Daftar isi
Oppositional defiant disorder atau ODD merupakan jenis gangguan perilaku yang terjadi pada masa kanak-kanak di mana kondisi ini tergolong umum [1,2].
Anak dengan kondisi ODD biasanya akan mudah tersinggung dan bahkan marah-marah [1,2].
Tidak sekadar tantrum biasa, anak dengan ODD cenderung suka membangkang dan bahkan mudah mendendam pada orang lain [1,2].
Belum diketahui secara jelas penyebab ODD, namun terdapat sejumlah faktor yang mampu meningkatkan risiko terjadinya ODD pada anak pra-remaja.
Berikut ini adalah beberapa faktor yang berkontribusi dalam berkembangnya ODD pada anak :
Bagaimana anak berperilaku suka membangkang, marah-marah, hingga mendendam kemungkinan besar merupakan faktor genetik [1,2].
Fungsi otak dan saraf yang mengalami kelainan neurobiologis secara alami sangat memungkinkan menimbulkan ODD [1,2].
Cara mendidik atau pola asuh orang tua terhadap anak yang kurang tepat bisa jadi salah satu faktor penyebab ODD [1,2].
Pengawasan terhada anak yang kurang ditambah dengan pengajaran disiplin yang tidak konsisten atau bahkan terlalu keras bisa menjadikan anak pemarah sejak dini [1,2].
Selain itu cara orang tua yang menganiaya anak atau bahkan mengabaikan dan cenderung menelantarkan anak pun mampu membuat anak mudah marah dan menjadi pendendam [1,2].
Tidak hanya peran orang tua, guru yang juga mendisiplinkan anak secara tidak konsisten atau keras secara berlebihan mampu memengaruhi tindakan atau perilaku anak [1,2].
Anak yang tinggal dengan orang tua yang mengalami gangguan kesehatan mental atau gangguan penggunaan zat memiliki risiko lebih tinggi menderita ODD [1,2].
Tidak hanya itu, bagi anak yang tinggal dengan anggota keluarga selain orang tua dan para orang dewasa tersebut memiliki riwayat gangguan mental tetap akan memengaruhi perkembangan ODD pada anak [1,2].
Gangguan kesehatan mental dan perilaku yang dimaksud meliputi penyalahgunaan obat terlarang/narkoba, gangguan bipolar, conduct disorder, dan/atau ADHD [1,2,3].
Cedera pada otak adalah faktor lain yang juga meningkatkan risiko fungsi otak terganggu, terutama pada bagian otak yang berperan memberi penilaian [4].
Selain itu, anak dapat lahir dan tumbuh dengan kondisi ODD akibat sang ibu saat hamil memiliki kebiasaan merokok [5].
Anak dengan kekurangan nutrisi juga lebih berisiko dalam mengembangkan kondisi ODD [6,7].
Ketidakharmonisan orang tua, kondisi sosial ekonomi yang kurang, faktor pelecehan, hingga lingkungan tempat tinggal yang negatif menjadi faktor lainnya yang juga membuat seorang anak memiliki kondisi ODD [8,9,10].
ODD cukup sulit teridentifikasi karena sekalipun anak menunjukkan emosi meledak-ledaknya, hal ini seringkali disalahartikan sebagai emosi biasa pada anak ketika sedang kesal atau ketika sedang memiliki keinginan kuat terhadap sesuatu [1,2].
Jika kemarahan biasa, maka hal ini dianggap wajar sebagai bagian dari perkembangan si anak [1,2].
Namun ODD berbeda, dan tanda-tanda ODD sebenarnya bisa mulai nampak pada tahun-tahun sebelum anak masuk sekolah (masa balita) [1,2].
Hanya saja, anak dengan tanda-tanda seperti itu di usia balita kerap dianggap tantrum biasa [1,2].
Saat dianggap wajar, kondisi ODD akan terus berkembang hingga akhirnya anak tumbuh sampai pada usia pra-remaja [1,2].
Perilaku yang awalnya dianggap biasa akan mulai menunjukkan dampak negatif yang signifikan terhadap orang-orang di sekitar sang anak, termasuk juga performa anak di sekolah [1,2].
Berikut ini merupakan beberapa gejala ODD yang dapat dikenali oleh para orang tua dengan anak yang masih balita maupun memasuki usia pra-remaja [1,2,11] :
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter/psikiater?
Apabila orang tua memerhatikan anak memiliki gejala perilaku dan sikap seperti yang telah disebutkan, jangan ragu untuk memeriksakannya ke dokter spesialis kejiwaan atau psikiater.
Berkonsultasi sejak dini akan membantu anak mendapatkan penanganan tepat sejak awal.
Para guru yang menjumpai murid dengan perilaku seperti di atas pun sebaiknya segera memberi tahu orang tua anak tersebut.
Bila orang tua maupun guru merasa kesulitan ketika mengarahkan anak dan mendidik mereka untuk berperilaku baik, sudah saatnya kondisi anak ditangani oleh ahlinya.
Semakin dini penanganan gejala ODD, risiko komplikasi dapat dihindari oleh anak saat ia tumbuh semakin dewasa.
Jika gejala yang anak tunjukkan tampak mencurigakan dan tidak biasa, orang tua dapat memastikannya dengan memeriksakan anak.
Dokter spesialis gangguan mental dan kejiwaan akan membantu para orang tua dalam melakukan evaluasi psikologis terhadap anak.
Untuk membedakan dari gangguan perilaku dan gangguan mental lainnya, berikut ini adalah kriteria ODD menurut DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) yang biasanya digunakan dokter dalam mendiagnosa anak [11].
Menurut tingkat keparahannya, ODD dibagi menjadi tiga jenis kondisi, yakni [2,11] :
Penanganan ODD pada anak membutuhkan kontribusi orang tua agar gejala ODD benar-benar dapat mereda dan anak berperilaku jauh lebih baik.
Perawatan untuk kasus ODD biasanya memerlukan waktu beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun, tergantung tingkat keparahan dan peran orang tua dalam pola asuh.
Penanganan untuk anak dengan ODD pada umumnya meliputi :
Terapis akan membantu orang tua untuk dapat berinteraksi dengan anak secara tepat dan lebih baik dari sebelumnya [1,2].
Terapis akan mengenakan alat penyuara yang dipasang di telinga untuk membimbing orang tua pasien mengenai apa saja yang perlu dilakukan dengan duduk di belakang cermin satu arah [1,2].
Orang tua dalam hal ini akan mempelajari teknik pola asuh yang baru dan lebih efektif dalam membangun hubungan lebih berkualitas dengan sang anak sehingga perilaku anak semakin positif [1,2].
Terapi individu dibutuhkan oleh anak dalam meningkatkan kemampuan mengendalikan amarah [1,2].
Selain itu, terapi individu bertujuan agar anak bisa lebih baik dan positif dalam mengekspresikan perasaannya [1,2].
Sementara itu, terapi keluarga adalah sebuah terapi untuk meningkatkan komunikasi antara orang tua dan anak sehingga hubungan keluarga terjalin lebih sehat [1,2].
Terapi perilaku kognitif perlu ditempuh oleh sang anak untuk mengubah pola pikir dan perilakunya [1,2].
Melalui terapi ini, anak diharapkan mampu mengendalikan diri lebih baik serta memperbaiki pola pikir serta tingkah laku menjadi lebih positif [1,2].
Kemampuan anak dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain (khususnya orang-orang yang lebih tua darinya) juga akan meningkat [1,2].
Terapis pun akan membantu pasien agar lebih baik dalam kemampuan memecahkan masalah [1,2].
Agar anak bisa berkomunikasi secara sehat dan baik dengan orang lain, terapi ini sangat diperlukan [1,2].
Terapis akan meningkatkan kemampuan pasien dalam berinteraksi sehingga bisa bergaul seperti anak-anak lain seusianya secara normal [1,2].
Bagaimana prognosis Oppositional Defiant Disorder (ODD)?
Prognosis anak penderita Oppositional Defiant Disorder (ODD) cukup buruk apabila tak segera memperoleh penanganan.
Risiko anak tumbuh menjadi pribadi yang memiliki gangguan akademis, bersosialisasi, dan kehidupan kerja sangat tinggi [1].
Tanpa adanya penanganan, risiko anak sering berkonflik dengan orang-orang yang lebih tua (termasuk guru dan orang tuanya sendiri) sangat besar [1].
Baik buruknya prognosis tidak hanya tergantung dari penanganan dokter spesialis kejiwaan, tapi juga tergantung dari peran orang tua dan orang dewasa di sekitar anak [1].
Prognosis akan jauh lebih baik apabila orang tua mengubah pola asuh menjadi lebih positif disertai dengan penanganan memadai terhadap penyakit penyerta bila ada [1].
Prognosis akan tergolong buruk bila orang tua tetap memiliki pola asuh buruk ditambah dengan kemampuan intelektual rendah [1].
Risiko komplikasi pada anak ODD ringan hingga sedang tergolong kecil [1].
Kondisi ODD ringan hingga sedang akan membaik seiring waktu dengan bantuan perawatan yang tepat [1].
Namun pada kondisi serius atau berat, conduct disorder adalah salah satu risiko komplikasi yang harus diwaspadai [1].
Conduct disorder sendiri adalah gangguan perilaku anak yang ditandai dengan tindakan merusak dan kekerasan [3].
Anak dengan conduct disorder akan merugikan diri sendiri dan orang lain karena tindakannya jauh lebih agresif serta di luar batas [3].
Belum ada cara pasti dalam mencegah ODD pada anak, namun orang tua yang mengasuh, mendidik, dan memerhatikan anak dengan baik otomatis mampu menurunkan risiko ODD.
Pola asuh positif mampu membantu anak berkembang dengan perilaku yang baik.
Sementara pada kasus anak yang sudah menunjukkan tanda-tanda ODD, penanganan secepatnya dapat meminimalisir risiko komplikasi.
1. Arpit Aggarwal & Raman Marwaha. Oppositional Defiant Disorder. National Center for Biotechnology Information; 2022.
2. Abhishek Ghosh, Anirban Ray, & Aniruddha Basu. Oppositional defiant disorder: current insight. Psychology Research and Behavior Management; 2017.
3. Leena Mohan; Musa Yilanli; & Sagarika Ray. Conduct Disorder. National Center for Biotechnology Information; 2021.
4. Daniel S Lowet, Florin Vaida 1, John R Hesselink, Harvey S Levin, Linda Ewing-Cobbs, Russell J Schachar, Sandra B Chapman, Erin D Bigler, Elisabeth A Wilde, Ann E Saunders, Tony T Yang, Olga Tymofiyeva & Jeffrey E Max. Novel Oppositional Defiant Disorder 12 Months After Traumatic Brain Injury in Children and Adolescents. The Journal of Neuropsychiatry and Clinical Neurosciences; 2022.
5. Yoko Nomura, PhD, MPH, David J. Marks, PhD, & Jeffrey M. Halperin, PhD. Prenatal Exposure to Maternal and Paternal Smoking on Attention Deficit Hyperactivity Disorders Symptoms and Diagnosis in Offspring. The Journal of Nervous and Mental Disease; 2011.
6. Bonnie J. Kaplan, Paula Hilbert, & Ekaterina Tsatsko. Micronutrient treatment for children with emotional and behavioral dysregulation: a case series. Journal of Medical Case Reports; 2015.
7. Glorisa Canino, Guilherme Polanczyk, Jose J. Bauermeister, Luis A. Rohde, & Paul J. Frick. Does the Prevalence of CD and ODD Vary across Cultures?. Social Psychiatry and Psychiatric Epidemiology. 2011.
8. J. M. Jenkins & M. A. Smith. Marital Disharmony and Children's Behaviour Problems: Aspects of a Poor Marriage that Affect Children Adversely. Journal of Child Psychology and Psychiatry; 1991.
9. Sally N. Merry M.B., CH.B., FRANZCP & Leah K. Andrews M.B., CH.B., FRANZCP. Psychiatric Status of Sexually Abused Children 12 Months after Disclosure of Abuse. Journal of the American Academy of Child & Adolescent Psychiatry; 1994.
10. Michael Ogundele. The Influence of Socio-Economic Status on the Prevalence of School-Age Childhood Behavioral Disorders in a Local District Clinic of North West England. Journal of Family Medicine and Health Care; 2016.
11. Substance Abuse and Mental Health Services Administration. DSM-5 Changes: Implications for Child Serious Emotional Disturbance: DSM-IV to DSM-5 Oppositional Defiant Disorder Comparison. Substance Abuse and Mental Health Services Administration; 2016.