Daddy issues mungkin kini dikenal sebagai salah satu masalah psikologis yang cukup penting untuk dipahami khususnya oleh para orang tua.
Namun sebenarnya, pada DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder 5th Edition) oleh American Psychiatric Association tidak terdaftar istilah psikologis daddy issues secara resmi [1].
Istilah ini justru lebih dikenal setelah masyarakat menyebutnya ketika seseorang memiliki masalah dengan sang ayah di masa kecil dan masa remajanya sehingga menjadikan orang tersebut lebih sulit dalam membangun hubungan di masa dewasa [1,2,3].
Anak-anak pada dasarnya membutuhkan dua sosok orang tua secara lengkap yang hadir secara penuh dan bukan hanya salah satunya saja [1,2,3].
Ketika ambil contoh seorang anak tidak memiliki dan mengalami sosok ayah dalam hidup mereka secara konstan, anak-anak seperti ini kemudian akan tumbuh dewasa dengan masalah keterikatan hubungan yang cukup serius [1,2,3].
Menurut gagasan dari Sigmund Freud, daddy issues merupakan sebuah kondisi yang berkaitan dengan Father Complex, khususnya hubungan antara anak perempuan dengan ayahnya dari segi positif dan negatif [1].
Untuk mengenal apa sebenarnya yang terjadi, berikut ini adalah rangkaian ciri-ciri seseorang punya daddy issues dan perlu segera mengidentifikasi penyebab serta mencari cara mengatasinya.
Daftar isi
Seseorang, khususnya perempuan yang memiliki daddy issues cenderung takut hidup sendirian [1,2,3,4].
Keinginannya akan cukup besar untuk tetap menjalin hubungan dengan pria apapun caranya [1,2,3,4].
Seseorang dengan daddy issues tidak berpikir untuk hidup melajang seorang diri tanpa menikah.
Alih-alih menginginkan hidup sendiri, daddy issues membuat diri orang tersebut bertahan dalam hubungan tidak sehat sekalipun [1,2,3,4].
Kemungkinan paling besar yang bisa terjadi adalah seseorang dengan daddy issues tidak akan ragu untuk berpindah dari satu hubungan ke hubungan lainnya walaupun tahu hubungan tersebut tidak akan bekerja dengan baik [1,2,3,4].
Buruknya lagi, mereka cenderung terbiasa dengan hubungan yang tidak sehat atau terus-menerus bermasalah tanpa ingin lepas dari itu maupun belajar dari kasus-kasus/pengalaman sebelumnya [1,2,3,4].
Para perempuan dengan daddy issues rata-rata memiliki ketertarikan secara romantis terhadap lawan jenis yang jauh lebih tua [1,2,3,4].
Untuk masalah kencan dan menikah, para perempuan dengan daddy issues akan memilih lelaki lebih tua; tujuannya adalah untuk mencari pengganti sosok ayah yang tidak ia dapatkan dan alami sebelumnya [1,2,3,4].
Pria lebih tua tidak dipungkiri biasanya lebih percaya diri, berpikiran dewasa, berperilaku lebih tenang dan cenderung kharismatik, serta stabil dalam hal finansial [4,5].
Pria lebih tua juga bagi beberapa perempuan lebih terlihat menarik karena dapat menjadi sosok pelindung dan pemberi kasih sayang [4,5].
Oleh sebab itu, seringkali para perempuan yang masa mudanya tidak memiliki sosok konstan seorang ayah akan memilih tipe pria seperti ini [4].
Saat masa kecil seseorang tidak memiliki jaminan rasa aman dari orang tua, khususnya ayah, ia akan tumbuh dewasa menjadi sosok yang overprotektif, manja, hingga cemburuan setiap menjalin hubungan [1,2].
Hal tersebut didasari oleh rasa takut kehilangan pasangannya, sebab ia sendiri pada masa kanak-kanak hingga remaja telah kehilangan sosok ayah [1,2].
Sikap overprotektif dan manja tersebut bertujuan untuk memastikan pasangannya hanya menyayangi dia dan tidak akan ke mana-mana [1,2].
Namun kembali lagi, sikap overprotektif, manja maupun cemburuan yang tidak berdasar hanya akan menuju pada hubungan yang tidak sehat [1,2].
Meski demikian, seseorang dengan daddy issues mungkin tidak menyadari bahwa sikap tersebut adalah suatu sikap yang tidak baik atau tidak sehat dalam sebuah hubungan [1,2].
Seseorang dengan daddy issues biasanya akan selalu merasa tidak aman dan sulit baginya untuk merasa cukup di dalam suatu hubungan [1,2,3,4].
Keinginan untuk dicintai, diberi perhatian dan kasih sayang akan lebih besar pada orang-orang dengan daddy issues [1,2,3,4].
Namun meski seseorang sudah diberi perhatian dan rasa cinta yang cukup, seringkali orang-orang dengan daddy issues pun masih membutuhkan lebih banyak serta membutuhkan kepastian dari pasangannya [1,2,3,4].
Daddy issues kerap menjadikan diri seseorang mudah insecure sehingga selalu memerlukan kepastian yang tidak pernah ada ujungnya [1,2,3,4].
Pasangan tipe orang seperti ini mungkin di awal bisa melakukannya, namun jika berkelanjutan dalam jangka waktu lama, hubungan akan terasa begitu melelahkan.
Kurangnya ikatan antara anak dan ayah karena ketidakhadiran sosok ayah dalam pola asuh bukan menjadi satu-satunya alasan timbulnya daddy issues [1,2].
Seringkali, daddy issues dialami oleh seseorang karena masa kecilnya justru memiliki sosok ayah yang hadir namun menerapkan pola asuh kasar [1,2].
Baik kasar secara emosional, verbal maupun fisik kerap memicu terciptanya jarak antara anak dan ayah [1,2].
Hadir atau ada tidaknya sosok ayah dalam sebuah keluarga tetap bisa menjadi alasan anak tumbuh dewasa dengan masalah daddy issues [1,2].
Intinya, tidak adanya panutan sosok ayah yang baik dalam jangka panjang maka anak berpotensi mengalami daddy issues [1,2].
Terutama bila anak tumbuh dengan ayah yang kasar, khususnya anak laki-laki yang kerap dikasari oleh sang ayah, maka saat dewasa anak tumbuh menjadi pria dewasa yang sama kasarnya [6].
Perilaku buruk ini kemudian bisa berdampak buruk apabila ia pun berkeluarga; baik pasangan maupun anaknya kelak kemungkinan akan memperoleh perlakuan yang tidak baik [6].
Untuk memahami lebih dalam mengenai penyebab, cara menangani, serta ciri-ciri seseorang punya daddy issues, segera konsultasikan dengan psikolog.
1. Tianna Soto, M.A. & Kristina Hallett, Ph.D., ABPP. 6 Signs You Might Have "Daddy Issues" & What It Means. Mind Body Green Relationships; 2023.
2. Cynthia Vinney & Ann-Louise T. Lockhart, PsyD, ABPP. What Are 'Daddy Issues'?. Verywell Mind; 2022.
3. Lori Lawrenz, PsyD & Adrienne Santos-Longhurst. Yes, ‘Daddy Issues’ Are a Real Thing — Here’s How to Deal. Healthline; 2022.
4. Psych Central. ‘Daddy Issues’ and Their Impact on Adult Relationships. Psych Central; 2022.
5. Sylvia Smith. 10 Reasons Why Women Love Dating an Older Man. Marriage; 2022.
6. Anne Cleary. Emotional constraint, father-son relationships, and men's wellbeing. Frontiers in Sociology; 2022.