Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Bronkopneumonia adalah salah satu tipe pneumonia, dimana terjadi kondisi peradangan pada paru. Gejala bronkopneumonia dapat bervariasi dari ringan hingga berat. Gejala antara lain dapat berupa demam, sesak
Daftar isi
Bronkopneumonia ini merupakan manifestasi klinis Pneumonia yang paling banyak terjadi dan menjadi penyebab utama kematian pada anak usia di bawah 5 tahun [2].
Mengingat, Bronkopneumonia ini infeksinya dapat mempengaruhi saluran udara menuju paru-paru (bronkus) yang dapat mengancam jiwa, baik anak anak maupun orang dewasa, khususnya yang tengah mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh akibat kondisi kesehatan lainnya [2].
Untuk itu, pengetahuan terkait gejala akan dapat membantu agar Anda atau orang terdekat Anda segera mendapatkan penanganan yang tepat. Simak gejala hingga pencegahanya berikut ini.
Bronkopneumonia sebagaimana Pneumonia jenis lainnya, umumnya akan menunjukkan gejala yang mirip dengan gejala flu biasa. Namun, gejala ini kemudian akan menjadi lebih parah dalam beberapa hari kemudian [1].
Adapun secara umum, orang yang mengalami Bronkopneumonia akan menunjukkan gejala sebagai berikut [1]:
Gejala gejala tersebut diketahui akan semakin parah jika Bronkopneumonia terjadi pada orang yang juga memiliki kondisi medis yang melemahkan sistem kekebalan tubuhnya [1].
Adapun Bronkopneumonia pada anak-anak dan bayi mungkin akan menunjukkan beberapa gejala yang berbeda dari gejala yang telah disebutkan sebelumnya [1].
Orang tua harus waspada jika anak atau bayinya menunjukan gejala Bronkopneumonia berikut ini [1]:
Bronkopneumonia banyak disebabkan oleh adanya infeksi bakteri yang dapat menular di luar tubuh melalui udara yang tercampur bersin dan batuk orang yang terkontaminasi [1].
Adapun berikut ini merupakan beberapa bakteri yang menjadi penyebab Bronkopneumonia yang paling umum [1]:
Penularan yang paling sering terjadi yaitu di rumah sakit, di mana orang yang datang ke rumah sakit untuk pengobatan penyakit lain seringkali tertular Bronkopneumonia karena kondisi sistem kekebalan tubuhnya tidak kuat melawan bakteri [1].
Penularan di kawasan rumah sakit ini umumnya terjadi karena tubuh dengan sistem imun lemah tidak mampu melawan infeksi bakteri dan juga sifat bakterinya sendiri yang resisten terhadap antibiotik [1].
Berikut ini merupakan beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena Bronkopneumonia [1]:
Bronkopneumonia diketahui lebih berisiko terjadi pada anak anak atau bayi yang berusia dua tahun atau lebih muda dan orang dewasa lansia yang berusia 65 tahun atau lebih.
Mengingat, infeksi bakteri akan lebih rentan terjadi pada anak anak atau bayi yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang relatif masih lemah.
Sedangkan orang tua atau lansia, khususnya yang memiliki kondisi kesehatan lain yang melemahkan sistem kekebalan tubuhnya juga lebih tinggi risikonya karena tidak memiliki kemampuan melawan infeksi bakteri.
Bronkopneumonia diketahui dapat disebabkan oleh infeksi bakteri yang menular melalui udara yang terhirup pernapasan.
Oleh karena itu, orang orang yang sering berada di lingkungan rumah sakit atau fasilitas panti jompo umumnya akan memiliki risiko lebih tinggi terkena Bronkopneumonia.
Mengingat, lingkungan rumah sakit atau panti jumbo udaranya rentan terkontaminasi bakteri penyebab Bronkopneumonia dan umumnya yang datang atau berada pada lingkungan tersebut adalah orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah akibat kondisi kesehatan lainnya.
Bronkopneumonia diketahui juga akan lebih tinggi risikonya pada orang yang memiliki gaya hidup tidak sehat seperti orang yang merokok, gizi buruk, dan memiliki riwayat penggunaan alkohol berat.
Bronkopneumonia diketahui akan lebih tinggi risikonya terjadi pada orang yang memiliki kondisi medis lain yang melemahkan sistem kekebalan tubuhnya dalam melawan infeksi bakteri.
Adapun kondisi medis lain yang dapat meningkatkan risiko Bronkopneumonia termasuk [1]:
Hal berbahaya seperti menyebabkan kematian diketahui dapat terjadi ketika fungsi pernapasan terganggu oleh adanya Bronkopneumonia [4].
Mengingat, Bronkopneumonia mungkin dapat juga menimbulkan komplikasi yang berbahaya seperti [4]:
Bronkopneumonia yang mempengaruhi pernapasan dapat menggagalkan pertukaran oksigen dengan karbon dioksida di paru-paru atau disebut kegagalan pernapasan.
Orang yang mengalami kegagalan pernapasan ini kemudian akan membutuhkan ventilator atau mesin untuk membantu pernapasannya.
Bronkopneumonia ternyata tidak hanya dapat mengakibatkan kegagalan pernapasan saja, melainkan juga dapat menimbulkan Sindrom Gangguan Pernapasan Akut .
Di mana Sindrom Gangguan Pernapasan Akut ini merupakan bentuk dari adanya gagal pernapasan pada tingkatan yang lebih parah hingga dapat mengancam nyawa.
Bronkopneumonia mungkin juga dapat menimbulkan komplikasi berupa sepsis atau keracunan darah (septikemia).
Sepsis atau keracunan darah ini dapat terjadi akibat adanya respons kekebalan tubuh yang berlebihan.
Jika sepsis ini terjadi maka dapat menyebabkan kegagalan banyak organ akibat serangan kekebalan tubuh pada organ dan jaringan sehingga hal ini kemudian akan dapat mengancam nyawa.
Komplikasi lain yang mungkin ditimbulkan oleh Bronkopneumonia yaitu abses paru-paru yang merupakan suatu kondisi di mana terdapat kantung berisi nanah yang bisa terbentuk di dalam paru-paru.
Berikut ini merupakan beberapa langkah yang umumnya dilakukan dalam mendiagnosis Bronkopneumonia [4]:
Dokter umumnya akan melakukan pemeriksaan fisik dan melihat riwayat kesehatan pasien sebagai tahap awal diagnosis Bronkopneumonia.
Dokter kemudian juga akan mengidentifikasi adanya masalah pernapasan, seperti mengi yang umumnya menunjukkan gejala yang hampir sama dengan Bronkopneumonia.
Jika dokter mencurigai Bronkopneumonia, pasien mungkin akan melakukan satu atau lebih tes berikut ini untuk memastikan diagnosis atau menentukan jenis dan tingkat keparahan kondisi [4]:
Berikut ini merupakan beberapa macam metode yang dapat digunakan untuk mengobati Bronkopneumonia [1, 3]:
Perawatan untuk Bronkopneumonia diketahui akan bergantung pada jenis infeksi dan tingkat keparahan kondisinya.
Di mana jika pasien penderita Bronkopneumonia tidak memiliki penyakit atau kondisi kesehatan lain maka umumnya akan sembuh dari Bronkopneumonia dalam 1 hingga 3 minggu.
Bentuk Bronkopneumonia yang ringan tersebut dapat diobati di rumah menggunakan perawatan rumahan yang mengunakan kombinasi istirahat dan konsumsi obat.
Viral bronchopneumonia jika ringan dan tidak menujukkan gejala yang parah diketahui tidak memerlukan perawatan medis khusus, sehingga akan membaik dengan sendirinya dalam dua minggu.
Namun, perlu diwaspadai jika Bronkopneumonia terjadi akibat bakteri atau jamur maka akan membutuhkan lebih dari sekedar perawatan rumahan sebagai pengobatan.
Untuk menangani Bronkopneumonia melalui perawatan medis, Dokter akan meresepkan antibiotik jika Bronkopneumonia terjadi akibat infeksi bakteri penyebab pneumonia.
Umumnya, banyak diantara kasus Bronkopneumonia yang akan mulai merasa lebih baik dalam tiga sampai lima hari setelah mengonsumsi antibiotik yang diresepkan oleh Dokter tersebut.
Perlu juga diperhatikan, dalam mengonsumsi antibiotik ini harus dihabiskan walaupun sudah merasa lebih baik untuk mencegah infeksi kembali dan untuk memastikannya benar-benar sembuh.
Namun, jika Bronkopneumonia terjadi akibat infeksi virus mungkin Dokter akan meresepkan antivirus untuk membantu mengurangi lamanya penyakit dan tingkat keparahan gejala.
Jika infeksi atau gejala yang ditimbulkan semakin parah bahkan setelah melakukan metode perawatan sebelumnya, maka sangat disaranan untuk segera memeriksakan ke dokter. Khususnya jika memiliki salah satu kriteria berikut [1]:
Perawatan di rumah sakit mungkin termasuk pemberian antibiotik dan cairan intravena (IV) serta terapi oksigen jika kadar oksigen darah rendah untuk membantu kembali normal.
Satu hal lagi yang perlu diperhatikan dalam mengobati Bronkopneumonia ini adalah, ketika pasien telah pulih dari bronkopneumonia, maka sangat disarankan untuk tetap melakukan hal berikut ini [4]:
The American Lung Association (ALA) diketahui telah merekomendasikan kepada [4]:
Untuk memeriksakan diri ke dokter dan mendapatkan vaksinasi terhadap pneumonia pneumokokus, khususnya yang disebabkan oleh bakteri [4].
Vaksinasi tersebut diketahui dapat menjadi salah satu upaya mencegah beberapa bentuk Bronkopneumonia [4].
Selain itu, ALA juga akan merekomendasikan beberapa langkah lain untuk mencegah Bronkopneumonia yang meliputi [4]:
1. Janelle Martel & Gerhard Whitworth, R.N. Bronchopneumonia: Symptoms, Risk Factors, and Treatment. Healthline; 2019.
2. Zec Svjetlana, Selmanovic Kenan, Andrijic Natasa, Kadic Azra, Zecevic Lamija, Zunic & Evaluation of Drug Treatment of Bronchopneumonia at the Pediatric Clinic in Sarajevo. Medical Archives; 2016.
3. Anonim. Bronchopneumonia in Children. CMS Script Medical Scheme; 2021.
4. Aaron Kandola & Daniel Murrell, M.D. What is bronchopneumonia?. Medical News Today; 2018.