Operasi Mohs adalah salah satu jenis tindakan bedah yang bertujuan mengobati kanker kulit dengan mengangkat jaringan kulit yang terserang kanker [1,2,3,4,5].
Melalui teknik bedah ini, dokter akan mengangkat secara bertahap lapisan tipis kulit yang terkena kanker dan setelahnya pun akan tetap dokter pantau hingga sisa-sisa sel kanker benar-benar hilang [1,2,3,4,5].
Operasi Mohs tergolong aman sebab walaupun dokter melalui teknik ini mencoba mengambil sebanyak mungkin sel kanker dari kulit pasien, risiko kerusakan jaringan kulit sehat di dekatnya sangat rendah [1,2,3,4,5].
Manfaat Operasi Mohs
Prosedur bedah Mohs bermanfaat dalam mengatasi kanker kulit, terutama karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa [1,2,3,4,5].
Keduanya dikenal sebagai jenia kanker kulit yang paling banyak dijumpai [1,2,3,4,5].
Berikut ini adalah kriteria kanker kulit yang biasanya efektif diatasi dengan menempuh operasi Mohs [1,2,3,5] :
Kanker kulit yang sudah terdapat jaringan parut di sekitarnya.
Kanker kulit yang tidak dapat diatasi atau disembuhkan dengan metode pengobatan lain.
Kanker kulit yang sudah diobati atau bahkan dioperasi namun kembali muncul.
Kanker kulit dengan ukuran 2 cm atau lebih lebar.
Kanker kulit dengan perkembangan yang sangat cepat atau bersifat agresif.
Kanker kulit dengan tepian yang tidak dapat dijelaskan.
Kanker kulit yang tumbuh dekat di area vital maupun di area tubuh yang terlalu kelihatan, seperti area kelamin, jari, kulit kepala, kelopak mata, dahi, bibir, telinga, atau hidung.
Persiapan Operasi Mohs
Penderita kanker kulit yang berencana menempuh operasi Mohs perlu mencari seorang dokter yang terpercaya [1,2,3].
Walau banyak dokter spesialis kulit yang mampu melakukan operasi Mohs, alangkah lebih baik jika pasien mencari dokter spesialis kulit yang telah menjalani pelatihan khusus operasi Mohs [1,2,3].
Dalam prakteknya, dokter kulit yang sudah melalui pelatihan khusus operasi Mohs lebih terpercaya dan mahir [1,2,3].
Oleh karena itu sebagai langkah awal dan bagian dari persiapan, pasien perlu menanyakan kepada dokter kulit yang ditemui mengenai kualifikasinya dan pengalaman dalam penerapan prosedur operasi Mohs [1,2,3].
Jika sudah menemukan dokter kulit dengan kemampuan bedah Mohs yang terpercaya, berikut ini adalah beberapa langkah persiapan sebelum menjalani operasi [1,2,3] :
Pasien perlu berkonsultasi dengan dokter mengenai operasi Mohs, mulai dari seperti apa prosedur bedah ini, manfaatnya, tingkat keberhasilan, risiko komplikasi, dan lama pemulihan.
Pasien perlu menginformasikan kepada dokter mengenai riwayat medis dan riwayat pengobatan. Pasien juga dapat memberi tahu pola hidup selama ini.
Pasien sebaiknya meluangkan waktu dengan mengosongkan jadwal agar bisa menempuh operasi Mohs. Rata-rata prosedur operasi ini memakan waktu sekitar 4 jam atau bahkan kurang dari itu, namun para dokter bedah kemungkinan menganjurkan pasien untuk benar-benar memiliki waktu kosong demi menempuh operasi ini sebab lama tidaknya prosedur tergantung tingkat keparahan kanker kulit pasien.
Pasien harus berhenti menggunakan obat yang sedang dikonsumsi selama beberapa hari sebelum menjalani operasi Mohs. Tanyakan kepada dokter untuk lebih detailnya mengenai berapa hari pasien tidak mengonsumsi obat tersebut.
Pasien pada hari-H operasi Mohs sebaiknya mengenakan pakaian yang nyaman.
Pasien dapat bertanya kepada dokter apakah perlu berpuasa makan dan minum sebelum menjalani operasi Mohs serta berapa jam lamanya puasa tersebut apabila memang dianjurkan dokter.
Prosedur Operasi Mohs
Prosedur operasi Mohs dilakukan dokter bedah dengan cara mengangkat lapisan demi lapisan kulit yang didiagnosa kanker [1,2,3,4].
Kulit yang menjadi lokasi tumbuhnya sel kanker akan dokter angkat dengan beberapa langkah sebagai berikut [1,2,3,4].
Dokter lebih dulu akan memberikan anestesi atau obat bius lokal ke pasien dengan cara menyuntikkannya.
Anestesi lokal akan membantu pasien merasa kebas pada area kulit yang hendak dioperasi saja sehingga tidak akan merasa sakit. Setelah itu, dokter baru mulai mengangkat area kulit pasien yang terlihat terserang kanker menggunakan pisau bedah.
Dokter akan mengambil lapisan tipis dari jaringan kulit tempat tumbuhnya kanker agar bagian kulit yang normal dan sehat tetap dapat terjaga.
Dokter kemudian memasang perban di bagian sayatan luka operasi dan jaringan kulit dengan sel kanker yang sudah dokter ambil kemudian dibawa ke laboratorium. Dokter perlu menganalisa jaringan kulit tersebut dan prosesnya tidak sebentar.
Dokter bedah biasanya memeriksa jaringan tersebut menggunakan mikroskop di mana sebelumnya akan memotong-motong lebih dulu sampel jaringan tersebut.
Dokter bedah kemudian perlu membuat peta dari potongan-potongan sampel jaringan tadi untuk mengidentifikasi area kanker agar bisa memutuskan area kulit pasien sebelah mana yang bisa dikerjakan untuk membedahnya.
Jika setelah pengangkatan lapisan tipis jaringan kulit sebelumnya rupanya masih dijumpai sel kanker, dokter bedah akan melanjutkan prosedur operasi Mohs. Dokter masih harus mengangkat lapisan jaringan tambahan selanjutnya dan menghilangkannya namun tetap akan menjaga agar jaringan kulit yang masih sehat tetap terjaga dengan utuh dan baik.
Dokter sekali lagi akan memeriksa jaringan tersebut di laboratorium sehingga pasien perlu menunggu lagi hasil analisa dokter.
Proses pengambilan jaringan kulit beberapa kali akan diulang tergantung dari kondisi kanker kulit pasien. Sampai jaringan terakhir sudah dipastikan dokter bebas kanker, maka proses operasi Mohs sudah selesai.
Seberapa tinggi tingkat keberhasilan operasi Mohs?
Untuk jenis kanker kulit karsinoma sel basal dan skuamosa, operasi mikrografik Mohs memiliki tingkat keberhasilan paling tinggi dengan tingkat penyembuhan yang juga efektif [1,2,3,5].
Untuk kondisi kanker kulit baru, pengobatan dengan metode operasi ini memiliki peluang kesembuhan sebesar 99% [1,2,3].
Sementara untuk kasus kanker kulit yang tumbuh kembali atau kambuh, tindakan operasi ini memiliki tingkat keberhasilan sebesar 95% [1,2,3].
Perawatan Pasca Operasi Mohs
Usai menempuh operasi Mohs, pasien biasanya bisa segera mengetahui hasilnya dan hal ini termasuk keuntungan menjalani prosedur bedah Mohs [2].
Walau setelahnya pasien bisa mengetahui hasil operasi, dokter akan tetap menyarankan pasien datang kembali di lain waktu [2].
Tujuan kunjungan kembali adalah untuk pasien bisa berkonsultasi terkait perawatan setelah operasi Mohs sehingga masa pemulihan berjalan lancar dan maksimal [2,3].
Selain itu, dokter dapat memantau kondisi perkembangan kesehatan pasien pasca operasi Mohs dan memastikan luka operasi sembuh dengan baik [2,3].
Tidak hanya itu, walau hasil operasi baik, dokter tetap akan meminta pasien datang setahun 1-2 kali untuk memeriksakan kondisi kulit [2,3].
Hal ini sangat penting agar dokter mengetahui apakah terdapat kemungkinan kanker kambuh lagi; jika ya, dokter bisa segera memberikan penanganan secepatnya [2,3].
Risiko Operasi Mohs
Seperti jenis operasi lainnya, walau tingkat keberhasilan sangat tinggi, tetap terdapat beberapa risiko komplikasi yang memungkinkan terjadi [1,2,6].
Berikut ini adalah beberapa risiko operasi Mohs yang perlu diketahui dan dipertimbangkan oleh pasien sekalipun sangat jarang terjadi [2,6].
Infeksi
Rasa nyeri pada area bekas luka operasi.
Perdarahan dari luka operasi.
Terbentuk bekas luka pada area kulit yang dioperasi.
Luka terbentuk setelah proses operasi pengangkatan kanker kulit di mana luka ini berukuran lebih besar dari yang diperkirakan; kondisi ini disebut juga dengan istilah keloid.
Cacat pada kulit apabila jenis kanker kulit yang diangkat tumbuh pada area kelamin, jari tangan/kaki, mata, kulit kepala, kelopak mata, bibir, telinga, atau hidung.
Tumor yang sudah diangkat dengan operasi ini berpotensi tumbuh kembali, terutama jika tumor yang diatasi sebelumnya sudah berukuran cukup besar.
Kehilangan fungsi saraf (kulit menjadi kebas atau mati rasa), terutama jika tumor menyerang saraf pasien. Fungsi saraf yang hilang ini bisa bersifat sementara saja atau bahkan permanen.
Pemulihan luka yang buruk; hal ini berkaitan dengan kondisi penyakit yang sebelumnya sudah pasien derita. Atau, pemulihan luka berjalan kurang baik karena metode penyembuhan yang kurang tepat atau gagal.
Kelemahan otot pada area kulit yang terkena kanker dan diatasi dengan operasi Mohs. Jika ukuran tumor sudah cukp besar dan saraf otot terpengaruh, maka kelemahan otot bisa terjadi baik bersifat sementara atau justru permanen.
Timbul rasa gatal pada area kulit yang terpengaruh.
Apakah pasien membutuhkan rekonstruksi kulit setelah operasi Mohs?
Kemungkinan ya dan kemungkinan juga tidak; rekonstruksi kulit sebagai akibat luka bekas operasi yang cukup mengganggu perlu dikonsultasikan dengan dokter lebih dulu [2].
Pasien sebaiknya tidak memutuskan langsung untuk menempuh prosedur rekonstruksi kulit atau tidak [2].
Jika dirasa perlu, dokter bedah akan bicara sendiri dengan pasien mengenai cara mengatasi luka yang membekas dan apakah pasien membutuhkan rekonstruksi kulit [2].
Beberapa opsi yang dokter biasanya berikan kepada pasien usai operasi Mohs adalah [2] :
Menutup luka dengan cara menjahitnya.
Membiarkan luka sembuh dengan sendirinya.
Menggunakan teknik graft atau flap untuk menutup luka (teknik ini dilakukan dengan mengambil jaringan kulit dari kulit bagian tubuh yang dekat dengan luka tersebut)
Mengombinasikan ketiga cara penanganan luka di atas.
Merekomendasikan tindakan operasi lain, seperti bedah plastik yang bertujuan mengatasi luka pasien.
Sebelum memutuskan menjalani operasi Mohs, pastikan berkonsultasi secara detail dengan dokter agar meminimalisir kesalahan hingga risiko komplikasinya.
1. Kyle A. Prickett & Michael L. Ramsey. Mohs Micrographic Surgery. National Center for Biotechnology Information; 2022.
2. Cleveland Clinic medical professional. Mohs Surgery. Cleveland Clinic; 2018.
3. Skin Cancer Foundation. Mohs Surgery. Skin Cancer Foundation; 2022.
4. American College of Mohs Surgery (ACMS). What is Mohs Surgery?. American College of Mohs Surgery (ACMS); 2022.
5. American Academy of Dermatology Association. What Is Mohs Surgery?. American Academy of Dermatology Association; 2021.
6. Dr. Adam Mamelak. 8 Possible Risks of Mohs Surgery. The Austin Mohs Surgery Center; 2022.