Penyakit & Kelainan

Dictamus Albus: Manfaat – Efek Samping dan Tips Penggunaan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Sekilas Tentang Dictamus Albus

Dictamus albus atau selong belong merupakan salah satu tanaman berbunga dalam famili Rutaceae. Tanaman yang sering dikenal dengan burning blush dikarenakan bunga tua atau biji polongnya dapat mengeluarkan minyak yang mudah terbakar ketika malam musim panas [2].

Tanaman ini juga memiliki berbagai sebutan, seperti dittany, fraxinella dan gas plant. Dictamus albus ini berasal dari Eropa Selatan, Afrika Utara, dan sebagian besar Asia. [2]

Karakteristik Dictamus Albus

Dictamus Albus

Dictamus albus merupakan tumbuhan herba abadi yang dapat tumbuh hingga mencapai 60-122 cm. Tanaman ini memiliki akar tunggang yang panjang, tebal dan bercabang [2].

Daunnya lanset dan bentuknya menyirip dengan warna hijau muda. Ketika musim tanam, daunnya dapat mengeluarkan aroma lemon ketika digosok atau dihancurkan [2].

Pada musim gugur, daunnya akan berubah menjadi merah keunguan cemerlang atau merah tua. Bunganya besar dan tidak beraturan, dengan 5 sepal dan 5 kelopak [2,3].

Buahnya berbentuk bintang dan setiap bagian memiliki bau yang khas dengan rasa pahit [2,3].

Kandungan Gizi Pada Dictamus Albus

Berikut ini kandungan gizi yang terdapat pada dictamus albus:

NamaJumlahUnit
Pinene0.02%
Camphene0.02%
Myrcene0.02%
Limonene0.23%
Linalool0.03%
Dyctagimnin46.48%
Anethol26.02%
Fericulin9.87%

Menurut data pada tabel kandungan gizi diatas menunjukkan bahwa dictamus albius memiliki kandungan gizi yang cukup banyak dan salah satunya adalah dyctagimnin. Dyctagimnin merupakan salah satu kandungan gizi yang ckup berguna karena dapat bertindak sebagai anti inflamasi terutama pada bagian dalam tubuh [1].

Kandungan Senyawa Pada Dictamus Albius

Sejak lama, dictamus albus telah digunakan dalam pengobatan tradisional Cina. Tentunya, hal tersebut dipengaruhi oleh kandungan senyawa yang terdapat di dalamnya [4].

Dictamus albus mengandung sejumlah senyawa, seperti dictamnine, monoterpene, germacrene dan alkaloid furoquinolin lainnya. Sejumlah senyawa inilah yang membuat dictamus albus memiliki berbagai khasiat bagi kesehatan tubuh. [4,5]

Dictamus albus mengandung sejumlah senyawa, seperti dictamnine, monoterpene, germacrene dan alkaloid furoquinolin lainnya yang membuatnya memiliki berbagai khasiat bagi kesehatan tubuh.

Manfaat Kesehatan Pada Dictamus Albus

Tak hanya kandungan senyawanya yang beragam, namun dictamus albus juga memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan. Berikut ini beberapa manfaat kesehatan pada dictamus albus:

  • Sebagai Antikanker

Berbagai senyawa aktif dalam dictamus albus membuatnya memiliki sejumlah aktivitas farmakologis, salah satunya yaitu antikanker. Aktivitas tersebut disebabkan oleh senyawa berupa limonoid yang ditemukan di dalamnya [7].

Senyawa ini dapat membantu meningkatkan aktivitas enzim yang berkorelasi untuk menghambat karsinogenes. Oleh karena itu, dictamus albus dapat dijadikan sebagai salah satu sumber antikanker yang baik [8].

Selain itu, beberapa senyawa lainnya juga diduga secara kimia dapat menghambat pertumbuhan pada sel kanker. Sejumlah senyawa tersebut meliputi obacunone, limonin, nomilin, glukosida, dan beberapa aglikon [8].

Dictamus albus dapat dijadikan sebagai salah satu sumber antikanker yang baik karena mengandung sejumlah senyawa yaitu obacunone, limonin, nomilin, glukosida, dan beberapa aglikon yang dapat menghambat pertumbuhan pada sel kanker.
  • Mengobati Dermatitis Kontak

Selain memiliki manfaat sebagai antikanker, dictamus albus juga dapat digunakan untuk mengobati dermatitis kontak. Kondisi ini merupakan peradangan kulit yang disebabkan oleh zat yang dapat mengakibatkan iritasi [7].

Peradangan ini biasanya ditandai dengan gatal dan ruam kemerahan pada kulit. Namun, peradangan kulit ini dapat diatasi dengan dictamus albus [7].

Hal tersebut dikarenakan adanya aktivitas sebagai anti inflamasi fraxinellon yang terkandung di dalamnya. Aktivitas itulah yang dinilai mampu mengobati dermatitis kontak dengan cara mengurangi gejala pada penyakit yang satu ini [7,8].

Tak jarang, sebagian orang pernah mengalami depresi. Salah satu gangguan mental ini mengakibatkan penderitanya mengalami rasa sedih dan tertekan secara terus-menerus dan berdampak negatif pada kehidupan sehari-harinya [7].

Namun, gangguan mental ini dapat diatasi dengan dictamus albus. Hal ini disebabkan oleh sejumlah senyawa yang terkandung di dalamnya, yaitu kumarin dan limonoid [7].

Senyawa inilah yang membuat tumbuhan ini memiliki sifat sebagai antidepresan. Aktivitas tersebut dipercaya mampu menghambat enzim monoamin oksidase atau MAO [7,8].

Dimana, enzim ini dapat menghambat senyawa di otak sehingga seseorang mengalami emosi yang tidak stabil. Untuk itu, diperlukan senyawa yang menghambat enzim MAO agar emosi penderita menjadi stabil [7,8].

Dengan begitu, depresi berangsur-angsur akan membaik [8].

Dictamus albus dapat digunakan untuk mengobati depresi karena memiliki efek sebagai antidepresan yang dapat menstabilkan emosi penderita sehingga depresi dapat berangsur-angsur membaik.

Manfaat lainnya dari dictamus albus ialah sebagai antimikroba. Beberapa tumbuhan herbal memiliki manfaat yang satu ini, termasuk dictamus albus [7,8].

Antimikroba sendiri biasanya digunakan mencegah infeksi dengan menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Pada dictamus albus ditemukan adanya senyawa limonoid dan turunannya yang menunjukkan aktivitas antimikroba yang cukup kuat [7,8].

Sejumlah senyawa inilah yang mampu menghambat pertumbuhan pada bakteri [7,8]

Selain memiliki berbagai manfaat diatas, manfaat terakhir dari dictamus albus ialah dapat mengobati jantung koroner. Penyakit ini merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak [7].

Jantung koroner merupakan kondisi dimana pembuluh darah utama atau arteri tersumbat dikarenakan penumpukan plak. Namun, penyakit ini dapat diobati dengan dictamus albus [7].

Hal ini dikarenakan tumbuhan tersebut mengandung efek sebagai anti agregrasi platelet. Dimana, efek tersebut dipengaruhi oleh senyawa alkaloid quinolin dan limono yang terkandung didalamnya [8].

Senyawa inilah yang berperan dalam menghambat agregasi trombosit. Penelitian juga mengungkap efek penghambatan pada dictamus albus lebih tinggi dibandingkan dengan obat jantung koroner pada umumnya [8].

Efek Samping Pada Dictamus Albus

Selain memiliki berbagai manfaat, dictamus albus juga memiliki sejumlah efek samping. Berikut di bawah ini efek samping pada dictamus albus:

  • Sakit Perut

Efek samping yang dapat timbul dari penggunaan dictamus albus yaitu sakit perut. Hal tersebut dikarenakan zat beracun yang terdapat di seluruh bagian dictamus albus [6].

Untuk itu, tumbuhan ini tidak dapat dikonsumsi secara langsung. Namun, dictamus albus mentah aman digunakan sebagai obat luar [6].

Obat ini biasanya untuk menyembuhkan berbagai luka dan penggunaan tropikal lainnya. Apabila terjadi efek samping ini, segera hentikan pemakaian obat dan konsultasikan ke dokter terdekat [6].

Hal ini tidak lain dilakukan untuk mengantisipasi timbulnya efek samping yang lebih serius [6].

Selain dapat mengakibatkan sakit perut, dictamus albus juga dapat menimbulkan alergi. Sebagian orang mungkin tidak merasakan efek samping yang satu ini [6].

Namun, bagi orang yang memiliki kulit sensitif atau riwayat alergi akan mengalami alergi. Oleh karena itu, hindari kontak langsung dengan dictamus albus [6,7].

Gunakan sarung tangan apabila ingin mengolah tumbuhan yang satu ini. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah timbulnya alergi pada kulit [6,7].

Efek samping terakhir yang dapat ditimbulkan dictamus albus yaitu dapat mengakibatkan aborsi. Hal tersebut dikarenakan dictamus albus memiliki sifat sebagai abortifacient [6,8].

Sifat inilah yang dapat memicu terjadinya keguguran pada ibu hamil. Untuk itu, ibu hamil sebaiknya menghindari obat herbal yang satu ini agar tidak membahayakan keselamatan janin yang dikandung [6,8].

Dictamus albus dapat mengakibatkan beberapa efek samping, salah satunya dapat mengakibatkan sakit perut apabila dikonsumsi secara langsung. Tumbuhan ini juga dapat menimbulkan alergi jika terkena kulit yang sensitif. Selain itu, dictamus albus juga dapat mengakibatkan aborsi.

Tips Penggunaan Pada Dictamus Albus

Dictamus albus memiliki peran yang cukup penting dalam pengobatan tradisional Cina. Tentunya, hal tersebut diikuti dengan cara penggunaan yang tepat. Untuk itu, simaklah berikut ini tips penggunaan pada dictamus albus:

Dictamus albus merupakan salah satu tumbuhan herbal yang dapat dijadikan sebagai teh herbal. Teh ini diperoleh dari daun dictamus albus yang telah dikeringkan [7].

Manfaat dari teh herbal tersebut juga beragam, salah satunya dapat mengobati berbagai gangguan pencernaan. Untuk cara penyajiannya, Anda hanya perlu menyeduhnya dengan air panas [7].

Setelah itu, tutup dan diamkan selama kurang lebih 5 menit. Sebelum diminum, saring teh herbal dan teh pun siap diminum [7].

  • Air Rendaman

Cara penggunaan pada dictamus albus beragam, salah satunya air rendamannya yang dapat dikonsumsi. Terdapat berbagai khasiat yang dapat diperoleh dari air rendaman tumbuhan herbal yang satu ini [7].

Salah satunya ialah dapat mengobati batu ginjal. Caranya yaitu dengan merendam batang bagian bawah dari dictamus albus ke dalam segelas air [7].

Lalu rendam semalaman dan pada keesokan harinya, ramuan tersebut dapat diminum. Ramuan ini diminum sekali dalam sehari [7].

Dictamus albus dapat dijadikan sebagai teh herbal yang baik untuk pencernaan dan air rendamannya juga dapat diminum.

Tips Penyimpanan Pada Dictamus Albus

Selain cara penggunaannya yang harus tepat, cara penyimpanan pada dictamus albus juga perlu diperhatikan. Berikut ini tips penyimpanan pada dictamus albus:

  • Dikeringkan

Sebagian tumbuhan herbal dapat disimpan dengan cara dikeringkan, termasuk dictamus albus. Dengan menyimpannya dalam bentuk kering, mampu membuat tumbuhan ini bertahan lama [7].

Jadi, Anda tidak perlu khawatir apabila ingin menggunakannya sewaktu-waktu. Dictamus albus ini juga telah tersedia dan mudah ditemui di sejumlah marketplace [7].

Bagian dictamus albus yang dapat dikeringkan yaitu berupa daun atau akarnya. Untuk cara pengeringan pada tumbuhan ini juga serupa dengan proses pengeringan tumbuhan herbal lainnya, yaitu dengan dijemur di bawah terik mentari hingga kandungan airnya berkurang drastis [7].

Setelah itu, dictamus albus kering pun siap untuk disimpan di wadah kedap udara. [7]

Dengan menyimpannya dalam bentuk kering, dictamus albus bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama.

1. K. Hüsnü Can Başer, Müberra Koşar, Hulusi Malyer. The Essential Oil Composition of Dictamnus albus from Turkey. 60,481. Planta Medica; 1994.
2. Saduf Nissar, Weekar Younis Raja, Neelofar Majid, Nawchoo Dr.Irshad A, Zulfikar Ali Bhat. Pharmacognostic characterization and development of quality control standards for Dictamnus albus: a comparative study of different parts. Advances in Traditional Medicine; 2021.
3.Saduf Nissar, Neelofar Majid, Gowhar A. Shapoo, Irshad A. Nawchoo, Zulfikar Ali Bhat, Weekar Y. Raja. Variation of Growth Dynamics and Resource Allocation Patterns of Dictamnus albus. 10(2):104-110. International Journal of Pharmaceutical & Biological Archives; 2019.
4. Dragan T. Velickovic, Mihalo S. Ristic, Ljiljana Lj. Bjelakovic, Ivana T. Karabegovic, Sasa S. Stojivevic, Miodrag L. Laziv, Novica V. Randjelovic. Chemical composition of Dictamnus albus L. essential oil from serbia. Vol.23(3): 26-28. Agro Food Industry Hi Tech; 2012.
5. Chr. Souleles. A New Glavonoid Glycoside from Dictamnus albus. 52(6): 1311–1312; Journal of Natural Product; 1989.
6. Wink, M. Mode of action and toxicology of plant toxins and poisonous plants. 93-112. Julius Kühn-Inst; 2009.
7. V. Martínez-Francés, D. Rivera, M. Heinrich, C. Obon, S. Ríos. An ethnopharmacological and historical analysis of “Dictamnus”, a European traditional herbal medicine. 1- 19. Journal of Ethnopharmacology; 2015.
8. Mengying Lv, Ping Xu, Yuan Tian, Jingyu Liang, Yiqiao Gao, Fengguo Xu, Zunjian Zhang, Jianbo Sun. Medicinal uses, phytochemistry and pharmacology of the genus Dictamnus (Rutaceae). 171: 247-263. Journal of Ethnopharmacology; 2015.

Share