Dalam upaya menjaga kesehatan mental, tersedia banyak jenis terapi untuk membantu seseorang untuk tetap pada kewarasannya.
Di tengah dunia yang dapat menimbulkan berbagai macam tekanan, risiko stres, kecemasan berlebih, dan depresi sangat tinggi, psikoterapi ada untuk menolong orang-orang yang bersedia membuka diri dan memperoleh bantuan dari ahlinya [1,2,3].
Jika kita mengenal terapi perilaku kognitif maupun terapi eksposur sebagai metode psikoterapi, ada pula terapi Hakomi (Hakomi therapy) yang dapat dikenali lebih dalam.
Daftar isi
Terapi Hakomi dikenal sebagai salah satu jenis psikoterapi yang menggunakan pendekatan somatik dan bertujuan membantu perkembangan psikologis seseorang [1,4,5].
Ron Kurtz adalah sosok yang memperkenalkan terapi Hakomi pertama kali pada akhir tahun 1970-an [5].
Dikembangkan melalui kombinasi sejumlah gaya dan prinsip berbeda-beda, terapi Hakomi menganut filosofi Timur, seperti Taoisme dan Buddhisme dengan berbagai terapi tubuh sentris lainnya [5].
Manusia adalah sosok makhluk dengan kelemahan dan terkadang penuh luka [1].
Jika psikoterapi lainnya adalah teknik-teknik yang membantu menghilangkan kelemahan atau luka tersebut, terapi Hakomi justru berbeda karena berfokus pada penerimaan dan perdamaian dengan hal-hal negatif dalam diri kita [1,4,5].
Pada terapi Hakomi, terdapat sejumlah teknik yang digunakan oleh terapis dalam memenuhi kebutuhan pasien-pasiennya [1,4].
Terapis terlatih dan terpercaya umumnya menggunakan keempat teknik berbeda sebagai berikut [1,4].
Pada proses teknik ini, terapis perlu menciptakan dan membangun sebuah lingkungan yang nyaman bagi pasien [1,4].
pasien akan lebih merasa santai, nyaman, serta mudah berpartisipasi dan terlibat di dalam sesi saat berada di lingkungan yang aman [1,4].
Pada proses teknik ini, terapis membantu pasien untuk berada pada sesi tahap meditasi untuk fokus memusatkan perhatian pada situasi saat itu juga [1,4].
Istilah lain untuk sesi tahap ini adalah mindfulness; maka dari itu, terapis perlu menciptakan sebuah kondisi dan situasi yang memampukan pasien berkonsentrasi dengan baik [1,4].
Di tahap ini, terapis akan bertanya kepada pasien mengenai apa yang mereka rasakan dan pasien akan mengungkapkan apa saja yang ia rasakan, pendam dan yakini yang selama ini tidak dapat mereka keluarkan [1,4,6].
Pada proses teknik ini, terapis menggunakan pendekatan somatik dalam memeriksa dan mendalami reaksi pasien dan hal-hal yang pasien alami [1,4].
Hal ini bertujuan untuk membantu pasien menciptakan pengalaman-pengalaman baru yang baik bagi kesehatan mentalnya [1,4].
Terapis akan menggunakan beberapa “eksperimen” kepada pasien untuk membangun kesadaran diri pasien, seperti melalui pertanyaan apa yang pasien rasakan dan pikirkan ketika ditanya apakah ia aman berada di sini [1,4].
Akan ada berbagai pertanyaan mendalam yang terapis akan ajukan kepada pasien untuk mengeksplorasi perasaan dan pengalaman mereka secara lebih luas untuk mendapatkan respon pasien yang juga lebih beragam [1,4].
Pada proses teknik ini membutuhkan kerja sama antara terapis dan pasien [1,4].
Melalui tahap ini, pasien akan memperoleh berbagai informasi dan saran-saran baru dari terapis untuk kepentingan pasien dalam menghadapi segala hal di dunia nyata [1,4].
Terdapat beberapa prinsip inti untuk terapi Hakomi bisa bekerja dengan baik pada terapis maupun pasien, yakni antara lain [1,4] :
Terapi Hakomi menawarkan sejumlah manfaat atau efek baik bagi pasien-pasiennya.
Meski belum terdapat penelitian mengenai dampak baik jangka panjang dari terapi ini, beberapa dampak jangka pendek ini perlu diketahui [1,7,8] :
Apa saja aspek kehidupan yang dapat dibantu dengan terapi Hakomi?
Terapi Hakomi adalah jenis terapi yang bermanfaat untuk kondisi kesehatan mental tertentu, namun juga mampu membantu beberapa aspek lain seperti [5] :
Bagaimana dengan efektivitas dari terapi Hakomi untuk pasien-pasiennya?
Penelitian untuk membuktikan efektivitas terapi Hakomi masih sangat terbatas hingga kini [1,4].
Namun dari beberapa hasil studi yang meneliti efeknya, terapi Hakomi sangat bermanfaat khususnya bagi penderita ADHD, gangguan kecemasan, dan depresi [1,4].
Meski terbukti efektif untuk beberapa kondisi mental tertentu, orang-orang perlu mempertimbangkan beberapa hal sebelum menempuh terapi ini [1,4].
Pasien berpotensi untuk tidak merasa nyaman dengan sentuhan fisik yang digunakan pada terapi ini, terutama pada pasien-pasien dengan pengalaman traumatis, seperti kekerasan dan pelecehan [1,4].
1. Brittany Loggins & Steven Gans, MD. What Is Hakomi Therapy?. Verywell Mind; 2022.
2. Cosima Locher, Sibylle Meier, & Jens Gaab. Psychotherapy: A World of Meanings. Frontiers in Psychology; 2019.
3. Sarah C. Cook, Ann C. Schwartz, & Nadine J. Kaslow. Evidence-Based Psychotherapy: Advantages and Challenges. Neurotherapeutics; 2017.
4. Uta Günther & Hugo Schielke (translator). Hakomi: Strengths & Limitations: Indications and Contraindications for the Use of Hakomi with Clients with Significant Clinical Disturbances. Hakomi Institute; 2006.
5. Ron Kurtz Hakomi Educational Materials. Explaining the Refined Method. Ron Kurtz Hakomi Educational Materials; 2020.
6. Robert Bageant. The Hakomi Method: Defining Its Place Within the Humanistic Psychology Tradition. Journal of Humanistic Psychology; 2011.
7. Vivianne Shands, Kamal Ahmed, Christina Toro, & Micah Anderson. Hakomi and the Underserved. Hakomi Institute; 2014-2015.
8. Scott William Kelly & Fiona Ann Papps. ‘Really caring, really curious, and really there’: a qualitative exploration of therapeutic presence from a Hakomi therapy perspective. Body, Movement and Dance in Psychotherapy; 2021.