Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium. Dimana, parasit tersebut ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi [1,2].
Gigitan nyamuk Anopheles pada manusia akan menularkan beberapa parasit melalui aliran darah. Hal ini tentunya diakibatkan ada lima jenis parasit tersebut ke dalam aliran darah manusia [1,2].
Dari lima jenis parasit tersebut, terdapat Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax yang sering ditemukan pada malaria. Pada umumnya seringkali terjadi di negara-negara tropis dan subtropis [1,2].
Penyakit malaria tidak hanya menyerang pada orang dewasa, wanita hamil dan janinnya, orang tua, hingga pelancong, melainkan sekarang lebih banyak pada anak-anak. Hal ini dikarenakan darah pada anak-anak masih sangat rentan untuk terkena penyakit [1,2].
Gejala penyakit malaria pada anak-anak hampir mirip seperti flu biasa.
Daftar isi
Demam merupakan suatu kondisi tubuh yang merespon untuk melawan infeksi, dimana hal ini disebabkan oleh virus ataupun bakteri. Demam di samping itu dijadikan sebagai gejela umum dari malaria [2,3].
Gejala demam biasanya dirasakan oleh orang dewasa pada suhu sekitar 38 hingga 40 derajat celcius. Akan tetapi hal tersebut tidak untuk anak-anak, suhu demam yang terjadi hingga 40 derajat Celsius yang terjadi terus-menerus sepanjang hari [2,3].
Selain demam, pada anak-anak juga mengalami gejala seperti mual dan biasanya disertai dengan muntah. Biasanya hal ini disebabkan karena fungsi dari organ hati yang tidak bekerja dengan normal [2,3].
Maka dari itu hal inilah yang dapat mengganggu metabolisme tubuh. Gejala mual dan muntah juga dapat akan membuat nafsu makan Anda menurun [2,3].
Biasanya gejala diare disebabkan oleh terjadinya bakteri dan virus yang menyerang tubuh akibat keracunan makanan. Akan tetapi hal ini juga dapat terjadi yang disebabkan oleh masalah kesehatan salah satunya seperti malaria [2,3].
Diare merupakan penyakit yang menyerang tubuh pada organ saluran pencernaan, sehingga menyebabkan kondisi tinja yang dikeluarkan menjadi encer dan sering untuk buang air besar. Gejala diare yang disebabkan oleh penyakit malaria akan mengeluarkan tinja disertai dengan darah.
Sebagai ibu apabila melihat anaknya atau si kecil mengalami penyakit malaria pasti akan merasa cemas dan khawatir. Akan tetapi hal tersebut jangan berlebihan, sehingga sebagai ibu harus mengetahui langkah-langkah penanganan terhadap anak apabila mengalami gejala malaria [1,2].
Berikut penanganan bagi anak ketika mengalami malaria :
Ketika si anak mengalami penyakit malaria, tentunya tubuh akan bekerja lebih keras untuk melawan infeksi. Hal tersebut juga memerlukan asupan energi seperti mengonsumsi makanan yang sehat [5].
Makanan yang sehat akan membantu metabolisme tubuh untuk melawan infeksi dikarenakan terdapat kandungan gizi yang berperan penting. Kandungan gizi yang diperlukan oleh tubuh salah satunya seperti karbohidrat, protein, kalsium, berbagai macam vitamin yang lainnya juga [5].
Oleh karena itu berilah si kecil makanan sehat agar metabolisme tubuhnya menjadi lebih kuat dan berenergi [5].
Selain mengonsumsi makanan sehat, anak yang terkena penyakit malaria harus tetap beristirahat yang cukup dan mengurangi kegiatannya. Hal ini bertujuan untuk menjaga kondisi tubuh [5].
Penyakit malaria biasanya dapat menyebabkan tubuh lebih merasa kelelahan yang parah. Hal ini dikarenakan semua energi tubuh difokuskan untuk melawan infeksi yang terjadi di dalam tubuh [5].
Penanganan dengan tes darah merupakan cara yang cukup valid untuk mengetahui si kecil mengalami penyakit malaria atau tidak. Tes darah dapat menjadi pilihan terakhir untuk menangani penyakit malaria pada anak apabila tidak membaik [5].
Tes darah dapat menjadi tindakan yang tepat, dikarenakan dapat mengetahui berbagai macam indikator berbahaya pada anak yang sedang terjangkit penyakit malaria [5].
Anak mengalami penyakit malaria biasanya bisa jadi lingkungan sekitar tempat tinggal yang kurang nyaman atau tidak bersih dan sehat. Kondisi tersebut nyamuk atau parasit menjadikan tempat tinggalnya untuk bertahan hidup [5].
Nyamuk lebih suka tempat tinggal yang kotor dan lembab. Oleh karena itu jika berada di suatu tempat tinggal maka selalu bersihkan lingkungan tersebut agar tetap bersih, nyaman dan tidak lembab, sehingga nyamuk tidak mudah untuk bertahan hidup dan terhindar dari penyakit malaria [5].
Memberi pertolongan pada seseorang memang perlu dilakukan supaya orang tersebut dapat lebih baik. Akan tetapi hal tersebut ada beberapa yang perlu diperhatikan saat memberi pertolongan, agar tidak terjadi kesalahan.
Berikut beberapa hal yang tidak boleh dilakukan untuk pemberian pertolongan pada seseorang :
Penanganan yang salah pada seseorang akan mengakibatkan ketidaknyaman. Hal ini biasanya kurang adanya pengetahuan tentang penyakit dari si penderita [4].
Oleh karena itu setiap akan memberikan pertolongan pada seseorang harus mengerti terlebih dahulu kondisinya. Setelah mengetahuinya maka berilah penanganan yang sesuai dengan kondisi tersebut [4].
Lalu bawahlah ke ahli medis untuk penanganan lebih lanjut [4].
Memindahkan orang akibat luka parah biasanya sering dilakukan. Akan tetapi hal ini tentunya ternyata dapat membahayakan kondisi si pasien [4].
Kondisi pasien yang dipindahkan ke tempat lain harus diketahui terlebih dahulu penyakit yang di deritanya. Hal ini dikhawatirkan mengganggu kesehatannya yang kurang stabil [4].
Oleh karena itu sebaiknya anda segera hubungi rumah sakit atau ahli medis untuk memberikan pertolongan di tempat atau bisa juga membawa pasien ke pusat layanan medis [4].
1. Renu Tuteja. Malaria - An overview. 274(18):4670-9. FEBS Journal. 2007.
2. Noppadon Tangpukdee., Chatnapa Duangdee., Polrat Wilairatana., and Srivicha Krudsood. Malaria Diagnosis: A Brief Review. Vol. 47, No. 2: 93-102. Korean J Parasitol. 2009.
3. Natasha M. Kafai., Audrey R., and Odom John. Malaria in Children. 32: 189–200. Infect Dis Clin N Am. 2018.
4. Principles of Instruction: Research-Based Strategies That All Teachers Should Know. American educator. 2012.
5. Eva Ohlin. Children as Health Change Agents in the Fight Against Malaria – A case study in Babati town, Tanzania. 2012.