Asam Urat dan Rematik merupakan penyakit yang berbeda walaupun sama sama tergolong sebagai penyakit artritis [1].
Asam Urat sendiri adalah penyakit artritis yang terjadi akibat adanya penumpukan atau akumulasi zat asam urat hasil pemecahan purin dalam tubuh [2].
Zat asam urat tersebut dapat mengkristal seperti jarum pada sendi, sehingga sendi akan terasa sakit (kemerahan, bengkak dan nyeri) khususnya pada bagian pangkal ibu jari kaki [1, 2].
Sedangkan Rematik adalah penyakit autoimun yang mengakibatkan sendi menjadi meradang, kaku, nyeri dan bengkak, khususnya pada bagian persendian tangan dan pengelangan tangan maupun kaki (umumnya simetris di kedua sisi tubuh) [1, 2].
Gejala Asam Urat dan Rematik
Umumnya, banyak orang yang tidak bisa membedakan antara Asam Urat dan Rematik karena beberapa gejalanya memang ada yang sama khususnya terjadi kemerahan, bengkat dan rasa nyeri [4]
Namun apabila dipelajari satu per satu, Asam Urat dan Rematik ini memiliki beberapa gejala yang membuatnya dapat dibedakan satu sama lain.
Adanya permasalahan pada variasi genetik Human Leukocyte Antigen (HLA) alel yang tidak mampu membedakan antara sel diri dan sel asing
Adanya kondisi sistem kekebalan tubuh (imun) yang menyerang sinovium (lapisan selaput yang mengelilingi persendian)
Terjadinya peradangan yang menyebabkan sinovium mengental
Melemah dan meregangnya tendon dan ligament yang menahan sendi
Untuk penyebab Rematik sendiri sebenarnya belum diketahui secara pasti. Namun para ilmuan mempercayai bahwa penyebab rematik berhubungan erat dengan genetik (65%) yang dipicu oleh kondisi lingkungan [1, 7].
Faktor Risiko Asam Urat dan Rematik
Perbedaan Asam Urat dan Rematik tidak hanya dapat dibedakan dari gejala maupun penyebabnya.
Faktor risiko kedua penyakit ini pun apabila dipahami satu per satu akan memperlihatkan perbedaan diantara keduanya.
Seseorang akan cenderung memiliki risiko terkena Asam Urat maupun Rematik jika memiliki beberapa faktor risikonya.
Adapun faktor risiko terkena Asam Urat antara lain [4, 6] :
Faktor usia, laki laki paruh baya (30-50 tahun keatas) dan wanita postmenopouse cenderung memiliki risiko Asam Urat yang lebih tinggi.
Faktor jenis kelamin, asam urat umumnya lebih sering terjadi pada laki laki, karena kadar asam urat perempuan cenderung lebih rendah.
Faktor genetik, adanya anggota keluarga baik orang tua ataupun saudara yang menderita Asam Urat dapat menyebabkan risiko Asam Urat meningkat.
Faktor makanan yang dikonsumsi, konsumsi makanan yang kaya akan zat purin seperti daging, makanan laut, minuman manis, alcohol, bir dapat meningkatkan kadar asam urat, sehingga risiko Asam Urat meningkat.
Faktor obesitas, orang yang mengalami obesitas atau kelebihan berat badan umumnya menghasilkan atau memproduksi zat asam urat yang lebih banyak. Selain itu, orang yang mengalami obesitas umumnya juga kesulitan untuk menghillangkan zat asam urat yang berlebih dalam tubuhnya.
Faktor kondisi medis,seseorang yang secara medis memiliki kondisis tekanan darah tinggi, diabetes, sindrom metabolic, penyakit jantung dan ginjal umumnya memiliki risiko Asam Urat yang lebih tinggi.
Faktor konsumsi obat tertentu, Orang yang mengonsumsi obat obatan tertentu seperti penggunaan diuretic thiazide, aspirin maupun obat anti penolakan (obat setelah transplantasi organ) umumnya kadar asam uratnya meningkat.
Faktor operasi atau trauma, seseorang yang telah menjalani operasi maupun telah mengalami trauma tertentu, risiko serangan Asam Uratnya cenderung meningkat.
Berikut ini merupakan faktor risiko terkena Rematik [6] :
Faktor usia, rematik dapat terjadi pada semua usia, namun lebh sering pada usia paruh baya. Semakin tua seseorang maka risiko terkena rematik (khususnya pada usia 60 tahun) akan semakin tinggi
Faktor jenis kelamin, rematik dapat terjadi pada laki laki maupun perempuan. Tetapi, perempuan lebih berisiko terkena Rematik dari pada laki laki.
Faktor genetik, jika ada orang tua atau saudara yang memiliki riwayat Rematik maka risiko menderita Rematik lebih tinggi.
Merokok,orang yang memiliki kebiasaan merokok cenderung memiliki kecenderungan genetic mengembangkan risiko penyakit Rematik. Selain itu, orang yang terkena paparan asap rokok juga lebih berisiko terkena penyakit Rematik.
Faktor eksposur lingkungan, orang yang terpapar asbes atau silika yang dijumpai dilingkungan sekitarnya dapat meningkatkan risiko terkena Rematik. Selain itu, paparan debu dari runtuhnya sebuah gedung juga dapat meningkatkan risiko penyakit autoimun seperti Rematik.
Obesitas, seseorang dengan usia dibawah 55 tahun yang memiliki berat badan berlebih cenderung lebih tinggi risikonya terkena Rematik.
Cara Mencegah Asam Urat dan Rematik
Adapun untuk mencegah atau setidaknya mengurngari risiko terjadinya Asam Urat maupun Rematik dapat dilakukan melalui perubahan gaya hidup sebagai berikut [8, 9] :
Mengurangi Berat Badan Bagi yang Obesitas
Sebagaimana telah diketahui baik Asam Urat maupun Rematik sama sama dapat disebabkan oleh obesitas. Untuk itu, menurunkan berat badan dapat membantu mencegah risiko terjadinya Asam Urat maupun Rematik.
Mengingat, dengan menurunkan berat badan maka kadar zat asam urat dapat dikurangi. Menjaga atau menurunkan berat badan juga dapat dilakukan dengan melakukan program aktivitas fisik, seperti aerobik dan olahraga fisik lainnya.
Mengontrol Makanan yang Dikonsumi
Untuk mencegah risiko terkena Asam Urat maupun Rematik, sangat disarankan untuk mengurangi konsumsi daging merah dan jeroan [6].
Mengurangi konsumsi makanan dengan kandungan lemak jenuh tinggi dapat membantu mencegah kedua penyakit tersebut. Dan, sangat disarankan untuk mengonsumsi makanan rendah lemak baik berupa buah, sayur, biji bijian maupun kacang-kacangan [7].
Mengontrol Minuman yang Dikonsumsi
Pencegahan dapat dilakukan dengan mengurangi konsumsi minuman beralkohol termasuk bir bebas alkohol sekalipun.
Selain itu, mengurangi konsumsi minuman manis seperti sirup jagung yang tinggi kandungan fruktosa seperti soda.
1. Leslie Vandever & Brenda B. Spriggs. Rheumatoid Arthritis vs. Gout: How Do You Tell the Difference?. Healthline; 2018.
2. Anonim. Gout Also called: Gouty arthritis. Medilinegov; 2020.
3. Tricia Kinman & J. Keith Fisher. Everything You Need to Know About Gout. Healthline; 2019.
4. Anonim. Gout. Mayoclinic; 2020.
5. Robin Madel & William Morrison. Is It Possible to Have Rheumatoid Arthritis (RA) and Gout?. Healthline; 2019.
6. Anonim. Rheumatoid arthritis. Mayoclinic; 2020.
7. Anonim. Rheumatoid Arthritis – Symptoms, Treatment & Clinical Trials. Genesis Resourch Service; 2020.
8. Anonim. Gout. National Institutes of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases; 2020.
9. Leila Chehade, Zeinab Amanda Jaafar, Dana El Masri, Hassan Zmerly, Dima Kreidieh, Hana Tannir, Leila Itani & Marwan El Ghoch. Lifestyle Modification in Rheumatoid Arthritis: Dietary and Physical Activity Recommendations Based on Evidence. Curr Rheumatol Rev; 2019.