Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Operasi rahang adalah pembedahan yang ditujukan untuk memperbaiki bentuk yang tidak sempurna dari tulang rahang dan gigi sehingga dapat berfungsi dengan baik. Operasi rahang dapat membantu fungsi menggigit
Daftar isi
Operasi rahang atau bedah ortognatik merupakan tindakan medis yang digunakan untuk memperbaiki kelainan rahang dan gigi. Misalnya, untuk mengatasi gigitan yang tidak sejajar karena pertumbuhan rahang yang tidak normal atau memperbaiki cedera.[1]
Dokter akan merekomendasikan pasien untuk melakukan operasi rahang apabila pasien memiliki masalah rahang yang tidak dapat diatasi hanya dengan perawatan ortodontik. Ortodontik adalah bidang kedokteran gigi khusus yang mempelajari mengenai posisi rahang dan gigi.[1]
Pada operasi rahang, Ortodontis dan dokter spesialis bedah mulut akan bekerja sama untuk menentukan perawatan yang sesuai dengan kondisi pasien.[1]
Operasi rahang dapat membantu pasien dalam:[2]
Waktu optimal untuk operasi rahang adalah setelah rahang berhenti tumbuh, biasanya sekitar usia 14 hingga 16 tahun untuk wanita dan usia 17 hingga 21 tahun untuk pria.[1]
Berdasarkan prosedurnya, operasi rahang dibagi menjadi lima jenis, yaitu:[1]
1. Osteotomi Rahang Atas
Osteotomi rahang atas adalah operasi yang dilakukan pada rahang atas pasien. Kondisi yang memungkinkan pasien memerlukan osteotomi rahang atas adalah:
2. Osteomi Mandibula
Osteotomi mandibula merupakan operasi yang dilakukan pada rahang bawah (mandibula). Jenis prosedur ini paling sering dilakukan saat rahang bawah menonjol atau menyusut secara signifikan.
3. Osteotomi Bimaxillary
Osteotomi bimaxillary adalah operasi yang dilakukan pada rahang atas dan bawah. Jenis prosedur ini dilakukan ketika suatu kondisi memengaruhi kedua rahang.
4. Genioplasty
Genioplasty dapat memperbaiki dagu kecil (dagu defisiensi). Dagu kecil sering kali menyertai rahang bawah yang sangat mengecil.
5. Operasi Temporomandibular (TMJ)
Dokter mungkin akan merekomendasikan operasi TMJ jika perawatan lain tidak efektif dalam meredakan gejala TMJ pasien.
Dalam beberapa kasus, ortodontis telah memasang kawat gigi beberapa bulan sebelum operasi pasien. Tindakan ini membantu menyelaraskan gigi pasien sebagai persiapan untuk menjalani prosedur.[1]
Sebelum prosedur, pasien mungkin juga akan berkonsultasi dengan dokter selama beberapa kali untuk melakukan pengukuran atau rontgen mulut pasien. Tindakan ini membantu dokter menentukan prosedur yang sesuai dengan kebutuhan pasien.[1]
Saat melakukan konsultasi, pasien juga akan diminta untuk:[3]
Jenis prosedur operasi rahang dapat berbeda-beda, tergantung pada masalah yang dialami oleh pasien.[1]
Pada umumnya, saat menjalani prosedur pasien akan diberikan anestesi umum sehingga pasien akan tertidur dan tidak merasakan apapun selama operasi berlangsung.[1]
Selama operasi rahang, sebagian besar sayatan dibuat di dalam mulut sehingga tidak ada bekas luka yang terlihat di wajah. Untuk beberapa jenis operasi mungkin dokter akan membuat sayatan kecil di sudut rahang. Namun, bekas luka sayatan ini hampir tidak terlihat beberapa minggu setelah operasi.[1,4]
Saat operasi, posisi rahang pasien akan diubah dan ditahan di posisinya yang baru dengan sekrup dan pelat kecil.[4]
Sebagian besar operasi memakan waktu 2 hingga 5 jam, tetapi lamanya waktu tergantung pada jenis prosedur yang dilakukan.[1]
Mayoritas pasien akan tinggal di rumah sakit selama 1 sampai 4 hari setelah selesai menjalani prosedur operasi rahang.[1]
Setelah operasi, wajar jika pasien mengalami pembengkakan, kekakuan, dan ketidaknyamanan di wajah dan rahang. Efek ini akan hilang seiring waktu.[1]
Ketika pasien sudah diperbolehkan pulang, dokter akan memberikan instruksi mengenai:[2]
Waktu pemulihan bisa berlangsung antara 6 dan 12 minggu. Setelah beberapa minggu pemulihan, ortodontis akan terus menyelaraskan gigi pasien dengan menggunakan kawat gigi.[1]
Saat kawat gigi dicabut, ortodontis akan memasang penahan untuk membantu menjaga gigi pasien tetap sejajar.[1]
Seperti tindakan medis lainnya, operasi rahang juga memiliki risiko-risiko yang mungkin akan terjadi pasien. Risiko tersebut meliputi:[1,2]
Beberapa operasi mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain.[5]
Sebuah studi tahun 2019 menemukan bahwa pasien yang menjalani osteotomi bimaxillary memiliki risiko komplikasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang menjalani osteotomi rahang atas atau rahang bawah saja.[5]
1. Rooz Khosravi, DMD, PhD, MSD, Jill Seladi-Schulman, Ph.D. Types of Jaw Surgery and the Reasons for Each. Healthline; 2020.
2. Anonim. Jaw surgery. Mayoclinic; 2021.
3. Anonim. Orthognathic Surgery. Plasticsurgery; 2021.
4. Anonim. A guide for patients considering orthodontics and jaw surgery (Orthognathic Treatment). Qvs.nhs.uk; 2020.
5. Kantar, Rami S. MD, Cammarata, Michael J. BS, Rifkin, William J. BA, Alfonso, Allyson R. BS, BA, DeMitchell-Rodriguez, Evellyn M. BS, Noel, Daphney Y. BA, Greenfield, Jason A. BA, Levy-Lambert, Dina BS, Rodriguez, Eduardo D. MD, DDS. Bimaxillary Orthognathic Surgery Is Associated With an Increased Risk of Early Complications. Journal of Craniofacial Surgery; 2019.