi.

Gerakan menyikat gigi ke depan dan ke belakang adalah kurang tepat, sebab yang paling dianjurkan adalah gerakan vertikal, yaitu memutar atau justru ke atas dan ke bawah untuk bagian depan.

  • Bruxism

Menggeretakkan gigi adalah kebiasaan buruk yang banyak tak disadari, apalagi hal ini seringkali terjadi saat si pemilik kebiasaan sudah terlelap.

Bruxism dalam jangka panjang dapat berefek buruk pada gigi karena gesekan antar gigi terus-menerus justru menyebabkan abrasi gigi.

  • Menggigit Benda Keras

Beberapa orang pasti memiliki kesenangan tersendiri saat mengonsumsi makanan yang bertekstur keras atau bahkan menggigiti benda-benda keras.

Sering menggigit kuku, pensil atau benda keras lainnya dapat menjadi pemicu abrasi gigi bila kebiasaan ini diteruskan.

  • Tindikan di Area Mulut

Tindik di sekitar bagian dalam mulut mungkin dianggap cantik oleh beberapa orang, namun aksesoris satu ini sebenarnya dapat menjadi berbahaya bagi kondisi gigi.

Lapisan gigi mudah terkikis bila gigi bergesekan dengan anting di mana hal ini berujung pada abrasi nantinya.

  • Pasta Gigi Berbahan Keras

Pasta gigi berkandungan bahan yang terlalu keras dapat menjadi penyebab abrasi gigi.

Abrasi karena pasta gigi dapat terjadi terutama di bagian akar gigi dan proses pengikisan pun dapat terjadi terus-menerus ketika penggunaan pasta gigi masih sama.

  • Kawat Gigi

Tak berbeda jauh dari tindikan di sekitar mulut yang menyebabkan gesekan, kawat gigi pun menjadi faktor peningkat risiko abrasi gigi.

Tak hanya itu, daya cengkeram kawat terhadap gigi yang berkekuatan besar dapat merusak jaringan lunak serta struktur gigi tanpa disadari.

Oleh sebab itu, para pengguna kawat gigi dianjurkan untuk sering-sering berkonsultasi dengan dokter gigi usai pemasangan.

  • Pemakaian Tusuk Gigi

Kebiasaan menggunakan tusuk gigi tiap sehabis makan untuk mengangkat sisa makanan yang terselip di antara gigi rupanya dapat berdampak pada timbulnya abrasi gigi.

Karena berpotensi merusak gigi, maka jauh lebih aman untuk menggunakan benang gigi dalam membersihkan sela-selanya.

Tinjauan
Berbagai kebiasaan buruk yang dianggap normal rupanya dapat membahayakan gigi. Pemakaian tusuk gigi setiap sehabis makan, menyikat gigi dengan salah, mengerat gigi (bruxism), menggigit benda keras, tindikan pada area dalam mulut, penggunaan pasta gigi berbahan keras, dan kawat gigi adalah faktor-faktor pemicu abrasi gigi.

Gejala Abrasi Gigi

Beberapa gejala abrasi gigi yang paling nampak antara lain adalah [1,3,4,5]:

  • Gigi lebih sensitif, sehingga ngilu dan nyeri akan terasa setiap kali mengonsumsi makanan manis, dingin dan panas, termasuk juga saat menyikat gigi.
  • Bentuk gigi berubah pada beberapa bagian sebagai akibat dari pengikisan, yakni mencekung tajam mirip dengan huruf “v” kecil.
  • Mudah dan sering terserang infeksi.

Pemeriksaan Abrasi Gigi

Bila memang gejala abrasi gigi mulai timbul, maka sudah saatnya untuk memeriksakan diri ke dokter.

Dalam mendiagnosa gejala, dokter akan menanyakan hal-hal seputar kondisi kesehatan dan riwayat medis pasien yang kemungkinan berdampak pada gigi.

Beberapa pertanyaan yang biasanya diajukan kepada pasien untuk mengidentifikasi kondisi antara lain adalah [1,3,4,6] :

  • Apakah pasien memiliki kebiasaan mengerat gigi atau mengalami bruxism.
  • Apakah pasien memiliki gangguan pencernaan pada lambung, seperti asam lambung yang mudah naik.
  • Apakah pasien menggunakan obat-obatan yang memberi efek samping mulut kering.
  • Apakah pasien melakukan diet tinggi asam.
  • Apakah pasien menderita kelainan/gangguan makan.

Pengobatan Abrasi Gigi

Abrasi gigi dapat ditangani melalui beberapa metode, baik itu secara alami dengan cara yang sederhana maupun melalui penanganan medis [3,4,6].

  • Menghilangkan Kebiasaan Buruk

Kebiasaan-kebiasaan buruk yang merugikan kesehatan gigi perlu segera dihentikan.

Mulai dari kebiasaan menggigit benda keras, makan makanan bertekstur keras, menggeretakkan gigi, menyikat gigi dengan cara yang salah dan penggunaan tusuk gigi.

Bahkan kebiasaan dalam memilih dan menggunakan pasta gigi perlu diperhatikan lagi.

Hindarilah pasta gigi berbahan keras yang berpotensi besar merusak gigi jika digunakan dalam jangka panjang.

  • Menggunakan Pasta Gigi Berfluoride

Pada kasus abrasi gigi yang menyebabkan kerusakan ringan, pasta gigi ber-fluoride masih dapat membantu pemulihan kondisi gigi.

Bahkan fluoride adalah kandungan pasta gigi yang juga mampu mencegah gigi berlubang sekaligus meminimalisir risiko terbentuknya karies.

  • Menggunakan Sikat Gigi dengan Bulu Lembut

Bulu sikat gigi yang lembut jauh lebih baik bagi kesehatan gigi karena selain menyikat gigi keras-keras, bulu sikat gigi yang keras juga menyebabkan abrasi gigi.

Pilihlah dan gunakan setiap hari sikat gigi yang aman dan tidak berpotensi merusak lapisan gigi, yakni sikat gigi berbulu lembut.

  • Menggunakan Mouthguard

Mouthguard atau pelindung mulut bisa menjadi cara penanganan abrasi gigi, khususnya bila kondisi ini disebabkan oleh kebiasaan menggeretakkan gigi.

Dokter gigi umumnya akan memberikan penanganan ini untuk mengurangi risiko kerusakan lebih serius pada gigi.

  • Tambal Gigi

Bila dokter menemukan struktur gigi yang benar-benar parah karena abrasi gigi, maka kemungkinan solusi perawatannya adalah dengan tambalan gigi.

Struktur gigi yang berpotensi hilang adalah ketika abrasi gigi tidak segera ditangani walau sudah terjadi gejala.

Gejala dalam jangka waktu lama akan memperparah kondisi sehingga menambalnya akan sangat membantu.

Struktur gigi yang rusak dan sudah sampai ke tulang gigi atau dentin maka dokter biasanya merekomendasikan bahan resin komposit untuk tambalannya.

Warnanya pun akan disesuaikan dengan warna gigi asli pasien sehingga enamel gigi tergantikan tanpa membuatnya tampak kontras.

Tinjauan
Penanganan abrasi gigi dapat dilakukan baik dengan cara alami yang sederhana maupun penanganan medis. Menghindari kebiasaan buruk penyebab abrasi sangat dianjurkan. Penggunaan sikat gigi berbulu lembut dan pasta gigi berfluoride, pemasangan mouthguard/pelindung mulut dalam mencegah bruxism berkelanjutan, serta tambal gigi adalah penanganan abrasi gigi lainnya.

Pencegahan Abrasi Gigi

Abrasi gigi adalah kondisi yang dapat dicegah dan berikut adalah langkah-langkah upaya pencegahan yang dapat dilakukan [1,4] :

  • Tidak menyikat gigi keras-keras.
  • Selalu menggunakan sikat gigi yang tepat dan aman bagi gigi, yaitu yang berbulu lembut.
  • Konsultasikan kepada dokter bagaimana cara menyikat gigi yang benar (gerakan yang tepat).
  • Jika memakai kawat gigi, pastikan pemasangannya tepat, rawat dengan benar, dan tetap periksakan/konsultasikan dengan dokter.
  • Cek kesehatan gigi ke dokter gigi secara rutin (setiap 6 bulan) supaya abrasi gigi ataupun masalah gigi lainnya terdeteksi sejak awal.
  • Tidak menggigit benda keras dan memakan makanan yang bertekstur keras.
  • Gunakan benang gigi daripada tusuk gigi tajam yang berpotensi merusak gigi.
  • Hindari kebiasaan mengerat gigi dan atasi dengan berkonsultasi pada dokter bila perlu.
Tinjauan
Pencegahan abrasi gigi terbaik adalah dengan menghindari seluruh kebiasaan yang menyebabkannya. Pengecekan kondisi kesehatan gigi secara rutin juga sangat diperlukan agar apapun risiko masalah gigi dapat terdeteksi dan ditangani sejak dini.

1) Ayesha Hanif, Haroon Rashid, & Mustafa Nasim. 2015. Journal of Restorative Dentistry. Tooth surface loss revisited: Classification, etiology, and management.
2) Kalangie, P.B., Gunawan, P. & Anindita, P, 2016. Pharmacon. Gambaran abrasi gigi ditinjau dari metode menyikat gigi pada masyarakat di lingkungan II kelurahan Maasing kecamatan Tuminting kota Manado.
3) Gargi S Sarode & Sachin C Sarode. 2013. Journal of Oral and Maxillofacial Pathology. Abfraction: A review.
4) Francisco J. López-Frías, Lizett Castellanos-Cosano, Jenifer Martín-González, José M. Llamas-Carreras, & Juan J. Segura-Egea. 2012. Journal of Clinical and Experimental Dentistry. Clinical measurement of tooth wear: Tooth wear indices.
5) Geoffrey H. Sperber. 2017. Dentistry Journal. Dental Wear: Attrition, Erosion, and Abrasion—A Palaeo-Odontological Approach.
6) Marcelle M Nascimento, Deborah A Dilbone, Patricia Nr Pereira, Wagner R Duarte, Saulo Geraldeli, & Alex J Delgado. 2016. PubMed gov National Library of Medicine. Abfraction Lesions: Etiology, Diagnosis, and Treatment Options.
7) M Addy & R P Shellis. 2006. PubMed gov National Library of Medicine. Interaction Between Attrition,abrasion and Erosion in Tooth Wear.

Share