Protein susu sapi merupakan alergen makanan paling umum pada bayi. Setiap tahun, di Amerika Serikat terdapat lebih dari 100.000 bayi atau sekitar 2,5% dari total bayi mengalami alergi susu sapi[1].
Saat bayi alergi pada susu, sistem imun tubuh yang normalnya melawan infeksi akan bereaksi berlebihan terhadap protein di dalam susu sapi. Setiap kali bayi meminum susu, tubuh akan menganggap protein tersebut sebagai substansi asing berbahaya sehingga menimbulkan reaksi alergi[2].
Susu sapi terdapat dalam mayoritas susu formula bayi. Alergi susu sapi dapat mengakibatkan berbagai gejala yang umumnya berkembang pada bayi dan dapat terjadi menjelang usia 6 tahun[2].
Bayi dengan alergi susu biasanya menunjukkan gejala pertama beberapa hari hingga minggu setelah pertama kali minum susu formula berbahan dasar susu sapi[2].
Berikut ciri-ciri bayi alergi susu sapi:
Daftar isi
Hingga 60% bayi dengan alergi susu sapi mengalami gejala berupa gangguan pencernaan, meliputi[1, 3]:
Diare pada bayi dapat menjadi kondisi yang mengkhawatirkan. Diare merupakan gejala pencernaan paling umum pada bayi dengan alergi susu sapi.
Biasanya bayi mengalami buang air besar encer sesekali. Akan tetapi, jika bayi buang air besar encer atau cair beberapa kali sehari (sekitar 2-4 kali selama lebih dari 5-7 hari), maka dapat mengindikasikan alergi susu.
Selain diare, alergi susu sapi juga dapat ditandai dengan konstipasi. Namun konstipasi merupakan gejala yang kurang umum dialami oleh bayi dengan alergi susu sapi. Untuk memastikan kondisi, sebaiknya bayi diperiksakan ke dokter ketika mengalami diare atau konstipasi.
Gejala lain yang dapat mengindikasikan alergi susu sapi ialah adanya darah di dalam feses. Darah berasal dari inflamasi pada usus. Adanya darah dalam feses dapat ditandai dengan noda hitam atau merah pada popok bayi.
Darah berwarna merah berarti pendarahan terjadi pada bagian usus mendekati anus. Sementara darah berwarna hitam biasanya menandakan pendarahan terjadi pada bagian atas saluran pencernaan, seperti karena refluks yang tidak terkendali.
Mukus dalam feses terlihat seperti cairan yang keluar ketika hidung mengalami pilek atau tersumbat. Mukus terlihat seperti cairan lengket yang ditemukan saat mengganti popok bayi.
Adanya mukus dalam jumlah kecil termasuk kondisi normal, tapi jika terdapat dalam jumlah banyak atau berlangsung cukup lama, maka dapat menandakan alergi.
Normal bagi bayi untuk mengeluarkan kembali susu seperti meludah (regurgitasi) sesekali. Namun, jika terjadi lebih dari sesekali, meludah setelah menyusu sebaiknya diperiksakan ke dokter.
Meski mengalami meludah, banyak bayi tidak mengalami gangguan apapun dan dapat mempertahankan berat badan sehat. Akan tetapi, pada beberapa bayi meludah dapat menandakan kondisi yang lebih mengkhawatirkan seperti penyakit refluks gastroesophageal atau muntah, yang mana dapat mengarah pada penurunan berat badan.
Pada bayi, refluks atau muntah yang terjadi dengan sering dapat berkaitan dengan alergi susu sapi. Hampir sekitar 50% bayi dengan refluks mendapat didiagnosis alergi susu sapi.
Masalah gas terjadi ketika terjadi terdapat udara berlebih di dalam perut atau usus. Kondisi ini dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman, bersendawa, atau keluar kentut.
Rasa tidak nyaman di perut dapat membuat bayi menjadi rewel, mudah marah, atau kolik. Masalah gas umum dialami oleh semua bayi. Namun ketika terjadi bersamaan dengan beberapa gejala lainnya, dapat mengindikasikan alergi susu sapi.
Hingga sekitar 70% bayi dengan alergi susu sapi mengalami gejala terkait kulit, seperti urtikaria, dermatitis atopik, ruam, dan angioedema[1, 3].
Ruam kulit terkait alergi susu sapi dapat terasa sangat tidak nyaman dan ditandai dengan bayi yang terus menerus menggaruk karena rasa gatal. Gejala dapat bertambah buruk setelah bayi diberi minum susu[3].
Ruam umum timbul pada wajah, tapi dapat terjadi pada bagian tubuh mana pun. Bayi sebaiknya diperiksakan ke dokter jika diduga mengalami ruam terkait dengan alergi susu sapi[3].
Hingga 30% bayi dengan alergi susu sapi mengalami gejala pernapasan. Bayi dapat mengalami masalah pernapasan yang berbeda akibat alergi susu sapi. Biasanya gejala dapat dibedakan sebagai ringan dan berat[3].
Gejala ringan masalah pernapasan akibat alergi susu sapi meliputi hidung berair, bersin, dan hidung tersumbat. Gejala ringan dapat terlihat seperti gejala pilek[3].
Gejala berat memerlukan penanganan segera, meliputi napas pendek, kesulitan bernapas atau napas yang bersuara abnormal. Napas pendek dapat terlihat seperti terengah-engah berat dan/atau tiba-tiba atau kesulitan bernapas. Bayi dapat terlihat seperti mengalami sakit dan ketakutan[3].
Napas dengan suara abnormal ditandai timbulnya seperti siulan atau suara berderak di dalam dada ketika bayi bernapas. Kedua gejala tersebut mengindikasikan saluran udara yang tersumbat. Jika bayi mengalami gejala pernapasan berat, sebaiknya segera mendapatkan bantuan medis[3].
Normal bagi bayi menangis. Bayi disebut rewel saat menangis secara terus menerus dan tidak dapat ditenangkan dalam waktu yang lebih lama daripada biasanya[3].
Bayi yang banyak menangis sering dikaitkan dengan kolik. Namun, bayi yang rewel dan menangis dengan berlebihan dapat disebabkan oleh berbagai hal. Umum bagi bayi untuk menjadi lebih rewel jika mengalami alergi susu sapi[3].
Bayi sebaiknya diperiksakan ke dokter jika menangis selama tiga jam lebih sehari, selama 3 hari lebih dalam seminggu, dan lebih dari 3 minggu. Kondisi ini dapat menandakan sakit pada saluran pencernaan yang mana dapat disebabkan oleh alergi susu sapi[3].
Menangis berlebihan dialami oleh banyak bayi dengan alergi susu sapi. Pada kasus langka, gejala pernapasan seperti napas pendek berlangsung bersamaan dengan shock anafilaksis. Anafilaksis ialah reaksi tiba-tiba terhadap alergen makanan yang memerlukan bantuan medis segera[1].
Kebanyakan bayi akan mencapai dua kali berat badan saat lahir menjelang usia 6 bulan dan tiga kali menjelang 12 bulan. Terkadang, pertambahan berat badan yang berlangsung perlahan dapat mengarah pada diagnosis gagal untuk berkembang yang mana merupakan salah satu gejala alergi susu sapi[3].
Pertambahan berat badan perlahan yaitu kondisi di mana bayi mengalami peningkatan berat badan secara lebih perlahan daripada anak lain dengan usia dan jenis kelamin yang sama[3].
Pertambahan berat badan perlahan dipengaruhi berbagai faktor yang berbeda. Reaksi alergi makanan dapat menyebabkan masalah pencernaan atau penyerapan makanan, sehingga mengarah pada kegagalan untuk berkembang [3].
Bayi dapat gagal memperoleh nutrisi yang diperlukan akibat diare berlebihan atau muntah-muntah. Hal ini dapat mengarah pada pertumbuhan yang berlangsung dengan kecepatan di bawah normal[3].
1. Anonim. Signs and Symptoms of Cow’s Milk Protein Allergy. Nestle Health Science; 2021.
2. Anonim, reviewed by Michelle Clark, MD and Hillary B. Gordon, MD. Milk Allergy in Infants. Kids Health; 2020.
3. Anonim. 8 Common Signs and Symptoms of Cow Milk Allergies. Nutricia Neocate; 2022.