Penyakit & Kelainan

7 Penyebab Sering Buang Air Kecil Sedikit Pada Anak

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Sering buang air kecil sedikit merupakan salah satu gangguan buang air kecil yang cukup sering dikeluhkan. Keadaan ini tentu membuat tidak nyaman hingga dapat mengganggu kegiatan sehari-hari. Secara umum, keadaan ini biasa disebut dengan anyang-anyangan atau dalam bahasa medis disebut dengan disuria.

Tidak hanya terjadi pada orang dewasa, disuria dapat juga terjadi pada anak-anak. Lalu, apa saja penyebabnya pada anak-anak? Berikut adalah hal-hal yang bisa menjadi penyebab sering buang air kecil sedikit pada anak.

1. Urethritis

Urethritis adalah infeksi yang terjadi pada urethra. Penyebab pasti urethritis pada anak-anak belum diketahui dan biasa disebut dengan urethritis idiopatik. [1]

Berdasarkan tingkatannya, urethritis diklasifikasikan menjadi sebagai berikut. [1]

  • Grade I: inflamasi yang terjadi melibatkan dari urethra bagian distal hingga pada sfingter urethra externa.
  • Grade II: inflamasi yang terjadi meluas hingga urethra bagian proximal hingga pada sfingter urethra externa.
  • Grade III: inflamasi terjadi hingga terdapat pembentukan jaringan parut sehingga menyebabkan striktur urethra.
  • Grade IV: terjadi ekstensi retrograde pada inflamasi sehingga mencapai saluran kemih bagian atas atau pada epididimis dan menibulkan gejala sistemik.

Beberapa gejala yang mungkin timbul ketika anak mengalami infeksi saluran kemih antara lain sebagai berikut. [2]

  • Disuria
  • Frekuensi
  • Urgensi
  • Kencing darah (hematuria)

Ketika anak mengalami urethritis, terapi yang umum diberikan adalah obat antiinflamasi dan steroid. [1]

2. Pyelonefritis

Pyelonefritis adalah infeksi yang menyerang pada parenkim ginjal yang umumnya disebabkan oleh bakteri Escherichia coli, Klebsiella, Proteus, Enterobacter, dan Pseudomonas. Pada dasarnya, aliran urin akan membersihkan saluran kemih dari bakteri. Namun, ketika bakteri dan flora normal mengalami kolonisasi, hal tersebut akan menyebabkan ternyadinya bakteriuria asimtomatik dan dapat menyebabkan terjadinya pyelonefritis. [3]

Pyelonefritis merupakan infeksi yang harus diwaspadai kerena dapat menyebabkan terjadinya sepsis pada fase akut. Gejala yang mungkin timbul ketika anak mengalami pyelonefritis antara lain sebagai berikut. [3]

  • Demam
  • Disuria
  • Urin berbau
  • Frekuensi
  • Mual
  • Muntah

Dalam menegakkan diagnosis pyelonefritis, diperlukan pemeriksaan fisik dan urinalisis. Terapi efektif yang diberikan untuk pyelonefritis adalah pemberian antibiotik intravena yang dilanjutkan dengan pemberian antibiotik oral meskipun tidak terdapat gold standard khusus dalam pemberian antibiotik. [3][4]

3. Urolithiasis

Urolithiasis merupakan kondisi di mana terbentuk batu pada saluran kemih yang dapat terjadi pada kandung kemih, ginjal, ureter, maupun urethra. Kondisi ini terjadi oleh multifaktorial, seperti genetik, infeksi, faktor anatomis, kebiasaan, kondisi metabolik, atau pola makan. [5]

Gejala yang dapat dirasakan ketika anak mengalami urolithiasis antara lain sebagai berikut. [5]

Untuk mendiagnosis urolithiasis, diperlukan pemeriksaan laboratorium dan pencitraan untuk selanjutnya diberikan terapi NSAID (Non Steroid Anti Inflammation Drugs), pembatasan sodium dan kalsium, serta obat golongan alfa blocker seperti tamsulosin. [5][6]

4. Vaginitis

Vaginitis adalah kondisi di mana mukosa vagina mengalami inflamasi. Umumnya, vaginitis disebabkan oleh hygiene yang buruk atau infeksi menular seksual, tetapi pada anak-anak kondisi ini dapat disebabkan karena hiperesterogenism yang menyebabkan mukosa vagina mengalami atrofi. Lebih jauh lagi, vaginitis dapat disebut sebagai salah satu indikasi ketika perempuan telah mengalami pelecehan seksual. [7]

Beberapa gejala yang mungkin terjadi pada vaginitis, antara lain sebagai berikut. [8]

  • Disuria
  • Discharge
  • Rasa terbakar

Ketika anak mengalami vaginitis, terapi yang umum diberikan adalah edukasi untuk menjaga kebersihan vagina dan pemberian esterogen. Sebaiknya, ketika merasa ditemukan adanya gejala vaginitis, segera bawa ke dokter karena vaginitis dapat meningkatkan resiko terjadinya pelvic inflammatory disease. [7][8]

5. Hiperkalsiuria

Hiperkalsiuria merupakan gangguan metabolik di mana kadar kalsium dalam urin meningkat. Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai gangguan pada sistem kemih. Penyebab kondisi ini belum diketahui secara pasti (hiperkalsiuria idiopatik). Umumnya, gejala sistem kemih yang akan dirasakan ketika anak mengalami hiperkalsiuria adalah sebagai berikut. [9]

  • Frekuensi
  • Disuria
  • Proteinuria

6. Cystitis

Cystitis merupakan kondisi di mana kandung kemih mengalami peradangan. Sindrom frekuensi, urgensi, disuria, dan nyeri perut bawah merupakan diskripsi umum dari cystitis. [10]

Cystitis diklasifikasikan menjadi cystitis complicated dan uncomplicated. Perbedaannya, pada cystitis complicated terjadi abnormalitas struktural dan fungsional kandung kemih, sedangkan pada cystitis uncomplicated tidak. [10]

Ketika anak mengalami cystitis, umumnya dokter akan memberikan terapi antibiotik empirik spektrum luas sebagai terapi utama cystitis uncomplicated, seperti sulfonamides, sefalosprorins, trimetoprim-sulfamethoxazole, atau amoxicillin clavulanate. [10]

7. Trauma

Trauma dapat menyebabkan sering buang air kecil sedikit, seperti pada trauma tumpul. Trauma yang paling umum menyebabkan disuria adalah trauma urethra. Trauma urethra sendiri diklasifikasikan menjadi trauma anterior dan posterior. [11]

  • Trauma anterior

Pada trauma anterior, trauma menyebabkan terjepitnya bulbar urethra ke bagian inferior dari simfisis pubis. Contoh kejadian yang menyebabkan terjadinya trauma anterior adalah kecelakaan kendaraan.

  • Trauma posterior

Pada trauma posterior, trauma terjadi hingga pada urethra pars prostatika dan urethra membranosa. Trauma urethra posterior akan menyebabkan hematoma pelvis yang pada pemeriksaan imaging akan terlihat gambaran tear drop bladder.

Selain disuria, gejala lain yang mungkin timbul adalah adanya hematuria dan bengkak di sekitar trauma. Pemeriksaan gold standard untuk trauma adalah retrograde urethroplasty dan selanjutnya pasien akan diberikan tatalaksana analgetik serta tindakan seperti realignment atau urethroplasty bila diperlukan.

Itulah beberapa kondisi yang dapat menyebabkan gejala sering buang air kecil sedikit pada anak. Apabila anak mengalami gejala tersebut, segera bawa ke dokter untuk diperiksa lebih lanjut dan mendapatkan penanganan yang tepat.

1. Sivasankar Jayakumar, Kirsty Pringle & George K. Ninan. ncbi.nlm.nih.gov. Idiopathic urethritis in children: Classification and treatment with steroids. 2014.
2. Walid Farhat, Gordon McLorie. publications.aap.org. Urethral Syndromes in Children. 2001.
3. William Morello, Claudio La Scola, Irene Alberici & Giovanni Montini. link. springer.com. Acute Pyelonephritis in Children. 2015.
4. Elisabeth M Hodson, Narelle S Willis & Jonathan C Craig. cochranelibrary.com. Antibiotics for Acute Pyelonephritis in Children. 2007.
5. Maria Goretti Moreira Guimarães Penido, Marcelo de Sousa Tavares. ncbi.nlm.nih.gov. Pediatric primary urolithiasis: Symptoms, medical management and prevention strategies. 2015.
6. Elizabeth C. Jackson MD & Mary Avendt-Reeber MD. link.springer.com. Urolithiasis in Children—Treatment and Prevention. 2016.
7. Margaret Thorne Grossi MD, Myron I. Buchman MD. jamanetwork.com. Vaginitis in Children. 1959.
8. Leveille-Tulce AMB. researchgate.net. Prevalence of Vaginitis in Children and Adolescents of Les Cayes, Haiti. 2013.
9. Maryam Esteghamati, Kambiz Ghasemi & Marie Nami. ncbi.nlm.nih.gov. Prevalence of idiopathic hypercalciuria in children with urinary system related symptoms attending a pediatric hospital in Bandar Abbas in 2014. 2017.
10. Gilho Lee, Rok Romih & Daša Zupančič. hindawi.com. Cystitis: From Urothelial Cell Biology to Clinical Applications. BioMed Research International. 2014.
11. Jennifer P. L Kong, MB, Bch, Matthew F Bultitude, MSc, FRCS, Peter Royce, MBBS, FRACS, FACS, Russell L Gruen, MBBS, PhD, FRACS, Alex Cato, AM, RFD, FRCSEd, FRACS & Niall M Corcoran, PhD, AFRCSI. ncbi.nlm.nih.gov. Lower Urinary Tract Injuries Following Blunt Trauma: A Review of Contemporary Management. 2011.

Share