Penyakit & Kelainan

9 Gejala Tetanus Neonatorum dan Cara Mengatasinya

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tetanus Neonatorum atau yang juga biasa disebut dengan Neonatal Tetanus, merupakan bentuk tetanus yang biasa menyerang bayi baru saja dilahirkan.[1] Tetanus sendiri merupakan bentuk penyakit yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani.[3]

Bakteri yang masuk ke dalam tubuh tersebut menyekresi semacam senyawa kimia yang dapat membuat inangnya mengalami kekakuan kronis pada otot tubuh.[3] Senyawa kimia tersebut lebih dikenal dengan sebutan ‘Racun Tetanus’ (Ing.: Tetanus Toxin).

Pada kasus Tetanus Neonatorum, bakteri ini diwariskan oleh sang ibu kepada janinnya ketika proses persalinan terjadi. Kemungkinan penularan semakin besar apabila sang ibu merupakan individu yang belum menerima Vaksin Tetanus. Dewasa ini, penyakit Tetanus Neonatorum sendiri masih umum terjadi pada banyak negara berkembang serta negara dunia ketiga. Pada daerah-daerah terisolir dan dengan akses medikasi yang masih sulit, tingkat mortalitas penyakit ini berada pada angka 70% hingga 100%.[1] Terdapat beberapa gejala dari Tetanus Neonatorum, yaitu sebagai berikut:

1. Tidak menangis ketika baru dilahirkan

Tanda-tanda janin yang terlahir sehat salah satunya adalah langsung menangis ketika baru dilahirkan.[2] Apabila janin yang baru lahir tidak menangis, kondisi tersebut harus mendapat perhatian khusus karena bisa menandakan terdapatinya suatu kondisi yang perlu diberi penanganan lebih lanjut – salah satu di antaranya adalah gejala Tetanus Neonatorum.[2] Akses pada tindakan medis terdepan seperti ini yang biasanya masih sulit di dapati pada negara-negara dengan tingkat kemajuan yang rendah.

2. Demam

Suhu tubuh bayi yang baru lahir pada umumnya tidak terlalu berbeda dengan suhu tubuh manusia normal, yaitu berkisar pada angka 36o hingga 37o Celsius. Apabila suhu tubuh yang dimiliki janin yang baru lahir berada di atas kisaran tersebut, bisa dikatakan janin tersebut mengalami hipertermia atau suhu demam. Meningkatnya suhu tubuh ini terjadi secara merata di seluruh anggota tubuh (tidak pada bagian tertentu saja seperti pada kasus pyrexia).[3]

3. Kejang-kejang

Tidak hanya enggan menangis, janin yang terjangkit Tetanus Neonatorum juga pada umumnya mengalami kejang-kejang. Intensitas kejang-kejang yang dialami pun terbilang beragam, dari tingkat ringan yang tampak seperti gemetar halus, hingga intensitas akut yang membuat janin hingga menggelepar.[3] Terkadang kejang-kejang yang di alami juga tidak selalu terjadi secara menyeluruh pada tubuh janin, namun bisa juga hanya pada bagian-bagian tubuh tertentu saja.[4][5]

4. Adanya kekakuan pada tubuh janin

Tubuh janin yang mengidap Tetanus Neonatorum juga dapat mengalami kekakuan, sehingga terkadang janin akan tampak seperti meringkuk dan sulit untuk bergerak. [5] Selain itu, beberapa tanda lainnya yang juga sering terlihat di antaranya seperti tangan janin yang selalu mengepal, frekuensi pergerakkan yang sangat minim, dan tidak adanya respons terhadap berbagai rangsangan fisik.[3]

5. Disfungsi anggota tubuh

Disfungsi bagian tubuh merujuk pada ketidakmampuan suatu organ fisik dalam melakukan hal-hal yang seharusnya menjadi kapasitas organ tersebut. Gejala ini juga merupakan salah satu gejala Tetanus Neonatorum yang sulit di deteksi/identifikasi, dikarenakan berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh bayi yang baru dilahirkan. Peran diagnosa tenaga medis amatlah krusial guna menindaklanjuti gejala yang satu ini.[2][4]

6. Trismus

Gejala yang paling kontras dalam membedakan Tetanus Neonatorum sendiri adalah gejala Trismus atau yang juga dikenal sebagai lockjaw pada kalangan medis. Trismus sendiri merupakan kondisi gangguan fisik yang dapat menyebabkan penderitanya tidak dapat menggunakan otot rahang secara normal.[2] Akibat adanya kontraksi pada bagian otot tersebut, penderitanya akan mengalami kesulitan dalam mekanisme buka dan menutup mulut. Walhasil, penderita Trismus seakan mengalami mulut yang terkunci dan terkatup dengan posisi yang ganjil.

7. Enggan menyusu

Seiring dengan munculnya Gejala Trismus, akan sangat relevan apabila diikuti dengan gejala enggan menyusu. Terjadinya gejala tersebut sering kali gagal terdeteksi dan teridentifikasi sehingga bayi yang baru terlahir akan terkesan enggan untuk menyusu. Beberapa di antaranya akan membuat janin tampak seperti tidak mau membuka mulut, kesulitan menyedot asi, tak dapat menelan, hingga bahkan tersedak.[3][5]

8. Pernapasan terganggu

Trismus, disfungsi anggota tubuh, serta komplikasi lainnya dengan berbagai gejala di atas, pada umumnya juga akan diikuti dengan keberadaan gangguan pada sistem pernapasan – yang mana gangguan dapat bersifat ringan ataupun akut. [2][4] Di kasus yang tergolong ringan, janin dapat di amati memiliki helaan napas yang pendek-pendek. Namun pada beberapa kasus lebih berat atau akut, janin akan sering tercekat. Gejala ini juga dapat mencegah janin untuk dapat menyusu dengan baik.[3]

9. Gejala berumur dua Minggu

Yang membuat Tetanus Neonatorum memiliki tingkat mortalitas sangat tinggi dikarenakan keberadaan gejala-gejalanya yang bermunculan ketika umur janin bahkan sudah berusia di bawah dua Minggu. Jangka waktu terjadinya fatalitas bahkan dapat terbentang hingga umur janin menginjak hitungan bulan. Karena itu apabila janin yang lahir menunjukkan keberadaan salah satu dari gejala di atas, amat disarankan untuk sesegera mungkin ditindaklanjuti dan mencari perawatan tenaga medis profesional.[1][2]

Cara Mengatasi Tetanus Neonatorum

Cara termudah dalam mengatasi Tetanus Neonatorum adalah dengan melakukan Vaksinasi Tetanus yang sudah sangat mudah di akses pada instansi-instansi medis kebanyakan. Vaksinasi Tetanus sendiri sudah banyak diterapkan ke dalam program wajib vaksinasi di banyak negara-negara maju serta berkembang. Karena itu, amat sangat memungkinkan apabila langkah-langkah yang bersifat preventif dilakukan untuk mengatasi penyakit ini.[1][2][3][4][5]

Sedangkan untuk cara mengatasi Tetanus Neonatorum yang lebih akut diperlukan tindakan yang bersifat represif atau penanggulangan. Beberapa metode dapat dipilih seperti konsumsi obat-obatan tertentu (asupan magnesium sulfat, diazepam, metronidazole, penggunaan injeksi immunoglobulin, dan lainnya); operasi pembedahan trakeotomi (Ing.: tracheotomy), penggunaan alat ventilasi mekanis, dan sebagainya. Berbagai tindakan ini perlu untuk dikonsultasikan terlebih dahulu, sesuai dengan saran dan arahan dokter.[1][2][3][4][5]

By: Sir Lord Artaz Gang

1) Aqeel, A. Y., Arishi, H. M., Ageel, H. I., & Arishi, N. H. sciencedirect. Epidemiological and clinical aspects of neonatal tetanus from a tertiary care hospital. 2017
2) Athavale, V. B., & Pai, P. N. sciencedirect. Tetanus neonatorum—clinical manifestations. 1965
3) Daroff, R. B., & Aminoff, M. J. sciencedirect. Encyclopedia of the neurological sciences: Tetanus. 2014
4) Thwaites, C. L., Beeching, N. J., & Newton, C. R. sciencedirect. Maternal and neonatal tetanus. 2015
5) Wilson, C. B., Nizet, V., Maldonado, Y. A., Remington, J. S., & Klein, J. O. sciencedirect. Remington and Klein's infectious diseases of the fetus and newborn infant: CHAPTER 6 - Bacterial Sepsis and Meningitis. 2015

Share