Tinjauan Medis : dr. Hadian Widyatmojo, SpPK
Coronavirus disease 2019 (Covid-19) adalah nama resmi untuk penyakit akibat infeksi SARS-Cov-2 yang sudah diresmikan oleh WHO pada februari lalu. Penyakit yang saat ini sedang mewabah dan ditetapkan sebagai
Setelah pemeriksaan suhu tubuh, pemerintah Indonesia saat ini gencar melakukan rapid test di berbagai daerah.
Hal ini bertujuan sebagai screening untuk mengetahui dengan lebih pasti siapa saja yang positif terinfeksi Covid-19 agar langkah-langkah pencegahan penyebaran penyakit ini bisa lebih cepat ditangani.
Daftar isi
Tidak semua orang perlu melakukan rapid test. Dalam rilis-nya, Kementrian Kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa test deteksi Covid-19 ini diprioritaskan bagi tenaga kesehatan dan orang-orang yang telah melakukan kontak dengan pasien positif Covid-19. [1]
CDC (Centers for Disease Control) dan WHO juga sudah mengeluarkan panduan mengenai siapa saja yang sebaiknya diutamakan untuk mendapatkan tes ini, mengingat semua pihak berpacu dengan waktu dalam mengatasi pandemi ini sehingga pelaksanaan tes harus seoptimal mungkin. [2, 3]
Namun, kebijakan pelaksanaan test untuk Covid-19 juga dikembalikan kepada pemerintah daerah dan fasilitas kesehatan di masing-masing tempat.
Ada dua jenis rapid test yang digunakan untuk mendeteksi infeksi Covid-19, deteksi langsung antigen SARS-CoV-2 dan deteksi antibodi tidak langsung. [2, 3, 4]
Deteksi antigen bisa menemukan komponen virus yang muncul bila terjadi infeksi dengan menggunakan sampel cairan dari nasofaring (swab). Sementara test antibodi bekerja dengan mendeteksi antibodi yang muncul dalam serum sebagai bagian dari respon kekebalan tubuh terhadap virus dengan menggunakan sampel darah. [1, 2, 3, 4, 5]
Indonesia menggunakan rapid test antibodi, bila hasilnya positif maka dilanjutkan dengan test PCR. [1]
Untuk melakukan rapid test, tidak diperlukan persiapan apa-apa. Bahkan di beberapa tempat, test ini dilakukan di jalan melalui sistem “drive-thru”. Namun, ada juga ruang-ruang yang memang disiapkan untuk dijadikan tempat pelaksanaan rapid test, selain di rumah sakit. [1, 2, 3]
Semua prosedur harus dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah pencegahan penularan yang sudah ditetapkan, seperti harus ada jarak antara pasien yang melakukan test, dan tenaga kesehatan yang bertugas mengambil sampel harus memakai APD (alat pelindung diri) yang memadai. [2, 3]
Rapid test antibodi dilakukan menggunakan beberapa sampel :
Yang menjadi masalah rapid test antibodi, adalah proses pembentukan antibodi Covid-19 pada tubuh, biasanya membutuhkan waktu cukup panjang sekitar 7 hari.[6]
Maka dari itu, Universitas Padjadjaran (UNPAD) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) melakukan pengujian interaksi fragmen antibodi dengan protein virus. Uji interaksi tersebut berhasil dan data menunjukkan bahwa fragmen antibodi yang dikembangkan bisa mendeteksi antigen.[6]
Pengembangan alat test tersebut diberi nama Deteksi CePAD atau Rapid Test 2.0. Karena menggunakan antigen, maka Rapid Test 2.0. ini lebih murah dan cepat mendeteksi keberadaan virus Covid-19.[7]
Selain Rapid Test 2.0, UNPAD dan ITB juga mengembangkan Surface Plasmon Resonance (SPR). SPR berfungsi seperti PCR yang bisa mendeteksi interaksi virus dengan antibodi. Jika terjadi interaksi maka dapat dikatakan hasilnya positif Covid-19. [7]
Antibodi yang terdeteksi pada pemeriksaan rapid test baru terbentuk setelah 7 hari infeksi, sehingga pemeriksaan rapid test antibodi tidak akurat pada infeksi awal. Hasilnya bisa didapat dalam 5-10 menit.
Ini juga menjadi kekurangan dari metode rapid test antibodi, karena tidak bisa digunakan sebagai deteksi dini terjadinya infeksi Covid-19. Padahal, dari saat timbulnya gejala saja pasien sudah bisa menulari orang lain. [4]
Rapid test antibodi di Indonesia juga dilakukan dua kali bila hasil yang pertama negatif, untuk memastikan memang tidak terinfeksi.
Yang harus dilakukan setelah menerima hasil test: [1, 2, 3]
Karena penyediaan alat rapid test Covid-19 di Indonesia masih terbatas, maka langkah ini masih tetap harus didahului dengan pencegahan penularan dengan kesadaran dari tiap-tiap orang.
Pemutusan rantai penularan Covid-19 dengan tidak keluar rumah bila tidak perlu, mencuci tangan, menjaga jarak, memakai masker, dan mematuhi etika bersin dan batuk harus tetap dilaksanakan.
Orang yang tidak melakukan rapid test namun sudah menunjukkan gejala ringan, harus mengisolasi diri di rumah. Bila gejala memburuk, segera hubungi nomer 119 extension 9 atau fasilitas kesehatan terdekat.
Pemeriksaan rapid test antibodi yang hasilnya positif harus dilanjutkan dengan pemeriksaan PCR untuk konfirmasi diagnosis dengan spesifisitas yang tinggi.
1) Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat. 2020. Kementrian Kesehatan Indonesia. Rapid Test Corona Diprioritaskan bagi Nakes dan Orang Kontak dengan Pasien Positif
2) WHO Staff. 2020. World Health Organization. Laboratory testing strategy recommendations for COVID-19
3) Division of Viral Disease. 2020. Centers for Disease Control and Prevention. Evaluating and Testing Persons for Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
4) Eeva Broberg, Maria Keramarou, Csaba Ködmön. 2020. European Centre for Disease Prevention and Control. An overview of the rapid test situation for COVID-19 diagnosis in the EU/EEA
5) UC Davis Medical Center. 2020. University of California Davis Health. Coronavirus (COVID-19) testing: What you should know
6) Budi Cahyono. 2020. Ayo Jakarta com. Masuk Tahap Validasi, Unpad-ITB Kembangkan Rapid Test Antigen Covid-19.
7) Erman. 2020. Universitas Padjajaran ac id. Peneliti Unpad Kembangkan Dua Inovasi Alternatif Alat Tes Covid-19.