Jahe (Zingiber officiniale) merupakan salah satu tanaman herbal atau rempah rempah yang sangat umum digunakan, baik untuk bahan masakan maupun sebagai pengobatan.
Jahe memiliki satu familia dengan kunyit, kapulaga, temu lawak dan tumbuhan herbal beraroma lainnya dalam famili Zingiberaceae. Seluruh bagian tanamannya memiliki aroma yang segar, akan tetapi jahe yang sering dikonsumsi terletak pada bagian rimpangnya, atau biasa disebut dengan “akar jahe”. [1]
Jahe banyak dibudidayakan di Asia, dengan daerah penghasil yang paling banyak yakni Cina dan India. Selain itu jahe juga banyak ditemukan di Indonesia, Nepal, Thailand, Nigeria, Bangladesh, Jepang hingga Filipina.
Jahe mengandung berbagai komponen penting didalamnya. Komponen tersebut meliputi minyak atsiri dan senyawa fenol dengan aromanya yang menyengat seperti gingerol, shogaol dan paradol. [2] [3]Kandungan senyawa fenol dalam jahe ini menunjukkan sifat antioksidan, anti tumor dan anti inflamasi. Dengan demikian jahe sangat ampuh untuk meredakan gejala mabuk perjalanan seperti pusing, sakit kepala, mual dan muntah. [2] [4]
Selain itu, anti-oksidan dan zat kandungan lain dalam jahe dapat membantu juga dalam mencegah atau mengobati radang sendi, peradangan, dan berbagai jenis infeksi. Bahkan, para peneliti juga telah mempelajari potensinya untuk mengurangi risiko diabetes, kanker, dan masalah kesehatan lainnya. [5]
Walaupun jahe memiliki banyak manfaat dan khasiat bagi tubuh, ternyata jahe juga memiliki efek samping apabila kita mengkonsumsinya terlalu banyak. Apa saja dampaknya bagi tubuh?
Daftar isi
Seringkali jahe dikonsumsi sebagai minuman teh. Bahkan teh jahe dapat memberikan khasiat untuk menghangatkan tubuh. Akan tetapi, mengonsumsi jahe dalam dosis yang banyak atau lebih tinggi dari 5 gram setiap hari [6] akan menyebabkan efek samping seperti rasa tidak nyaman pada perut, mulas, hingga diare.
Jahe mungkin aman bila digunakan atau dikonsumsi dalam jangka pendek. Bahkan dalam beberapa penelitian, jahe sangat bermanfaat untuk kecantikan. [7] Akan tetapi, dalam penggunaannya harus diperhatikan dengan hati-hati. Karena bagi sebagian orang terutama yang memiliki kulit sensitive, mengoleskan jahe terlalu lama akan mengakibatkan iritasi kulit.
Efek jahe yang ketika diminum memberikan rasa terbakar/panas di mulut atau di tenggorokan, membuat sebagian orang tidak menyukai makanan ini. Oleh karena itu, untuk menghindari efek ini, sebaiknya anak-anak tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi jahe. Lebih baik jika mereka bisa mengkonsumsinya saat masa awal-awal remaja.
Jahe dapat memperlambat pembekuan darah. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa jahe memiliki efek sinergis terhadap agregasi anti-platelet atau mengencerkan darah. [8] Oleh karena itu, mengonsumsi jahe secara berlebihan atau bahkan bersamaan dengan obat-obatan yang juga memperlambat pembekuan dapat meningkatkan kemungkinan memar dan pendarahan.
Mengkonsumsi jahe secara berlebihan akan meningkatkan risiko pendarahan. Kandungan dalam jahe yang dapat menginhibisi agregasi trombosit sehingga menimbulkan kemungkinan risiko pendarahan tersebut. [9] [10]
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa jahe dapat memperlambat pembekuan darah. Ini dapat menyebabkan pendarahan ekstra selama dan setelah operasi. Oleh karena itu, berhenti menggunakan jahe setidaknya 2 minggu sebelum jadwal operasi.
Jahe kemungkinan akan aman jika dicampurkan atau menjadi bahan dalam makanan. Bahkan, minuman jahe dapat menjadi obat selama kehamilan, juga dapat membantu meredakan morning sickness. [11] Walaupun begitu, dokter kehamilan tidak menyarankan ibu hamil untuk meminum jahe saat mendekati masa kelahiran. Hal ini terkait dengan jahe yang dapat meningkatkan risiko pendarahan. Oleh karena itu, sebaiknya Anda mendiskusikan hal ini lebih lanjut dengan dokter kandungan jika ingin mengonsumsi jahe selama kehamilan.
Jahe dapat mengurangi tekanan darah dengan cara yang mirip dengan beberapa obat untuk tekanan darah. Mekanisme efek jahe dalam menurunkan tekanan darah dapat dimediasi oleh penghambatan saluran kalsium yang bergantung pada tegangan serta dengan merangsang reseptor muskarinik. [12] Oleh karena itu, mengonsumsi jahe bersama dengan obat-obatan penurun tekanan darah dapat menyebabkan tekanan darah Anda turun terlalu rendah.
Jahe memiliki khasiat untuk menurunkan tekanan darah. Sehingga jika Anda mengonsumsi jahe terlalu banyak, tekanan darah akan turun drastis. Hal ini dapat mengakibatkan detak jantung menjadi tidak teratur.
Jahe dapat menurunkan gula darah. [13] Obat diabetes juga digunakan untuk menurunkan gula darah. Mengambil jahe bersama dengan obat diabetes dapat menyebabkan gula darah Anda terlalu rendah. Pantau gula darah Anda dengan cermat. Dosis obat diabetes Anda mungkin perlu diubah.
Jumlah dan takaran yang aman mengkonsumsi jahe
Pada umumnya, masyarakat mengonsumsi jahe dalam bentuk penyedap/bahan makanan atau minuman. Jahe yang digunakan sebagai obat saat ini tersedia dalam berbagai bentuk, mulai dari teh, sirup, kapsul hingga ekstrak jahe. Selain itu juga, jahe sebagai obat herbal tersedia juga dalam bentuk gel topikal, salep, dan minyak esensial aromaterapi.
Hingga saat ini, belum ada studi yang membahas khusus mengenai dosis yang digunakan. Akan tetapi, sebagian besar penelitian klinis telah menggunakan antara 250 mg dan 1 g akar bubuk dalam bentuk kapsul, kemudian diminum satu hingga empat kali sehari. [4] [14] Untuk mual dan muntah akibat kehamilan, sebagian besar penelitian menggunakan 250 mg empat kali sehari. [15]
Demi keamanan dan kenyamanan bagi tubuh, komunikasikan lebih lanjut dengan dokter atau ahli kesehatan untuk mengetahui dosis yang sesuai dengan kondisi tubuh.
1) Vasala, P. A. Ginger. Handbook of Herbs and Spices. 2012.
2) Latona, D. F., G. O. Oyeleke, and O. A. Olayiwola. Journal of Applied Chemistry. Chemical analysis of ginger root. 2012
3) Mohd Yusof Y.A. (2016) Gingerol and Its Role in Chronic Diseases. In: Gupta S., Prasad S., Aggarwal B. (eds) Drug Discovery from Mother Nature. Advances in Experimental Medicine and Biology, vol 929. Springer, Cham.
4) E Ernst, M H Pittler, Efficacy of ginger for nausea and vomiting: a systematic review of randomized clinical trials., BJA: British Journal of Anaesthesia. 2000
5) Al-Awwadi, Najim A. Jabir. "Potential health benefits and scientific review of ginger." Journal of Pharmacognosy and Phytotherapy. 2017
6) Anonim. drugs.com. ginger. 2021.
7) Tritanti, A., and I. Pranita. "The making of red ginger (zingiber officinale rovb. var. rubra) natural essential oil." Journal of Physics: Conference Series. Vol. 1273. No. 1. IOP Publishing, 2019.
8) Young H, Liao J, Chang Y, Luo Y, Lu M, Peng W. Synergistic effect of ginger and nifedipine on human platelet aggregation: a study in hypertensive patients and normal volunteers. Am J Chin Med. 2006
9) Marx, Wolfgang, et al. "The effect of ginger (Zingiber officinale) on platelet aggregation: a systematic literature review. 2015
10) Srivastava, K. C. "Aqueous extracts of onion, garlic and ginger inhibit platelet aggregation and alter arachidonic acid metabolism." Biomedica biochimica acta. 1984
11) Ozgoli G, Goli M, Simbar M. Effects of ginger capsules on pregnancy, nausea and vomiting. J Altern Complement Med. 2009
12) Ghayur M, Gilani A. Ginger lowers blood pressure through blockage of voltage-dependent calcium channels. J Cardiovasc Pharmacol. 2005;45:74Y80.
13) Bordia, A., S. K. Verma, and K. C. Srivastava. "Effect of ginger (Zingiber officinale Rosc.) and fenugreek (Trigonella foenumgraecum L.) on blood lipids, blood sugar and platelet aggregation in patients with coronary artery disease." Prostaglandins, leukotrienes and essential fatty acids. 1997
14) Chaiyakunapruk N, Kitikannakorn N, Nathisuwan S, Leeprakobboon K, Leelasettagool C. The efficacy of ginger for the prevention of postoperative nausea and vomiting: a meta-analysis. Am J Obstet Gynecol. 2006
15) Borrelli F, Capasso R, Aviello G, Pittler MH, Izzo AA. Effectiveness and safety of ginger in the treatment of pregnancy-induced nausea and vomiting. Obstet Gynecol. 2005
16) White, Brett. "Ginger: an overview." American family physician. 2007
17) Anonim. nccih.nih.gov. ginger.
18) Anonim.webmd.com. ginger