Melempar benda merupakan keterampilan baru dan menyenangkan bagi banyak anak berusia antara 18 bulan hingga 3 tahun. Anak cenderung akan senang untuk bereksperimen dengan keterampilan baru tersebut dan sering melempar berbagai benda[1, 2].
Terkadang melempar benda dapat menjadi kebiasaan yang terlalu sering dilakukan anak sehingga mulai mengganggu dan perlu dihentikan. Berikut cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi anak yang suka melempar barang:
Daftar isi
Orang tua perlu mengingat bahwa anak masih dalam tahap belajar dan berbagai perilaku mengganggu dapat merupakan cara anak untuk mengkomunikasikan maksud mereka. Anak juga mungkin sedang mencoba mengeksplor benda-benda di sekitarnya[3].
Sebagai orang tua atau pengasuh, hendaknya kita mencoba mengerti alasan anak melakukan kebiasaan melempar barang. Dengan demikian maka akan lebih mudah bagi kita untuk membantu anak menghentikan kebiasaan tersebut[3, 4].
Anak yang suka melempar barang dapat disebabkan oleh alasan seperti berikut[4]:
Anak kecil memiliki rasa keingintahuan tinggi dan belajar melalui eksperimen. Kegiatan melempar barang dapat menjadi hal yang sangat menarik bagi anak. Anak dapat melakukannya untuk mengamati apa yang terjadi saat barang tersebut terpental, jatuh, atau pecah.
Anak senang untuk diperhatikan oleh orang yang mereka sukai sehingga mereka akan melakukan berbagai hal untuk mendapatkan perhatian. Melempar barang merupakan salah satu cara anak untuk mendapatkan perhatian orang tua.
Permainan yang sama mudah membuat anak bosan. Sehingga anak dapat mencoba melakukan hal lain menggunakan mainan atau barang yang sama. Melempar dapat menjadi cara anak memainkan mainan lama atau barang yang dianggapnya membosankan.
Anak kecil belum bisa mengekspresikan perasaannya melalui kata-kata dengan baik. Sehingga anak biasanya mengkomunikasikan melalui tindakan, seperti menangis atau melempar barang. Melempar barang dapat mengkomunikasikan amarah, kesedihan, atau frustasi karena alasan tertentu, seperti sakit atau lapar.
Anak dapat melempar barang karena tidak tahu cara pemakaian yang benar untuk barang tersebut. Mungkin juga anak melempar barang karena melihat orang lain melakukannya. Misalnya anak melihat anak lain melempar bola sebelumnya.
Kebiasaan melempar barang anak dapat disebabkan oleh rasa suka pada suara yang dihasilkan saat barang-barang jatuh ke lantai. Karena setiap barang yang berbeda akan menghasilkan suara yang berbeda, anak akan menjadi makin suka melemparnya.
Setelah memahami alasan anak suka melempar barang, orang tua sebaiknya tidak bereaksi berlebihan dan memberikan respon dengan setenang mungkin.
Bereaksi berlebihan pada perilaku tertentu yang dilakukan anak dapat membuat anak cenderung lebih sering mengulangi perilaku tersebut karena mereka menyukai reaksi yang ditimbulkan, terutama jika alasan anak ingin mendapat perhatian[3, 4].
Usahakan untuk setenang mungkin saat merespon perilaku anak. Jika merasa kesulitan mengendalikan amarah, maka sebaiknya meluangkan waktu sebentar untuk menenangkan diri sebelum bicara pada anak[4].
Kita sebaiknya juga memberitahu pada anak mengenai konsekuensi atau akibat dari melempar barang-barang yang tidak dimaksudkan untuk dilempar. Saat memberitahu anak, sebaiknya menggunakan bahasa yang sederhana dan nada sopan untuk menyampaikan bahwa barang-barang bisa pecah dan rusak jika dilempar[4].
Saat anak mengambil barang yang tidak seharusnya dilempar atau berbahaya jika dilemparkan, segera ambil barang tersebut dari tangannya. Kemudian kita bisa menjelaskan pada anak mengapa melempar sembarangan barang tidak diperbolehkan. Melempar barang yang keras dapat berakibat melukai orang lain[1, 4].
Kita bisa memberi anak kebebasan untuk melempar barang, tapi dengan batasan tertentu. Anak akan mempelajari mengenai barang apa yang tidak boleh dilemparkan dengan lebih cepat jika anak mengetahui adanya barang yang boleh dilempar. Salah satu opsi ialah dengan menyediakan bola bertekstur lunak untuk dilempar dengan aman di dalam ruangan[2, 4].
Untuk anak yang sudah cukup besar, kita bisa mengajak anak memainkan permainan di luar ruangan seperti melempar bola ke keranjang. Dengan memberikan opsi bagi anak untuk menyalurkan kebiasaan melemparnya, dapat membantu anak untuk membedakan antara barang yang boleh dan tidak boleh dilemparkan[2, 4].
Jika anak mencoba melempar barang yang tidak tepat, misalnya sepatu atau truk mainan, kita bisa mengambilnya dan memberitahu bahwa barang tersebut bukan untuk dilemparkan. Buatlah peraturan bahwa setiap kali anak melempar barang yang tidak tepat, barang tersebut akan diambil[2, 4].
Kita perlu membuat anak memahami bahwa melempar barang boleh dilakukan selama ia melempar barang yang diperbolehkan pada waktu dan tempat yang tepat[2].
Jika anak hendak melempar barang pada orang lain atau temannya, penting bagi orang tua untuk memberikan reaksi yang sama. Selalu cegah anak dengan mengatakan tidak boleh, lalu ambil barang yang dipegang dari tangannya. Jika diperlukan pindahkan anak dari situasi sebelumnya untuk memperbarui mood[2, 4].
Setiap kali melihat anak berperilaku seperti yang diharapkan, sebaiknya kita memberikan pujian. Saat anak memainkan mainan tanpa melemparkannya kita bisa memujinya dengan mengatakan bahwa ia anak yang baik karena telah merawat mainannya bukan melemparkannya. Memuji perilaku yang baik dapat memotivasi anak untuk mengulanginya[4].
Saat anak duduk di kursinya, cobalah untuk menyambungkan beberapa mainan yang berada dalam jangkauan dengan mengikatnya menggunakan tali pendek. Pastikan untuk memotong ujungnya agar tali tidak tersangkut di sekitar leher anak[2].
Cara ini akan memungkinkan anak untuk dapat melempar barang-barang tersebut dan menariknya kembali, dan dapat menjadi opsi yang baik untuk menyalurkan kebiasaan melempar barang anak[2].
Anak-anak belajar dari memperhatikan orang dewasa dan mencoba menirukan apa yang dilakukan orang dewasa. Jika anak melihat orang tuanya melempar barang ketika kesal, anak akan terpengaruh untuk melakukan hal yang sama[2, 4].
Maka orang tua perlu memberikan teladan dengan menjaga tindakannya untuk mencegah anak menirukan perilaku yang tidak tepat, seperti melempar barang yang dapat mengakibatkan bahaya[4].
Memberi teladan juga dapat dilakukan dengan menunjukkan pada anak barang yang boleh dilempar seperti melempar tisu ke tempat sampah atau mengajak anak bermain lempar bola[2].
Kadang anak melakukan kebiasaan melempar barang sebagai bentuk mengekspresikan diri atau mengeksplorasi sekitarnya. Hal ini dikarenakan anak sering kali belum bisa berkomunikasi secara verbal dengan baik sehingga mereka menyalurkan perasaan dengan tindakannya[1, 4].
Maka untuk mengatasinya, kita bisa mengajarkan pada anak cara lain yang lebih konstruktif untuk mengekspresikan diri dan melakukan eksplorasi[4].
Saat anak dalam mood baik, kita bisa mengajari cara mengucap beberapa kata dan tindakan untuk mengekspresikan perasaannya. Beritahukan pada anak bahwa jika merasa sedih atau kesal, ia bisa menggunakan kata-kata untuk menyampaikan perasaannya pada orang tua alih-alih melemparkan barang[1, 4].
Terkadang anak melempar barang karena merasa marah. Saat anak marah, pastikan untuk membuatnya sadar bahwa kita memarahi emosi dan frustasi yang dirasakannya. Kita sebaiknya menghargai emosi yang dirasakan anak dan membantunya menyadari bahwa ia boleh merasa marah[1].
Orang tua hendaknya mendukung anak untuk menyampaikan hal yang membuatnya marah, sehingga anak tidak lagi menyalurkan amarahnya dengan melempar barang[1].
Selama mengajari anak, kesabaran kita akan diuji. Anak akan mencoba untuk melewati batasan dan mencoba melakukan hal yang tidak diperbolehkan. Jika anak menolak melakukan opsi lain yang ditawarkan, kita bisa menyembunyikan barang-barang yang ingin dilempar jauh dari jangkauan anak[4].
Ajak anak untuk merapikan bersama mainan yang telah dibuatnya berantakan atau dilemparkannya. Cara ini dapat membuat anak melihat kerusakan yang diakibatkan oleh tindakan melempar barang yang ia lakukan. Anak mungkin tidak memperhatikan kerusakan tersebut selama melemparkan[4].
Kita bisa menunjukkan kerusakan yang terjadi dan bagaimana barang tersebut menjadi tidak bisa digunakan lagi. Biarkan anak menyadari tingkat kerusakan dengan tidak mengganti barang yang telah rusak akibat dilempar. Dengan cara ini kita bisa menunjukkan mengapa dia tidak seharusnya melemparkan barang-barang[4].
Jika anak memiliki kebiasaan untuk melemparkan makanan, maka mengajarkan adab saat makan dapat mengatasinya. Hal ini bisa dilakukan dengan melibatkan seluruh anggota keluarga selama waktu makan[4].
Anak sebaiknya diajarkan untuk makan dengan perlahan tanpa melemparkan makanannya. Kita bisa duduk di sebelah anak selama makan, sehingga dapat melarangnya dengan tegas saat ia hendak melemparkan makanannya[2, 4].
Kita juga bisa mengajarkan anak untuk mengatakan kalau ia sudah merasa kenyang. Terkadang anak melemparkan makanan ketika merasa sudah kenyang[4].
1. Anonim. Object Throwing. What to Expect; 2021.
2. Kate Marple, reviewed by Paul Young, MD. Throwing. Baby Center; 2021.
3. Anonim. How Do I Stop My Toddler from Throwing Things! Toddler Approved; 2014.
4. Rohit Garoo, BSc, MBA, reviewed by Dr. Richard Mario Lurshay, MBBS, DNB, Pediatrics. Why Do Toddlers Throw Things And How To Stop Them? Mom Junction; 2021.