Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Prosedur sedot lemak adalah salah satu bagian dari operasi plastik yang memiliki manfaat dan risiko sendiri. Beberapa risiko dari prosedur ini antara lain risiko dari prosedur pembiusan; memar; kerusakan
Sedot lemak merupakan salah satu prosedur operasi yang kerap dijalani wanita untuk mendapatkan bentuk tubuh yang ideal. Prosedur satu ini membutuhkan pengetahuan ilmiah dengan tingkat presisi dan keahlian serta keterampilan yang diperoleh berdasarkan pengalaman klinis bertahun-tahun [1].
Jika dilakukan dengan tepat, hasil dari sedot lemak dapat memberikan kepuasan bagi wanita atau individu yang menjalaninya. Namun alih-alih memberikan hasil maksimal, jika dilakukan tanpa pengetahuan yang mempuni prosedur ini justru akan memberikan dampak negatif.
Sedot lemak saat ini menjadi salah satu prosedur operasi plastik yang paling banyak dilakukan di dunia. Sama halnya dengan prosedur operasi lainnya terdapat berbagai risiko dan komplikasi yang dapat terjadi akibat sedot lemak [2]. Berikut beberapa bahaya dari sedot lemak yang perlu anda perhatikan:
Daftar isi
Berdasarkan kasus yang telah dilaporkan, sebanyak 1,02% individu yang melakukan prosedur sedot lemak akan mengalami rasa mual dan muntah setelah proses sedot lemak tersebut dilakukan [2].
Sedot lemak juga dilaporkan dapat menyebabkan komplikasi yang salah satunya berupa pengelupasan kulit. Kasus yang terjadi dilaporkan mencapai 0,09%. Meskipun relatif sangat kecil kejadiannya namun hal ini perlu diwaspadai [2].
Kondisi pasca operasi pasien sedot lemak harus selalu di monitor. Terutama bagi pasien yang melakukan prosedur sedot lemak dengan menghilangkan volume lemak dalam jumlah besar [2].
Bahaya sedot lemak lain yang mungkin terjadi jika prosedur yang dilakukan tidak tepat adalah munculnya pembengkakan setelah proses tersebut selesai dilakukan. Luka sayatan yang disebabkan oleh sedot lemak mungkin mengalami pembengkakan yang berkepanjangan, memar dan juga rasa seri setelah prosedur operasi dilakukan, terutama jika cairan yang berada di dalamnya tidak segera dikeluarkan [1].
Untuk mengurangi risiko tersebut, umumnya dilakukan teknik infiltrasi cairan untuk mempertahankan aspirasi yang tidak berdarah. Selain itu penggunaan pakaian bertekanan elastis pasca operasi sedot lemak untuk menjaga agar kulit tetap bersentuhan dengan otot dibawahnya dan mencegah adanya ruang mati [1].
Sama halnya dengan prosedur operasi yang lain, sedot lemak tidak menutup kemungkinan memiliki risiko infeksi. Meskipun prosedur dilakukan dengan sebaik mungkin, namun risiko terjadinya infeksi ini tidak dapat hilang begitu saja [3].
Prosedur sedot lemak ini juga harus memperhatikan beberapa hal termasuk kondisi kesehatan pasien. Pasien dengan penyakit diabetes melitus, penyakit jantung dan juga penyakit hati harus mendapatkan rekomendasi medis sebelum melakukan sedot lemak. Hal ini dikarenakan beberapa penyakit tersebut terutama diabetes dapat meningkatkan risiko infeksi setelah operasi sedot lemak dilakukan [4].
Tidak hanya komplikasi sederhana, namun prosedur sedot lemak juga memiliki risiko yang jauh lebih serius. Diantaranya adalah prosedur ini dapat menyebabkan terjadinya emboli paru [2].
Meskipun pada masa sekarang, banyak teknologi di bidang kedokteran dan operasi yang mengalami perbaikian, namun dahulu emboli paru ini merupakan salah satu penyebab terjadinya kematian pada pasien yang melakukan prosedur sedot lemak [2].
Prosedur sedot lemak bagi sebagian besar orang dianggap sebagai cara tercepat untuk menghilangkan lemak dalam tubuh dan mencapai berat dan proporsi tubuh yang ideal. Namun anda juga patut waspada bahwa prosedur ini memungkinkan risiko kulit kehilangan elastisitasnya. Alih-alih mendapatkan bentuk tubuh yang diinginkan kulit anda justru akan semakin kendur dan selulit semakin memburuk [3].
Kulit secara klinis, kulit tubuh kita seharusnya memiliki elastisitas yang cukup untuk berkontraksi dan mengkerut setelah prosedur pengangkatan lemak dilakukan. Namun kulit juga bisa mengalami penurunan elastisitas dan meninggalkan stretch mark yang membuat kulit terlihat menggelambir. Untuk mengembalikan bentuk kulit yang kencang biasanya diperlukan prosedur operasi tambahan [1].
Walaupun kasus ini sangat jarang terjadi, namun dilaporkan terdapat kasus yang terjadi pada seorang wanita berusia 54 tahun yang mengalami perforasi usus setelah melakukan prosedur pengangkatan lemak atau sedot lemak [5].
Perforasi usus ini sendiri merupakan terbentuknya lubang pada area usus, lebih tepatnya pada kasus tersebut terjadi kondisi jejunal perforation (perforasi jejunum / usus kosong). Kondisi ini menyebabkan rasa sakit yang persisten dan harus segera dilakukan tindakan perawatan agar tidak terjadi infeksi dan hal yang lebih fatal [5].
Komplikasi lain yang mungkin terjadi setelah prosedur sedot lemak adalah munculnya seroma. Seroma sendiri merupakan kumpulan cairan di area dimana prosedur sedot lemak dilakukan dan mungkin terjadi karena adanya reaksi trauma pada jaringan kulit tubuh [6].
Trauma pada jaringan tubuh yang berlebihan setelah adanya prosedur sedot lemak ini dapat menyebabkan kerusakan jaringan fibrosa. Selain itu pakaian elastis yang digunakan setelah prosedur sedot lemak dilakukan tidak pas, atau sering dilepas pakai dapat memicu timbulnya seroma. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa Ultrasound assisted liposuction (UAL) erat kaitannya dengan kejadian munculnya seroma pasca sedot lemak [6].
Selain kondisi yang telah disebutkan sebelumnya, ada beberapa risiko lain dari prosedur sedot lemak seperti risiko anestesi, adanya perubahan sensasi pada kulit yang akan muncul seterusnya, adanya kerusakan struktur saraf, pembuluh darah, otot, organ paru-paru dan perut lainnya [3].
Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum prosedur sedot lemak dilakukan. Secara garis besar berikut beberapa persiapan tersebut [5,7,8]:
1. Lakshyajit D. Dhami. Liposuction. National Center for Biotechnology Information; 2008.
2. Atul Khanna and George Filobbos. Avoiding unfavourable outcomes in liposuction. National Center for Biotechnology Information; 2013.
3. Anonim. Liposuction - Lipoplasty. American Society of Plastic Surgeons; 2021.
4. Shannon Wu, BA, Demetrius M. Coombs, MD and Raffi Gurunian, MD,PhD. Liposuction: Concepts, safety, and techniques in body-contouring surgery. Cleveland Clinic Journal of Medicine; 2020.
5. Martin Coronado-Malagón, MD and Luis Tomas Tauffer-Carrion, MD. Jejunal perforation after abdominal liposuction, bilateral breast augmentation and facial fat grafting. National Center for Biotechnology Informationl 2012.
6. Varun V. Dixit and Milind S. Wagh. Unfavourable outcomes of liposuction and their management. National Center for Biotechnology Information; 2013.
7. Anonim. Liposuction - How Should I Prepare for Liposuction; 2021.
8. Anonim. How to Prepare for Liposuction. Cruise Plastic Surgery; 2021.