Kanker merupakan nama yang diberikan dalam sekumpulan penyakit terkait. Kanker akan membuat sel ditubuh akan mulai untuk membelah tanpa henti bahkan akan menyebar ke jaringan disekitarnya[1].
Penyakit ini terdapat hampir dimana saja pada bagian tubuh, dan terdiri dari sel yang sangat banyak jumlahnya. Sel pada tubuh akan tumbuh dan membelah agar dapat membentuk sel baru sesuai dengan yang dibutuhkan ole tubuh. Sel-sel baru akan menggantikan sel yang sudah tua, rusak juga yang sudah mati[1].
Daftar isi
Penghambat PARP juga disebut dengan penghambat polimerase poli (ADP-ribosa). Penghambat PARP merupakan terapi target yang digunakan dalam pengobatan kanker[2].
Penghambat PARP akan membantu sel kanker untuk mempernaiki diri jga untuk bertahan hidup dalam perannya sebagai protein untuk pertumbuhan sel, regulasi da perbaikan sel[2].
Penghambat PARP akan mengurangi pertumbuhan tumor dengan menghentikan perbaikan sel kanker yang akan membuat sel mati[2].
Penghambat PARP digunakan dalam pengobatan kanker yang pada gen DNA-nya terjadi kesalahan[2].
Tedapat beberapa penyakit yang dapat diatasi dengan penghambat PARP, meliputi[2]:
Penyakit yang dapat membuat sel-sel pada payudara tumbuh diluar kendali disebut dengan kanker payudara. Jenis kanker ini akan bergantung pada sel yang mana akan berubah menjadi kanker[3].
Kanker ovarium dimulai pada saluran tuba dan akan bergerak ke ovarium, yaitu organ yang menghasilkan seltelur dan sumber utama hormon pada wanita estrogen dan progesteron. Apabila penyakit ini ditemukan di awal, maka akan mendapatkan perawatan lebih efektif dengan hasil terbaik[4].
Kanker prostat dimulai di prostat, kenker ini merupakan kanker yang paling umum terjadi pada pria. Prostat merupakan bagian dari sistem reproduksi pada laki-laki, yang terdiri dari penis, prostat, vesikula seminalis, dan testis. Prostat berada di bawah kandung kemih dan didepan rektum[5].
Secara alami dapat terjadi kerusakan pada DNA dan mutasi sehingga akan dapat menyebabkan kanker. Sedikit saja terjadi kerusakan pada DNA maka tubuh akan mempunyai caranya sendiri dalam memperbaiki DNA agar sel dapat bertahan hidup. Jika kerusakan yang terjadi terlalu banyak maka sel akan dapat memicu kematian sendiri[2].
Dengan menggunakan gen penekan tumor (gen BRCA sebagai contohnya) dan protein yang disebut dengan PARP, tubuh akan memperbaiki DNA yang rusak. Gen penekan tumor dan PARP akan memperbaiki setiap kerusakan pada DNA. Apabila DNA tetap maka sel akan bertahan dan apabila DNA banyak serta mengalami kerusakan maka sel akan mati[2].
Rusaknya gen penekan tumor pada sel kanker, maka sel kanker akan hanya diperbaiki dengan PARP. Apabila kerusakan pada DNA hanya sedikit, perbaikan PARP akan menjadi tidak lengkap dan sel kanker akan mampu tumbuh serta membelah. Jika DNA tidak diperbaiki dengan PARP, sel kanker akan banyak merusak DNA-nya dan akan membuat kematiannya sendiri[2].
Penghambat PARP bekerja dengan membuat DNA menghentikan sel kanker yang diperbaiki oleh PARP, sehingga rusaknya DNA akan tetap berada pada tingkat kritis. Hal ini akan memicu sel dengan kematiannya sendiri, dan oleh karena itu menghambat pertumbuhan tumor[2].
Penghambat PARP tersedia dalam bentuk tablet dan kapsul. Jenis obat ini hanya bisa didapatkan dengan resep dokter. Contoh obat penghambat PARP dengan resep dokter termasuk[2]:
Niraparib merupakan obat bermolekul kecil yang digunakan untuk terapi pada pasien dengan karsinoma ovarium refrakter dan stadium lanjut. Terapi obat ini dikaitkan dengan membuat serum aminotransferase mengalami oeningkatan sementara yang rendah, tetapi belum dikaitkan dengan cedera hati secara klinis[8].
Olaparib digunakan untuk pengobatan pada pasien dengan kanker ovarium berulang dan mutasi BRCA, juga telah disetujui. Obat ini mampu memberikan manfaat secara klinins. Juga dengan menunjukan aktivitas yang menjanjikan pada pasien dengan kanker payudara atau prostat metastatik dan mutasi BRCA germline[9].
Penghambat PARP dapat menyebabkan beberapa efek samping yang tidak diinginkan. Beberapa efek samping umum dari penghambat PARP termasuk[6,7]:
Pada wanita hamil dilarang dalam menggunakan niraparib, karena obat ini dapat membahayakan bayi yang belum lahir. Obat ini juga dapat mempengaruhu kesuburan khususnya pada pria[6].
Bagi ibu yang menyusui juga dilarang memberikan ASI nya pada saat menggunakan niraparib. Tunggu setidaknya selama 1 bulan setelah penggunaan pada dosis terakhir[6].
Akan dapat menyebabkan pembekuan darah pada kaki atau pada paru-paru, jika digunakan olaparib digunakan bersamaan dengan obat gonadotropin-releasing hormone (GnRH)[7].
Jika mengalami nyeri pada dada, mengi, kesulitan untuk bernapas, atau batuk baru dan memburuk, segera hubungi dokter. Karena olaparib juga dapat menyebabkan masalah pada paru-paru serius[7].
1) Anonim. Cancer.gov. What Is Cancer?. 2015
2) Anonim. Drugs.com. PARP inhibitors. 2021
3) Anonim. cdc.gov. What Is Breast Cancer?. 2020
4) Anonim. WebMD.com. Slideshow: A Visual Guide to Ovarian Cancer. 2020
5) Anonim. cdc.gov. What Is Prostate Cancer?. 2020
6) Cerner Multum. Drugs.com. Niraparib. 2020
7) Cerner Multum. Drugs.com. Olaparib. 2020
8) Anonim. Pubchem.ncbi.nlm.nih.govNiraparib. 2021
9) Sylvia Bochum, Stephanie Berger, Uwe M Martens. Pubmed.ncbi.nlm.nih.gov. Olaparib. 2018