Bradikardia dapat berpotensi menyerang semua kalangan, termasuk ibu hamil. Bradikardia merupakan kondisi dimana detak jantung menjadi lebih lambat dari keadaan normal [1].
Detak jantung normal untuk wanita dewasa berkisar antara 70 hingga 85 denyut per menit. Untuk wanita hamil, detak jantungnya meningkat 10 hingga 15 denyut per menit [1].
Hal ini dikarenakan volume darah pada ibu hamil meningkat sekitar 40 hingga 50 persen sehingga janin dapat berkembang dengan baik. Ibu hamil dikatakan mengalami bradikardia apabila detak jantungnya kurang dari 60 denyut per menit [1].
Untuk itu, melambatnya detak jantung pada ibu hamil tidak dapat disepelakan karena dikhawatirkan merupakan gejala dari brakikardia. Tentunya, kondisi ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor penyebab [1].
Berikut di bawah ini beberapa faktor penyebab bradikardia pada ibu hamil [1]:
Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit yang berhubungan dengan kondisi jantung dan pembuluh darah. Penyakit ini dapat menjadi salah satu penyebab bradikardia pada ibu hamil [1,2].
Hal ini dikarenakan sistem kardiovaskular memiliki peran yang penting dalam perkembangan janin. Apabila sistem ini mengalami gangguan, maka memberikan dampak yang negatif bagi pertumbuhan janin [1,2].
Bahkan, gangguan pada sistem ini dapat mengakibatkan kematian pada janin. Untuk itu, sebaiknya segera kunjungi dokter apabila Anda mengalami penyakit kardiovaskular [1,2].
Tindakan tersebut dilakukan sebagai antisipasi terhadap brakikardia. Beberapa penyakit kardiovaskular tersebut meliputi, infeksi jantung, hipertensi atau tekanan darah tinggi, hingga gangguan jantung bawaan [1,2].
Elektrolit memiliki peran penting dalam kinerja berbagai organ dalam tubuh agar berfungsi dengan baik. Ketidakseimbangan elektrolit dapat terjadi dikarenakan tubuh terlalu sedikit atau terlalu banyak mengonsumsi elektrolit [1,2].
Hal ini dapat terjadi dikarenakan beberapa hal, seperti pola makan yang buruk dan kurang minum air putih. Ketidakseimbangan elektrolit juga dapat menjadi pertanda masalah kesehatan yang serius, salah satunya brakikardia pada ibu hamil [1,2].
Efek samping obat-obatan juga dapat menjadi salah satu penyebab brakikardia pada ibu hamil.
Obat-obatan tersebut meliputi opiod, obat untuk gangguan mental tertentu, obat hipertensi, dan lain sebagainya [1,2].
Hal tersebut dikarenakan pada masa kehamilan tidak diperbolehkan untuk mengonsumsi obat secara sembarangan karena dapat membahayakan keselamatan ibu dan calon bayinya. Sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu ke dokter sebelum mengonsumsi obat tertentu untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan [1,2].
Hipotiroidisme terjadi ketika tubuh tidak dapat menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah yang cukup. Hormon ini memiliki peran yang cukup penting bagi tubuh [1,2].
Salah satunya, ialah mengatur irama dan detak jantung. Apabila hormon tiroid mengalami gangguan, tentunya hal ini dapat memperlambat detak jantung [1,2].
Oleh karena itu, kondisi ini dapat memicu timbulnya brakikardia pada ibu hamil [1,2].
Apnea tidur obstruktif merupakan gangguan pernapasan tidur yang paling umum. Gejala utama dari gangguan ini ialah mendengkur [1,2].
Namun, tidak semua orang yang mendengkur dapat disimpulkan mengalami apnea tidur obstruktif. Kunjungi dokter untuk menjalani serangkaian tes [1,2].
Di samping itu, gangguan tidur tersebut juga dapat berpotensi mengakibatkan brakikardia pada ibu hamil. Hal tersebut dikarenakan dapat mengakibatkan tubuh menjadi kekurangan oksigen [1,2].
Hal inilah juga yang dapat mengakibatkan denyut jantung menjadi lebih lambat [1,2].
Cara mengatasi bradikardia pada ibu hamil yaitu dengan mengindetifikasi penyebab yang mendasari kondisi tersebut. Hal ini dikarenakan penanganan bradikardia dilakukan dengan mengobati penyakit yang menjadi penyebab kondisi tersebut [2,3].
Apabila seseorang telah mengalami gejala-gejala bradikardia, segera konsultasikan ke dokter untuk melakukan serangkaian pemeriksaaan. Semakin cepat penanganan pada bradikardia, semakin kecil pula risiko yang dapat terjadi pada ibu dan calon bayinya [2,3].
Dokter akan menentukan pengobatan yang sesuai dengan penyakit yang mendasarinya. Dokter juga dapat melakukan perawatan dengan mengubah resep obat atau dengan alat pacu jantung [2,3].
Bicarakan juga dengan dokter mengenai pengobatan dan pelajari opsi mana yang dapat menimbulkan risiko yang paling sedikit bagi ibu dan calon buah hatinya. Bradikardia sendiri mungkin harus diobati karena dikhawatirkan dapat membahayakan keselamatan ibu dan janinnya [2,3].
Jika tidak diobati, bradikardia dapat mengakibatkan beberapa efek yang negatif bagi keduanya. Kondisi tersebut berpotensi menyebabkan bradikardia janin, komplikasi persalinan dan kelahiran, prematur, hingga kematian janin. [2,3].
1. Primary bradycardia: keys and pitfalls in diagnosis. 44: 125–130. Ultrasound Obstet Gynecol; 2014.
2. Mojirayo A. Sarumi, James W. Hole, Robert B. Gherman. Maternal Bradycardia Associated with Betamethasone Administration During Pregnancy. (1):1-3. Case Reports in Obstetrics and Gynecology; 2019.
3. Dawn L Adamson, Catherine Nelson‐Piercy. Managing palpitations and arrhythmias during pregnancy. 93(12): 1630–1636. Heart; 2007.