Tinjauan Medis : dr. Christine Verina
Covid-19 adalah penyakit akibat infeksi virus SARS-Cov-2 yang pertama kali muncul di Cina pada akhir tahun 2019. Terdapat beberapa kategori gejala, yaitu pasien tanpa gejala, pasien dengan gejala pneumonia
Bagi orang awam kebanyakan, Covid-19 menjadi wabah yang menakutkan karena angka kematian yang ditimbulkannya cukup besar. Bahkan, di Indonesia sendiri, angkanya melejit dan mengkhawatirkan.
Penyebab Kematian Pada Pasien Covid-19
Covid-19 adalah penyakit pernafasan yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang pertama kali muncul di Cina pada akhir 2019.
Infeksi Covid-19 berbeda manifestasinya pada tiap pasien. Mulai dari carrier atau pembawa virus tanpa gejala, acute respiratory distress syndrome (ARD), hingga pneumonia atau radang paru-paru dengan tingkat keparahan yang berlainan. [1]
Secara umum, pasien positif terinfeksi Covid-19 dibagi dalam tiga kelompok:
Kasus pasien tanpa gejala didiagnosa berdasarkan hasil positif dari tes viral nucleic acid ,namun tanpa gejala Covid-19 apapun, seperti demam, gangguan pencernaan, atau gejala gangguan pernafasan, dan tanpa kelainan yang signifikan pada hasil X-ray dada. [1]
Namun, penularan Covid-19 oleh carrier tanpa gejala, melalui kontak antarmanusia sudah banyak terjadi dan muncul dalam berbagai laporan.
Kedua, pasien yang mengalami ARD, yaitu gangguan pada paru-paru akibat cairan yang berkumpul di kantung-kantung udara. Golongan ini dinyatakan positif setelah melewati pemeriksaan laboratorium dan menunjukkan gejala gangguan pernafasan.
Namun, pada kelompok kedua ini hasil CT scan tidak menunjukkan tanda-tanda pneumonia. [1]
Yang ketiga, pasien dengan pneumonia yang dinyatakan terjadi akibat infeksi Covid-19. Kelompok ini menunjukkan gejala gangguan pernafasan maupun radang paru-paru pada pemeriksaan X-ray.
Kategori ini juga termasuk mereka dengan pneumonia parah dan dalam kondisi kritis, ditandai dengan kegagalan pernafasan sehingga membutuhkan bantuan mesin ventilator, mengalami shock, atau kegagalan organ lainnya yang memerlukan pertolongan ICU (Intensive Care Unit). [1]
Kelompok ketiga inilah yang paling banyak angka kematiannya. Penelitian menunjukkan bahwa pasien yang tidak bertahan hidup adalah yang mengalami kegagalan pernapasan, sepsis atau komplikasi peradangan ke seluruh organ tubuh, dan infeksi sekunder. [3]
Kelompok Yang Berisiko Tinggi Meninggal
Covid-19 adalah jenis penyakit baru yang masih terus dipelajari oleh para ahli. Namun, dari perbandingan catatan klinis, data pengobatan, hasil pemeriksaan laboratorium, dan data demografis pasien yang sembuh dan meninggal, para peneliti menemukan bahwa: [1,3]
Berdasarkan informasi yang ada saat ini, bisa disimpulkan bahwa orang lanjut usia (lansia) dan orang dari berbagai tingkat usia yang memiliki penyakit serius termasuk ke dalam kelompok yang berisiko tinggi kondisinya menjadi parah bila terinfeksi Covid-19. [2]
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memasukkan orang-orang berikut ke dalam kelompok risiko tinggi:
Ibu hamil harus lebih berhati-hati, meskipun tidak termasuk ke dalam kelompok berisiko tinggi, karena bila terinfeksi, kondisi kesehatannya bisa menurun dengan cepat. [2]
Angka Kematian Akibat Covid-19
Website WHO membuat laporan harian yang bisa diakses oleh publik untuk melihat secara detail perkembangan kondisi pandemi Covid-19 di seluruh dunia, serta tindakan apa saja yang sudah dan harus dilakukan untuk mencegah semakin meluasnya penyebaran penyakit ini.
Hingga ditulisnya artikel ini, angka pasien yang positif terinfeksi secara global adalah 509,164 dengan angka kematian 23,335. Secara persentase, angka kematian global adalah 4.51%. [5]
Di Indonesia, angka kematian akibat Covid-19 cukup memprihatinkan. Hingga 28 Maret 2020, total jumlah pasien yang positif terinfeksi adalah 1,046 dengan angka kematian 87. Secara persentase, mencapai 8,31% dengan jumlah terbanyak di DKI Jakarta.[6]
Tingkat Kesembuhan Pasien Covid-19
Penting untuk dipahami bahwa angka kematian tidak bergerak konstan, namun berubah bersamaan dengan banyak faktor.
Kemungkinan seseorang meninggal akibat suatu penyakit tidak hanya bergantung pada penyakit itu sendiri, namun juga bagaimana pasien dirawat dan juga kemampuan tubuh pasien untuk melawan penyakit tersebut hingga akhirnya sembuh. [4]
Hingga 28 Maret 2020, di Indonesia, persentase kesembuhan adalah 4,398% dari 1,046 pasien yang positif terinfeksi . [6]
Ini artinya angka kematian dan kesembuhan pasien Covid-19 bisa bergerak naik dan turun seiring waktu, dipengaruhi oleh perubahan respon lingkungan, dan bisa berbeda berdasarkan lokasi dan karakter populasi yang terinfeksi, seperti usia atau jenis kelamin. [4]
Populasi yang dominan diisi oleh orang lanjut usia bisa diperkirakan akan mengalami angka kematian yang lebih tinggi akibat Covid-19 dibandingkan populasi yang dominan diisi oleh usia yang lebih muda.
1) Chih-ChengLai, Yen HungLiu, Ya-HuiWang, Shun-ChungHsueh. 2020. Science Direct, Journal of Microbiology, Immunology and Infection. Asymptomatic carrier state, acute respiratory disease, and pneumonia due to severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2): Facts and myths
2) Division of Viral Diseases. 2020. Centers for Disease Control and Prevention. Covid-19, People who are at higher risk for severe illness
3) Mary Van Bausekom. 2020. Center for Infectious Disease Research and Policy. Old age, sepsis tied to poor COVID-19 outcomes, death
4) Max Roser, Hannah Ritchie, Esteban Ortiz-Ospina. 2020. Our World in Data. Coronavirus Disease (COVID-19) – Statistics and Research
5) World Health Organization. 2020. Coronavirus disease (COVID-2019) situation reports
6) Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2020. Covid19 go id. Situasi Virus Corona