Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Terapi pengganti hormon adalah obat-obatan yang mengandung hormon wanita. Obat ini biasa diberikan untuk menggantikan estrogen yang tidak lagi diproduksi tubuh setelah seorang wanita memasuki menopause.... Terapi estrogen dapat membantu meredakan gejala menopause, seperti hot flush dan ketidaknyamanan pada vagina. Pemberian estrogen juga dapat meningkatkan risiko kondisi serius seperi penyakit jantung, stroke, gumpalan darah, dan kanker payudara. Anda dapat berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai manfaat dan risiko terapi estrogen. Read more
Amenore dan menopause merupakan salah satu permasalahan yang berhubungan dengan menstruasi. Amenore primer adalah menstruasi yang dimulai saat usia 16 tahun, yang biaanya dikarenakan kurangnya alat reproduksi, seperti rahim dan payudara serta tanda pubertas lainnya berkembang usia 14 tahun tidak berkembang[1].
Amenore sekunder yaitu berhentinya menstruasi yang teratur selama 3 bulan atau tidak teratur selama 6 bulan. Amenore sekunder ini adalah permasalahan medis yang sangat serius dan harus ditangani secepatnya[1].
Menopause adalah dimana seorang wanita tidak lagi menstruasi selama setahun penuh di umur lebih dari 40 tahun. Menopuase biasanya terjadi antara usia 47-53 tahun. Perimenopause merupakan tahap sebelum menopause dengan gejala dan tanda yang mirip dengan menopause. Perimenopause biasanya dimulai 4 tahun sebelum menopause[2].
Daftar isi
Fungsi Estrogen
Estrogen dapat digunakan untuk mengobati gejala amenore dan menopause. Estrogen juga digunakan untuk menekan laktasi dan pada pria digunakan untuk mengobati kanker prostat. Selain itu, estrogen juga dapat digunakan sebagai kontrasepsi yang di kombinasikan dengan progestin[3].
Estrogen adalah hormon alami pada wanita dan pria yang dibuat secara sintetis. Estrogen pada wanita merupakan hormon penting yang berfungsi membantu perkembangan seksual dan reproduksi. Estrogen yang diproduksioleh ovarium, kelenjar adrenalin, dan juga jaringan lemak[3].
Saat hamil, plasenta yang menghasilkan estrogen berfungsi membantu mempersiapkan payudara untuk dapat memproduksi ASI dan mempertahankan kehamilan. Estrogen memiliki peranan yang sangat penting dan fungsi seksual pria, yaitu modulasi libido, fungsi ereksi, dan spermatogenesis[3].
Pada pria, estrogen yang diproduksi oleh korteks adrenal yang ada pada jaringa lemak testis dengan jumlah keci. Testosteron juga dapat diubah menjadi estrogen oleh enzim aromatase. Produksi estrogen yang berlebih pada pria dapat menyebabkan feminisasi[3].
Berikut ini fungsi dan kegunaan dari estrogen[4]:
- Digunakan untuk pencegahan keguguran atau persalinan prematur pada ibu hamil yang rentan mengalami keguguran atau persalinan prematur.
- Digunakan untuk mengobati gejala menopause, defisiensi fungsi ovarium (termasuk keterbelakangan karakteristik seksual wanita dan beberapa jenis infertilitas)
- Digunakan dalam terapi penggantian estrogen untuk menopause dan hipoestrogenisme
- Digunakan dalam pengobatan berbagai keganasan
- Digunakan dalam pengobatan osteoporosis pascamenopause.
- Digunakan untuk mengobati gejala vasomotor atrofi vulva dan vagina saat menopause, hipoestrogenisme, pencegahan osteoporosis pascamenopause, pengobatan kanker payudara, dan karsinoma prostat bergantung androgen lanjut.
- Digunakan untuk mengobati vaginitis atrofi dan kraurosis vulva.
- Digunakan sebagai kontrasepsi.
- Digunakan dalam terapi penggantian hormon, mengobati gejala menopause seperti hot flashes.
- Digunakan untuk mengobati kanker payudara dan prostat.
- Telah digunakan sebagai agen antineoplastik hormonal.
- Digunakan untuk mengobati berbagai gejala pascamenopause, termasuk atrofi vagina dan dispareunia.
- Digunakan sebagai tes untuk mengetahui kesehatan umum janin yang belum lahir.
- Untuk pencegahan osteoporosis.
- Untuk mengobati gejala vasomotor dan hipoestrogenisme akibat hipogonadisme.
- Digunakan sebagai agen kontras dalam pencitraan PET lesi kanker payudara reseptor estrogen positif.
Penyakit yang Diatasi dengan estrogen
Berikut beberapa jenis penyakit yang bisa diatasi dengan estrogen [3]:
- Perdarahan Uterus Abnormal
- Uretritis Atrofi
- Vaginitis Atrofi
- Kanker payudara
- Kanker Payudara, Paliatif
- Dispareunia
- Hipoestrogenisme
- Ooforektomi
- Osteoporosis
- Gejala pascamenopause
- Pencegahan Osteoporosis
- Kegagalan Ovarium Primer
- Kanker prostat
Uretritis Atrofi adalah penyakit dengan menipisnya jaringan pada uretra vulva yang disebabkan karena menurunnya estrogen selama menopause. Hal inilah yang menyebabkan disuria kronis dan meningkatkan infeksi pada saluran kemih[11].
Atrophic vaginitis adalah adanya peradangan atau iritasi pada bagian vagina yang disebabkan karena adanya penipisan dan menyusutnya pada jaringan vagina dan menurunnya lubrikasi pada bagian dinding vagina karena kurangnya estrogen[12].
Dispareunia terjadinya rasa nyeri saat berhubungan seksual yang terasa tajam, panas, atau seperti kram menstruasi. Selain vagina, rasa sakit ini terasa pada pada kandung kemih, saluran lubang kencing, dan juga panggul[13]. Sedangkan Hipogonadisme adalah kondisi dimana ketika hormon seksual yang menghasilkan kelenjar seksual berada di bawah jumlah normal[14].
Oophorectomy merupakan prosedur pembedahan yang dilakukan untuk pengangkatan salah satu atau kedua indung telur. Oophorectomy dilakukan dengan pembedahan untuk pengangkatan saluran fallopuan[15].
Cara Kerja Estrogen
Estrogen diserap dengan sangat baik pada saluran pencernaan dengan konsentrasi plasma maksimum dari estrogen terkonjugasi setelah 7 jam. Estrogen yang tidak terkonjugasi harus dibersihkan dari sirkulasi pada tingkatan yang lebih cepat[5].
Distribusi fisiologis estrogen yang ada di dalam tubuh serupa dengan estrogen endogen sehingga pendistribusiannya sangat luas. Estrogen yang terkonjugasi ditemukan pada bagian organ dengan target hormon seks. Protein plasma dan yang terikat sekitar 50-80% dari dosis yang telah diberikan. Bersikulasi di dalam darah terutama yang terikat pada bagian globin sebagai pengikat hormon seks dan albumin[5].
Estrogen yang terkonjugasi dimetabolismekan dengan jalur yang berbeda, dimana satu jalur dimetabolismekan dari estrogen kemudian di dorong oleh aksi isoenzim sitokrom CYP3A4. Estrogen juga dapat diproses dengan keseimbangan yang dinamis dari interkonversi metabolik dan konjugasi sulfat[5].
Beberapa reaksi metabolik dari estrogen yang di dorong oleh 17beta-estradiol menjadi estron kemudian berubah menjadi estriol. Sebagian diberikan di dalam darah dalam bentuk konjugat sulfat yang berfungsi sebagai reservoir sirkulasi untuk membentuk estrogen baru[5].
Estrogen yang memasuki sirkulasi sistemik sebgai hormon bebas atau yang terikat dengan protein sebagai globulin pengikat hormon seks atau albumin. Estrogen yang tidak terikat dengan protein memiliki protein yang dapat berdifusi ke dalam sel dengan bebas tanpa regulasi[7].
Kompleks reseptor estrogen yang diaktifkan bekerja dengan melintasi bagian inti isel untuk menginduksi transkripsi DNA dengan mengikat urutan nukleotida yang dikenal sebagai elemen respons estrogen. Pada kadar hormon estrogen yang ada di dalam tubuh diatur oleh umpan balik negatif estrogen pada hipotalamus dan kelenjar pituitari, contohnya seperti siklus menstruasi[7].
Berikut ini cara kerja estrogen yang berhubungan dengan efek sistem tubuh :
- Payudara
Estrogen yang ada pada payudara bertanggungjawab untuk perkembangan pada jaringan kelenjar susu dan perubahan pada parenkim dan juga stroma yang ada pada jaringan payudara saat pubertas. Estrogen berfungsi untuk mengeluarkan ASI pada masa laktasi pascapartum.
- Rahim
Estrogen yang ada di dalam rahim membantu untuk memperbanyak sel endometrium dalam fase folikuler dari siklus menstruasi. Estrogen juga dapat menebalkan lapisan endometrium sebagai persiapan untuk kehamilan.
- Kontrasepsi
Ethinyl estradiol, bahan dari OCPs berfungsi untuk menekan pelepasan hipotalamus dari hormon pelepas gonadotropin. Selain itu, sebagai pelepasan hormon perangsang folikel dan hormon luteinizing untuk mencegah ovulasi selama siklus menstruasi.
- Vagina
Estrogen sebagai pendukung proliferasi sel mukosa epitel vagina dan vulva. Jika tidak adanya estrogen, epitel mukosa vagina dan vulva akan menipis sehingga akan muncul gejala kekeringan yang disebut dengan atrofi vulvovaginal.
- Tulang
Selama pubertas, estrogen dapat membantu berkembangnya tulang panjang dan fusi pelat tumbuhnya epifis. Estrogen berfungsi untuk melindungi tulang dengan menonaktifkan aktivitas osteoklas, mencegah osteoporosis pada wanita yang memiliki kekurangan estrogen dan pasca menopause.
- Kardiovaskular
Estrogen yang mempengaruhi lipid plasma dengan peningkatan kadar lipoprotein densitas tinggi (HDL) dan trigliserida yang dapat menurunkan lipoprotein densitas rendah (LDL), dan kolesterol plasma total. Estrogen ini dapat mengurangi resiko penyakit arteri koroner pada penggunaan awal pasca menopause.
Estrogen yang mudah diserap setelah pemberian oral dengan konsentrasi yang tinggi dan dicapai setelah absorpsi perkutan. Dsitribusi estrogen eksogen mirip dengan estrogen endogen yang didistribusikan sangat luas di dalam tubuh. Pada umumnya ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi pada organ tertuama hormon seks dengan paruh waktu kisaran 1-2 jam.
Contoh Obat Estrogen
Estrogen tersedia dalam bentuk tablet dan krim yang hanya bisa didapat hanya dari resep dokter. Berikut ini contoh obat estrogen [3]:
- Estrogen terkonjugasi
- Estropipate
- Estradiol
- Estrogen yang diesterifikasi
Estrogen esterifikasi adalah camuran atara estrogen buatan yang digunakan untuk mengatasi gejala menopause dan juga hot flashes, vagina kering, rasa terbakar pada vagina, iritasi pada vagina, da perubahan hormonal pada vagina. Estrogen ini juga digunakan sebagai pengganti estrogen khususnya pada wanita dengan gagalnya ovarium sebagai penyebab kurangnya estrogen alami yang ada di dalam tubuh.
Estradiol digunakan khusus untuk pengobatan gejala menopause seperti hot flashes, perubahan vagina, dan juga untuk mencegah osteoporosis pada masa menopause. Kegunaan estradiol liannya juga untuk pengobatan kadar estrogen yang rendah pada wanita dengan kegagal ovarium. Estradiol juga diindikasikan untuk pengobatan beberapa jenis kanker payudara dan juga kanker prostat.
Efek Samping Estrogen
Estrogen tanpa dibarengi dengan progestin dapat meningkatkan resiko kanker endmetrium, dan dapat mengakibatan pengingkatan resiko infark miokard, stroke, emboli paru, dan trombosis vena pada pasa menopause dan kanker payudara invsif usia 50-79 tahun[7].
Penggunaan estrogen dengan medroxyprogesterone oleh penelitian yang didirikan oleh Women’s Health Initiative dapat meningkatkan resiko demensia pasca menopause usia 65 tahun[7]. Berikut ini efek samping umum dari estrogen, diantaranya adalah[7,8,9,10]:
- Pembengkakan
- Rambut rontok
- Mati rasa, kesemutan, nyeri terbakar
- Sakit punggung , kram kaki, nyeri
- Kembung , gas, gangguan pencernaan , mual , muntah, sakit perut
- Pusing , sakit kepala
- Nyeri payudara
- Gatal atau keputihan pada vagina, perubahan periode menstruasi, perdarahan hebat .
- Sakit kepala
- Kembung , kram perut, mual, muntah
- Nyeri payudara
- Rambut kulit kepala menipis; atau
- Retensi cairan (pembengkakan, penambahan berat badan cepat).
- Mual, muntah, diare , kram perut
- Perubahan suasana hati, masalah tidur ( insomnia )
- Gejala dingin seperti hidung tersumbat, nyeri sinus, sakit tenggorokan
- Penambahan berat badan ;
- Sakit kepala, sakit punggung , pusing
- Nyeri payudara
- Penggelapan kulit atau ruam kulit;
- Rambut kulit kepala menipis
Estrogen sebagai terapi pengganti hormon pasca menopause memiliki manfaat yang menjanjikan dengan menurunya resiko osteoporosis, penyakit arteri koroner, dan kematian[7].
Tidak dianjurkan penggunaan salah satu estrogen yaitu estropipate jika perdarahan vagina, dan penyakit hati, operasi besar, serangan jantung, stroke, pembekuan darah, atau kanker payudara , rahim / leher rahim, atau vagina. Dan tidak dianjurkan untuk ibu hamil karena akan mengakibatkan kanker rahim[5].
Saat penggunaan estrogen yang terkonjugasi hindari merokok karena dapat meningkatkan resiko pembekuan darah, stroke, dan serangan jantung. Grapefruit daat berinteraksi dengan estrogen terkonjugasi dan bisa menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan[5].