Merasa sedih adalah hal yang normal bagi setiap manusia, mulai dari anak-anak hingga lansia sekalipun.
Rasa sedih adalah bentuk emosi dan reaksi terhadap sebuah situasi yang tak menyenangkan dan cenderung menyakitkan.
Namun seringkali, rasa sedih dan depresi dianggap mirip atau bahkan sama; padahal, keduanya adalah kondisi berbeda.
Berikut ini adalah perbedaan yang perlu diketahui antara depresi dan sedih.
Daftar isi
Depresi adalah jenis penyakit mental atau gangguan kesehatan mental dengan berbagai gejala depresif [1,2,3].
Gejala dapat dialami oleh seseorang sekitar 2 minggu atau lebih dengan bentuk gejala berbeda-beda untuk dikatakan sebagai kondisi depresi [1,2,4,5].
Saat seseorang menderita depresi, kabar baik, positif dan hal-hal baik lainnya yang seharusnya membuat diri bahagia tidak lagi berpengaruh apapun pada penderitanya [1,2,3].
Penderita depresi pun rentan mengalami kelelahan hampir setiap saat dan sepanjang hari, kehilangan motivasi, hingga putus asa terus-menerus [1,2,3].
Berikut ini adalah sejumlah tanda lain bahwa seseorang mengalami depresi [1,3] :
Sementara itu, rasa sedih adalah emosi dasar setiap manusia yang sangat normal, terutama saat menghadapi situasi yang memang menyedihkan, menyakitkan, atau mengecewakan [1,2].
Rasa sedih biasanya disebabkan oleh putus cinta/patah hati, penolakan, atau saat tidak mendapatkan apa yang diinginkan [1,2].
Rasa sedih umumnya bersifat sementara namun umumnya tidak sampai 2 minggu atau lebih dari itu; rasa sedih biasa pun tidak sampai menyebabkan seseorang ingin bunuh diri [1,2].
Seseorang dipastikan depresi ketika telah didiagnosa oleh ahlinya setelah melalui evaluasi psikologis [1,2].
Terdapat sejumlah kriteria psikologis yang digunakan oleh dokter dalam memastikan apakah seseorang mengalami depresi [1,2].
Bila pasien memenuhi sebagian besar dari kriteria tersebut, maka dokter bisa mendiagnosis secara resmi bahwa pasien mengidap depresi [1,2].
Pemeriksaan dapat meliputi gejala fisik, emosional dan perilaku pasien serta berdasarkan lamanya gejala dialami pasien [1,2].
Oleh karena itu, seseorang tidak sebaiknya mengatakan dirinya depresi tanpa menjalani tes psikologis secara resmi lebih dulu
Sementara pada rasa sedih, emosi ini bersifat subjektif, dan oleh sebab itu orang lain tidak akan menyangkal ketika seseorang sedang sedih [2].
Perasaan sedih dapat timbul kapanpun seseorang menyaksikan atau mengalami hal kurang menyenangkan [2].
Hal ini bersifat subjektif tanpa harus orang tersebut menjalani tes atau evaluasi psikologis untuk memastikan emosi tersebut [2].
Depresi mengakibatkan penderitanya mengalami perubahan signifikan pada hidup sehari-harinya [2,3].
Kualitas hidup secara menyeluruh pun lama-kelamaan akan ikut terpengaruh dan berubah [2,3].
Mulai dari perubahan pola makan, pola tidur, kehidupan seksual, hingga pekerjaan dan kehidupan sosial [2,3].
Penderita depresi mengalami rasa harga diri yang lebih rendah, kehilangan tenaga dan ketertarikan untuk melakukan apapun, dan pada sebagian lainnya sampai pada tahap tak lagi merawat diri dengan baik [1,2,3].
Sementara pada rasa sedih, seseorang akan mengalami emosi seperti ini hanya dalam beberapa jam, hingga sekitar 1 minggu [2].
Suasana hati memburuk dan seolah hidup terasa kelam, namun biasanya orang-orang yang sedih masih bisa melakukan aktivitas sehari-harinya dengan normal dan baik [2].
Depresi adalah kondisi yang bisa terjadi pada diri seseorang bahkan tanpa alasan atau sebab yang jelas [2,6].
Pada penderita depresi, saat hidup sedang baik-baik saja, gejala dapat terjadi tiba-tiba dan tidak hanya saat memikirkan kejadian traumatis atau faktor yang menyebabkan depresi [2.6].
Hampir di setiap situasi gejala depresi pada penderitanya bisa timbul sehingga hal ini berkaitan dengan penurunan daya konsentrasi [2,6].
Penderita pun seringkali merasa bersalah serta tidak berdaya di mana perasaan-perasaan seperti ini seringkali timbul secara tak terkontrol [2,3,6].
Sedangkan pada rasa sedih, seseorang akan merasakannya sebagai respon terhadap sesuatu, misalnya menyaksikan orang lain sedih sehingga ia ikut sedih atau diri sendiri mengalami pengalaman mengecewakan [2].
Rasa sedih adalah emosi yang selalu beralasan dan oleh sebab itu disebut sebagai reaksi spesifik, karena akan timbul saat mengalami atau menyaksikan sesuatu [2].
Kapan sebaiknya seseorang memeriksakan diri ke dokter/psikolog?
Ketika rasa sedih yang dirasakan sudah lebih dari 2 minggu dan emosi seperti ini bahkan timbul tanpa sebab yang jelas, segera ke dokter [1].
Sedih berkepanjangan disertai rasa putus asa, rasa bersalah, penarikan diri dari pergaulan dan hobi, hingga pikiran untuk bunuh diri bukan lagi kesedihan biasa [1].
Perasaan dan pikiran tersebut sudah termasuk sebagai tanda depresi yang perlu dipastikan dengan menjalani tes psikologis [1].
Ketika mengunjungi dokter, pasien biasanya harus menjalani pemeriksaan psikologis, salah satunya dengan mengisi kuisioner berdasarkan kriteria DSM-5 (panduan kriteria untuk mendiagnosa penyakit mental) [1].
Dengan mengevaluasi kuisioner tersebut, dokter baru akan dapat membedakan apakah pasien mengalami kesedihan biasa atau depresi [1].
Selain mengisi kuisioner, dokter juga akan meminta pasien menyebutkan gejala yang dialami, bagaimana perasaan pasien, serta seperti apa kehidupan sehari-hari pasien untuk kemudian mendiagnosa dan menentukan perawatan yang sesuai [6].
1. Timothy J. Legg, PhD, PsyD & Corey Whelan. Is It Depression or Sadness? Learn the Signs. Healthline; 2017.
2. MindDog. The 5 Fundamental Differences Between Sadness and Depression. MindDoc; 2022.
3. Suma P. Chand & Hasan Arif. Depression. National Center for Biotechnology Information; 2022.
4. Genesight. Recovery to Remission: Understanding Common Terms to Diagnose Depression. Genesight; 2022.
5. Jules Angst, Michael P Hengartner, Vladeta Ajdacic-Gross & Wulf Roessler. Is two weeks the optimum duration criterion for major depression?. Actas Españolas de Psiquiatría; 2014.
6. National Library of Medicine. Depression: Overview. National Library of Medicine; 2020.