Daftar isi
Histerosalpingografi (HSG) atau tes HSG adalah sebuah prosedur yang menggunakan sinar X-Ray untuk melihat rahim dan tuba falopi (saluran yang mengangkut sel telur dari ovarium ke rahim).[1]
Tindakan medis ini dapat digunakan untuk mengetahui penyebab infertilitas atau ketidaksuburan.[2]
Selain itu, beberapa permasalahan pada rahim yang didiagnosis dengan bantuan histerosalpingografi, seperti:[2]
Dokter akan merekomendasikan pasien untuk melalukan histerosalpingografi apabila pasien mengalami kesulitan hamil atau keguguran yang terjadi berulang kali.[3]
Beberapa penyebab seorang wanita sulit hamil, antara lain:[1]
Berikut ini beberapa hal yang perlu dilakukan sebelum tes HSG:[1,4]
Pemeriksaan dijadwalkan sekitar hari ke 7 sampai ke 10 setelah periode menstruasi. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa pasien tidak hamil dan menurunkan risiko infeksi. [4,1]
Histerosalpingografi tidak boleh dilakukan oleh pasien yang sedang hamil karena radiasi dari X-ray dapat berbahaya bagi janin.[4,1]
Pasien yang memiliki penyakit radang panggul atau Pelvic Inflammatory Disease (PID) dan pendarahan dari vagina tidak direkomendasikan melakukan tindakan medis ini.[1]
Pemeriksaan ini dilakukan oleh ahli radiologi dan memakan waktu sekitar 15-30 menit.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan selama menjalani histerosalpingografi adalah sebagai berikut:[1]
Pasien mungkin akan merasa kram dan nyeri saat zat kontras dialirkan ke tuba falopi.
Setelah melakukan histerosalpingografi pasien mungkin akan mengalami kram yang serupa saat mengalami menstruasi, keputihan dan pendarahan di vagina. Apabila mengalami ini pasien dianjurkan menggunakan pembalut, daripada tampon untuk mencegah terjadinya infeksi.[4]
Pasien dilarang melakukan hubungan seksual sampai bercak darah atau keputihan berhenti, biasanya 48 jam setelah melakukan histerosalpingografi.[5]
Hasil pemeriksaan akan dikirimkan ahli radiologi ke dokter yang menangani pasien dan dokter akan berdiskusi hasil dari HSG dengan pasien.
Histerosalpingografi merupakan tindakan medis yang relatif aman. Tetapi seperti semua prosedur, histerosalpingografi juga memiliki risiko, seperti alergi pada zat kontras, cedera rahim, dan infeksi panggul.[6]
Selain itu, efek samping yang normal dari prosedur ini adalah pasien mengalami pusing dan mual.
Pasien diwajibkan untuk pergi ke dokter apabila setelah melakukan histerosalpingografi, terjadi gejala infeksi, demam, keputihan berbau busuk, pingsan, dan pendarahan vagina yang berat.[1]
Hasil dari pemeriksaan histerosalpingografi dibagi menjadi dua, yaitu:[7]
Apabila pasien mengalami penyumbatan di tuba falopi maka diperlukan tindakan lebih lanjut, yaitu menjalani prosedur laparoskopi atau melakukan program bayi tabung agar pasien dapat hamil.[6]
Histerosalpingografi secara umum memiliki tingkat keberhasilan sebanyak 47%. Pada sebuah penelitian, menyatakan wanita yang menjalani histerosalpingografi, akan mengalami fertilisasi dalam 3-6 bulan setelah prosedur.[8]
1. Janelle Martel, Jan, and Jennifer Digmann. 2015. Healthline. Hysterosalpingography.
2. Liji Thomas MD and Tomislav Mestrovic MD, Ph.D. 2019. News Medical. What is Hysterosalpingography?
3. Anonim. 2017. Health Harvard Edu. Hysterosalpingogram.
4. J. Mari Beth Linder, PhD, RN, BC. 2019. Journal of Radiology Nursing. Hysterosalpingography in an Infertile Woman: Case Study and Clinical Considerations.
5. Traci C. Johnson MD. 2018. WebMD. What Tests Check for Blocked Fallopian Tubes?.
6. Anonim. 2018. Univeristas California of San Fransisco's Health. Hysterosalpingography.
7. Rachel Gurevich and Anita Sadaty MD. 2019. Very Well Family. What to Expect During an HSG Exam.
8. Mehboob Hussain, Saleh Al Damegh, and Amin Tabish. 2007. International Journal of Health Sciences. Therapeutic Efficacy of Hysterosalpingography with Special Reference to Application of Hydrostatic Pressure During the Procedure.