Penyakit & Kelainan

5 Perbedaan Introvert dan Antisosial

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Meskipun psikologi sudah berdiri sebagai satu cabang ilmu yang usianya lebih dari 100 tahun, namun ia tetap menjadi satu-satunya ilmu sosial yang paling muda dan paling sulit dipahami.

Mungkin ini sebabnya mengapa psikologi masih bercampur dengan mitos dan kesalahpahaman.

Banyak konsep psikologi yang dijadikan topik dalam obrolan santai, dan kebanyakan orang menjadi terbiasa menyederhanakan hal-hal yang tidak sepenuhnya mereka pahami.

Obsessive Compulsive Disorder (OCD), misalnya, bukan hanya sekedar tentang kerapihan dan keteraturan, demikian juga dengan introvert yang sebenarnya tidak sama dengan antisosial.

Introvert dan antisosial adalah dua hal yang sangat berbeda. Berikut beberapa perbedaan diantara keduanya secara berdampingan: [2, 4, 5]

1. Pengertian Introvert dan Antisosial

Introvert

Introvert adalah salah satu jenis kepribadian yang ditandai oleh pilihan atas kehidupan pribadi dibandingkan dunia luar dan orang lain. Di dalam dimensi Big Five yang menggambarkan seluruh jenis kepribadian, introvert berada pada ujung lain dari kepribadian extrovert. [1, 2, 3]

Dibandingkan extrovert, orang-orang introvert lebih menikmati pengalaman-pengalaman yang bersifat sendiri, tenang, dan terkendali.

Introvert bukannya takut atau tidak menyukai orang lain, dan mereka juga bukannya pemalu atau kesepian.

Pesta yang penuh dengan orang bisa jadi siksaan bagi introvert, tetapi mereka akan menikmati obrolan pribadi dalam suasana yang tenang. Lingkungan yang sepi dan damai lebih cocok bagi sistem syaraf yang dimiliki orang introvert. [1]

Sifat kepribadian didefinisikan sebagai suatu karakteristik yang bersifat tetap pada diri seseorang yang bisa menjelaskan konsistensi dalam tingkah laku mereka.

Atau, secara sederhana, introvert adalah suatu bagian dari diri seseorang yang membuatnya unik. Tidak ada sifat kepribadian yang bisa dikotak-kotakkan sebagai baik atau buruk.

Antisosial

Orang antisosial adalah mereka yang telah didiagnosa mengalami gangguan kepribadian.

Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan beberapa kriteria dari pemeriksaan yang menentukan apakah ada sesuatu yang salah atau tidak dengan cara seseorang berpikir, merasakan, atau bersikap.

Antisosial adalah gangguan kepribadian yang ditandai oleh sikap impulsif, tidak bertanggung jawab, dan seringkali mengarah pada tindak kriminal.
Orang dengan gangguan ini biasanya bersifat manipulatif, menyesatkan, dan tidak peduli pada perasaan orang lain. [4, 5]

Seperti jenis gangguan kepribadian lainnya, gangguan antisosial berada pada suatu spektrum, yang artinya kondisi ini memiliki beberapa tingkatan, mulai dari bersikap buruk sesekali hingga melanggar hukum berulang kali dan melakukan tindak kriminal yang serius. [4, 5]

Psikopat dianggap mengalami gangguan kepribadian antisosial dalam bentuk yang parah.

Orang dengan gangguan antisosial biasanya: [4]

  • Mengeksploitasi, memanipulasi, atau melanggar hak orang lain
  • Memiliki sedikit sekali kepedulian atau rasa menyesal atas kesulitan yang dialami orang lain
  • Bersikap tidak bertanggung jawab dan menunjukkan ketidakpedulian atas sikap-sikap sosial yang dianggap normal
  • Mengalami kesulitan membangun hubungan jangka panjang
  • Tidak mampu mengendalikan rasa marah
  • Hanya memiliki sedikit rasa bersalah, atau tidak pernah belajar dari kesalahan yang dibuat
  • Menyalahkan orang lain atau masalah-masalah dalam hidup mereka
  • Melanggar hukum berulang kali

Orang dengan gangguan kepribadian antisosial akan memiliki riwayat gangguan tingkah laku di masa kanak-kanak, misalnya bolos sekolah, menggunakan obat-obatan terlarang, dan sikap-sikap lain yang dianggap agresif dan mengganggu.

Gangguan kepribadian antisosial biasanya berhubungan dengan lemahnya identitas, empati, tujuan hidup, dan kapasitas untuk membangun hubungan pribadi. [3]

2. Perbedaan Konstruksi pada Otak

Berlawanan dengan anggapan umum, orang introvert sebenarnya suka bersosialisasi, sama seperti extrovert, hanya saja mereka tidak “haus” akan interaksi sosial.

Sebuah teori menjelaskan bahwa hal ini terjadi karena extrovert memilki frontal cortex yang lebih kecil, yang artinya mereka membutuhkan rangsangan eksternal yang lebih banyak dibandingkan introvert. [2]

Menariknya, hal ini juga berlaku bagi mereka yang mengalami gangguan kepribadian antisosisal, tetapi kasusnya jauh lebih ekstrem. Bukan hanya memiliki frontal cortex yang lebih kecil, antisosial juga cenderung mengalami disfungsi pada bagian amygdala di otak.

Ini adalah alasan mengapa, menurut dugaan beberapa peneliti, penderita gangguan antisosial tidak memiliki rasa takut dan menikmati kekerasan serta perusakan. [2]

3. Perbedaan dalam Membangun Hubungan

Masalah umum yang terjadi pada orang-orang dengan gangguan kepribadian adalah mereka kesulitan membentuk dan membangun hubungan dengan orang lain, demikian juga dengan orang antisosial.

Bahkan, faktanya, studi menunjukkan bahwa mereka yang didiagnosa sebagai psikopat hampir seluruhnya tidak mampu memahami orang lain.

Mereka tidak paham konsep hubungan, tidak bisa berempati dengan orang lain, dan hanya memiliki tujuan untuk mengeksploitasi orang-orang di sekitarnya.

Di sisi lain, introvert sepenuhnya mampu untuk membangun hubungan yang sehat dan penuh makna dengan orang lain. Mereka mungkin hanya memiliki sedikit teman, tetapi bukan berarti tidak mampu bersosialisasi – berbeda dengan antisosial.

Introvert merasa nyaman bersama orang-orang tertentu, dan pilihan ini yang membuat lingkaran pertemanannya lebih kecil dibanding extrovert.

4. Introvert Pendiam, Antisosial Suka Memanfaatkan Daya Tariknya

Mungkin cara paling mudah untuk mengenali seorang introvert adalah bahwa mereka kelihatan pemalu saat pertama bertemu.

Introvert lebih suka menyendiri dan lebih banyak mendengarkan dibanding bicara. Namun mereka bisa jadi ceria dan cerewet saat bersama orang-orang dekatnya, tetapi mereka tidak suka menjadi pusat perhatian.

Di sisi lain, orang antisosial bisa sangat ceria jika mereka mau. Mereka suka menggunakan pesona yang mereka miliki untuk memanipulasi orang-orang di sekitarnya untuk mendapatkan apa yang mereka mau.

Antisosial bisa sangat berterus terang, merayu, dan banyak bicara saat mereka mau. Hal-hal ini tidak ada pada diri seorang introvert.

5. Introvert Tidak Perlu Berubah, Antisosial Perlu Pengobatan

Sama seperti penyakit kejiwaan lainnya, gangguan kepribadian antisosial adalah suatu kondisi serius yang membutuhkan terapi dan bantuan psikososial sebagai pengobatan.

Orang-orang yang didiagnosa mengalami gangguan ini peru direhabilitasi atas kurangnya rasa penyesalan dan kepedulian atas hal-hal buruk yang mereka lakukan pada orang lain.

Psikopat adalah orang-orang yang berbahaya, bermasalah, dan cenderung melakukan kekerasan.

Di sisi lain, tidak ada yang salah dengan introvert. Jenis kepribadian ini hanya berarti mereka lebih suka menghabiskan waktu seorang diri dibandingkan bersama orang banyak.

Ini artinya, mereka lebih sensitif atas hubungan mereka dengan diri mereka sendiri dibanding dengan dunia luar. Introvert membutuhkan waktu untuk menyendiri sebagai cara untuk “mengisi baterai” yang mereka punya.

Meskipun kadang-kadang introvert tampak kaku atau canggung saat bersosialisasi, atau terpisah dari dunia luar, tetapi mereka samasekali tidak sakit jiwa atau mengalami gangguan kepribadian.

1. Psychology Today Team. Introversion. Psychology Today; 2020.
2. Chloe. 6 Differences Between Introversion and Anti-Social Behavior. Psych2Go; 2019.
3. Cristina Crego, Thomas Widiger. Personality Disorders. NOBA Project; 2020.
4. NHS Team. Antisocial personality disorder. UK National Health Service; 2018.
5. Uppsala University. Personality traits of patients with social anxiety disorder. Science Daily; 2020.

Share