Mendengkur : Penyebab – Gejala dan Penanganan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Mendengkur?

Mendengkur atau yang lebih dikenal dengan sebutan ngorok merupakan kondisi ketika suara kasar keluar dari mulut seseorang saat dalam keadaan tidur [1,2].

Mendengkur kerap dianggap sebagai kebiasaan yang tidak sehat walaupun penderitanya mengeluarkan suara dengkuran tanpa disadarinya.

Kondisi ini sebenarnya adalah efek dari saluran nafas yang mengalami penyempitan atau sumbatan.

Setiap orang dapat mengalami hal ini, baik itu anak-anak maupun orang dewasa, baik wanita maupun pria.

Namun tidak hanya masalah saluran nafas, waspadai adanya masalah kesehatan lain jika memiliki kebiasaan mendengkur.

Tinjauan
Mendengkur adalah timbulnya suara kasar dari mulut seseorang yang sedang dalam kondisi tidur di mana istilah lain yang lebih umum untuk menyebutnya adalah ngorok.

Fakta Tentang Mendengkur

  1. Sebagai fenomena yang tergolong sangat umum, mendengkur diperkirakan dialami oleh setidaknya 30% orang dewasa dari seluruh populasi dunia [1].
  2. Semakin bertambahnya usia, risiko mendengkur semakin tinggi di mana prevalensi mendengkur diketahui mencapai 50% pada usia 60 tahun ke atas (40% wanita dan 60% pria) [1].
  3. Dari 50% usia 60 tahun ke atas yang mendengkur, 30-50% diantaranya memiliki sindrom resistensi saluran nafas bagian atas atau sindrom sleep apnea obstruktif [1].
  4. Prevalensi mendengkur pada anak diketahui sekitar 6% di mana 25% diantaranya mengalami serangan apnea yang juga berdampak pada daya ingat dan konsentrasi yang terganggu [1].
  5. Menurut The Wisconsin Sleep Cohort Study, terdapat wanita (10%) dan pria (25%) paruh baya yang mengalami gangguan pernafasan saat tidur yang berkaitan dengan mendengkur [2].
  6. Di Amerika Serikat diperkirakan terdapat sekitar 7-18 juta orang yang mengalami sleep apnea obstruktif menurut sebuah hasil studi dari National Commission on Sleep Disorder Research [3].
  7. Di Indonesia, data prevalensi mendengkur belum diketahui jelas, begitu juga dengan data prevalensi sleep apnea obstruktif yang masih sangat terbatas.

Penyebab Mendengkur

Seperti telah disebutkan, saluran nafas yang mengalami hambatan memicu ketidaklancaran pernafasan dan berdampak pada keluarnya suara kasar (dengkuran).

Keluarnya suara dengkuran terjadi karena penyempitan di saluran nafas memicu timbulnya getaran saat bernafas di saluran nafas.

Jika suara dengkuran sangat keras, maka artinya saluran nafas memiliki halangan yang sangat besar.

Kelemahan pada otot tenggorokan dapat menjadi alasan dasar mengapa saluran nafas terhalang.

Otot tenggorokan yang melemah biasanya dipicu oleh faktor usia.

Semakin menua, otot dalam tubuh semakin lemah, namun sebenarnya terdapat beberapa kondisi lainnya yang memicu terganggunya saluran nafas seperti :

  • Bentuk Mulut

Anatomi atau bentuk mulut dengan langit-langit mulut yang lebih tebal dan lembut namun lebih rendah dapat membuat saluran nafas lebih sempit [1,4].

Hal ini lebih berpotensi terjadi pada orang-orang yang mengalami masalah kegemukan.

  • Masalah Pernafasan

Hidung bengkok atau penyumbatan pernafasan kronik dapat menjadi alasan seseorang mengalami ketidaklancaran saluran nafas [1,2].

Hal ini berdampak pada keluarnya suara kasar atau dengkuran setiap kali sedang tidur.

  • Posisi Tidur

Tidur telentang adalah posisi tidur yang paling dapat memicu dengkuran [1,2,5].

Bahkan suara dengkuran biasanya paling keras justru ketika seseorang tidur telentang karena tenggorokan akan mempersempit jalannya saluran nafas.

  • Kurang Tidur

Mengalami kurang tidur menjadi salah satu alasan mengapa dengkuran bisa mudah terjadi [6].

Terlalu lelah dapat memengaruhi kondisi saluran nafas tanpa disadari karena otot tenggorokan menjadi lebih lemah.

  • Konsumsi Alkohol

Sebelum tidur mengonsumsi minuman beralkohol berlebihan dapat menjadi penyebab dengkuran [1,2].

Tanpa banyak orang ketahui, sebenarnya alkohol dapat berpengaruh pada kondisi otot tenggorokan; otot tenggorokan dan lidah dapat menjadi lebih rileks atau lemah sehingga hal ini menjadi pemicu suara dengkuran.

Faktor Risiko Mendengkur

Tidak hanya beberapa hal yang telah disebutkan, terdapat sejumlah faktor lain mengapa seseorang dapat mengalami dengkuran [1,2,7,8,9].

  • Obesitas : Kegemukan atau berat badan berlebih dapat meningkatkan risiko sleep apnea obstruktif dan mendengkur karena ketebalan jaringan tenggorokan yang lebih daripada orang yang tidak obesitas.
  • Faktor Jenis Kelamin : Laki-laki memiliki potensi jauh lebih besar dalam mendengkur dan memiliki risiko menderita sleep apnea bila dibandingkan dengan wanita.
  • Faktor Riwayat Keluarga : Memiliki anggota keluarga yang memiliki kondisi mendengkur atau menderita sleep apnea meningkatkan risiko seseorang menderita kondisi yang sama.
  • Penyakit Tertentu : Pembengkakan amandel, alergi, hingga sinusitis mampu meningkatkan risiko hidung atau saluran nafas mengalami sumbatan sehingga dengkuran dapat terjadi sebagai akibatnya.
  • Penggunaan Obat Tidur : Pada beberapa kasus, penggunaan obat tidur dapat berefek samping pada timbulnya dengkuran sewaktu tidur.
Tinjauan
Penyempitan atau sumbatan pada saluran nafas adalah penyebab utama suara keras yang disebt dengkuran keluar dari mulut. Namun beberapa kondisi medis, efek obat, riwayat kesehatan keluarga, obesitas dan jenis kelamin pria menjadi peningkat risiko mendengkur.

Gejala Mendengkur

Mendengkur mungkin kerap dianggap sebagai hal yang wajar, terutama jika seseorang mengalami aktivitas fisik yang berat dan panjang.

Kelelahan kerap menjadi alasan seseorang tidur mendengkur, namun dengkuran juga dapat menjadi tanda bahwa seseorang mengalami gangguan tidur tertentu.

Jika dengkuran disertai dengan beberapa kondisi lain seperti berikut, maka ada kemungkinan sleep apnea obstruktif tengah dialami [1,2].

  • Nyeri pada dada yang dirasakan khususnya setiap malam hari.
  • Tekanan darah tinggi.
  • Sakit tenggorokan setiap bangun dari tidur.
  • Suara dengkuran mengganggu atau mendapat protes dari teman sekamar.
  • Sulit berkonsentrasi.
  • Rasa kantuk berlebihan ketika pagi hingga siang hari.
  • Sakit kepala yang dialami setiap pagi.
  • Tersedak saat sedang tidur.
  • Gelisah saat tidur.
  • Pada anak, dengkuran yang disertai daya konsentrasi rendah, performa buruk di sekolah, dan gangguan perilaku perlu diatasi segera.

Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?

Dengkuran yang tidak biasa dan kerap disertai dengan sejumlah keluhan lain seperti yang telah disebutkan perlu segera diperiksakan.

Jika gejala-gejala lain seperti di atas terjadi, maka itu artinya kemungkinan besar sleep apnea obstruktif.

Orang tua yang menjumpai anaknya memiliki kebiasaan mendengkur saat tidur namun diikuti pula dengan beberapa gejala lain, sebaiknya periksakan segera sang anak ke dokter anak.

Pemeriksaan dini dapat mendeteksi penyebab dengkuran dan keluhan lainnya sehingga lebih cepat mendapatkan penanganan.

Tinjauan
Bila dengkuran berkaitan dengan kondisi medis tertentu seperti sleep apnea obstruktif, keluhan lain seperti nyeri dada, gelisah saat tidur, tersedak saat tidur, sakit tenggorokan dan masalah perilaku pada penderita usia anak.

Pemeriksaan Mendengkur

Seseorang yang mengeluarkan suara dengkuran setiap tidur tentu tidak akan menyadarinya sampai teman sekamarnya memberi tahu.

Namun jika sudah mengetahuinya, alangkah baiknya untuk menemui dokter dan memeriksakan diri.

Beberapa hal yang dokter dapat lakukan dalam proses diagnosa antara lain adalah :

  • Pemeriksaan Riwayat Gejala dan Kesehatan

Dokter perlu tahu apa saja keluhan yang dialami pasien selain dengkuran di malam hari selama tidur [1].

Jika setiap hari pasien merasa kurang tidur, sulit bangun ketika pagi sudah pagi, siang hari selalu mengantuk, serta sering tertidur ketika sedang beraktivitas, maka ini menjadi indikator masalah kesehatan tertentu.

Dokter juga perlu memeriksa apakah pasien memiliki kondisi lain seperti tungkai menyentah ketika tidur, maupun nafas yang terengah-engah hingga terhenti saat tidur.

Anggota keluarga, pasangan atau teman yang mengetahui kebiasaan tidur pasien sebaiknya menemani pasien saat memeriksakan diri.

Dokter tak lupa akan memberikan pertanyaan terkait riwayat medis pasien dan keluarga pasien.

Dokter perlu tahu apa saja penyakit yang pernah diderita sebelum ini.

Ada kemungkinan dokter juga akan menanyakan tingkat kebersihan tempat tidur, durasi tidur siang, berapa kali pasien terbangun dari tidur tiap malamnya, serta pola serta posisi tidur.

  • Pengukuran Indeks Massa Tubuh

Selain pemeriksaan riwayat kesehatan, dokter akan melanjutkan dengan tes lanjutan seperti pengukuran indeks massa tubuh pasien [11].

Pengecekan ini untuk memastikan apakah pasien memiliki berat badan ideal ataukah mengalami kelebihan berat badan.

Pemeriksaan penunjang lainnya yang dokter perlu terapkan adalah polisomnografi [1,2].

Metode diagnosa ini digunakan dokter dengan tujuan melihat apakah dengkuran pasien sampai mengganggu kualitas tidur.

Prosedur pemeriksaan dilakukan dengan mengukur gerakan mata, tingkat pernafasan, detak jantung, aktivitas otot rangka, gelombang otak, serta kadar oksigen dalam darah pasien.

Proses tersebut dokter terapkan saat pasien sedang dalam kondisi tidur sehingga dapat diamati dengan lebih detail.

Terdapat alat sensor khusus yang dokter pasangkan pada tubuh pasien lebih dulu dan alat inilah yang digunakan sebagai perekam dan pengukur.

Hasil rekaman dan pengukuran kemudian akan dianalisa lebih dulu.

  • Tes Pemindaian

Pemeriksaan pendukung lainnya yang kemungkinan besar diperlukan untuk mengetahui kondisi saluran nafas pasien secara lebih jelas adalah MRI dan CT scan serta rontgen atau sinar-X [10].

Melalui tes pemindaian, dokter baru dapat mengetahui apa faktor yang menyebabkan dengkuran pada pasien.

Tinjauan
Metode diagnosa mendengkur meliputi pemeriksaan riwayat gejala dan kesehatan pasien. Bila diperlukan, pemeriksaan penunjang seperti tes pemindaian, pengukuran indeks massa tubuh, serta polisomnografi perlu pasien tempuh.

Penanganan Mendengkur

Dalam mengatasi masalah mendengkur, dokter akan memberikan perawatan berdasarkan kondisi pasien.

Pada pasien yang kerap mendengkur dan menderita sleep apnea obstruktif di saat bersamaan, maka beberapa cara penanganannya cukup berbeda dari mendengkur biasa.

Beberapa penanganan di bawah ini umumnya diberikan pada pasien mendengkur yang juga memiliki kondisi sleep apnea, alergi, dan kondisi kesehatan lainnya.

  • Pemberian Obat Semprot Hidung : Obat semprot atau tetes khusus untuk hidung biasanya diresepkan oleh dokter untuk meredakan peradangan karena alergi [1,12].
  • Pemasangan Alat di Mulut : Bila dokter gigi menganjurkan, maka kemungkinan besar pasien dapat menempuh prosedur pemasangan alat khusus penahan lidah, rahang dan mulut bawah. Penahan ini akan membuat ketiga bagian tersebut maju sedikit untuk membuka saluran pernafasan [2].
  • Penggunaan CPAP (Continuous Positive Airway Pressure) : Dokter akan memasangkan pada pasien masker dari mesin CPAP ke hidung dan mulut sebelum tidur. Aliran udara akan teralirkan oleh mesin ini sehingga pasien dapat bernafas dengan lebih baik [1,2].
  • Somnoplasti : Bila terdapat jaringan berlebih pada langit-langit mulut atau lidah, maka dokter perlu menyusutkannya dengan energi gelombang radio pada prosedur ini [13].
  • LAUP (Laser-Assisted Uvula Palatoplasty) : Prosedur penggunaan sinar laser ini akan membantu supaya sumbatan saluran nafas kembali lancar pada pasien [14].
  • UPPP (Uvulopalatopharyngoplasty) : Bila diketahui bahwa otot lidah maupun tenggorokan melemah, untuk menguatkannya kembali maka pasien perlu menjalani prosedur medis ini, terutama pasien sleep apnea [1].
  • Tonsilektomi : Jika amandel bermasalah dan menyebabkan dengkuran, operasi ini biasanya direkomendasikan oleh dokter untuk mengangkat amandel tersebut [1].
Tinjauan
Penanganan mendengkur disesuaikan dengan penyebabnya. Namun secara umum penanganan dibagi menjadi dua metode, yaitu non-operasi (pemberian obat-obatan) serta operasi.

Komplikasi Mendengkur

Komplikasi mendengkur biasa dapat mengganggu teman sekamar, namun jika berhubungan dengan sleep apnea obstruktif maka terdapat beberapa komplikasi yang lebih serius seperti [1,2,15] :

  • Daya konsentrasi menurun.
  • Kemarahan atau stres yang cukup sering.
  • Risiko hipertensi, stroke dan gangguan pada jantung.
  • Rasa kantuk berlebih khususnya saat siang hari; hal ini dapat berbahaya saat berkendara karena meningkatkan potensi kecelakaan lalu lintas.
  • Gangguan perilaku dan gangguan belajar pada anak dengan kondisi sleep apnea obstruktif.

Pencegahan Mendengkur

Dalam mencegah mendengkur atau setidaknya mengurangi dengkuran, terdapat beberapa hal yang bisa diperhatikan dan diterapkan [2] :

  • Tidur cukup.
  • Menghindari konsumsi alkohol, khususnya setiap sebelum tidur.
  • Menghindari tidur telentang dan mengubahnya menjadi posisi miring.
  • Menambahkan alas kepala sehingga posisi kepala lebih tinggi sedikit.
  • Bila mengalami obesitas, maka sebaiknya mulai mengurangi berat badan.
  • Menghindari asap rokok dan tidak merokok.
  • Menggunakan alat khusus yang mampu membuat pernafasan lebih lancar sehingga dengkuran dapat berkurang.
  • Berkonsultasi dengan dokter ketika mulai mendengkur agar dapat mencegah komplikasi terkait sleep apnea obstruktif.
Tinjauan
Menghindari faktor penyebab atau pemicu mendengkur adalah yang terbaik. Jika mendengkur terjadi karena berhubungan dengan kondisi medis tertentu seperti sleep apnea obstruktif, pastikan untuk segera berkonsultasi dengan dokter.
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment