Rapid Test Covid-19: Persiapan – Prosedur dan Hasil Test

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Hadian Widyatmojo, SpPK
Coronavirus disease 2019 (Covid-19) adalah nama resmi untuk penyakit akibat infeksi SARS-Cov-2 yang sudah diresmikan oleh WHO pada februari lalu. Penyakit yang saat ini sedang mewabah dan ditetapkan sebagai... pandemi termasuk salah satu penyakit yang dapat menular dari manusia ke manusia, sehingga penyebarannya tergolong masif, oleh karena itu diperlukan modalitas deteksi yang cepat untuk mencegah terjadinya penyebaran infeksi yang lebih luas. Tes deteksi cepat atau yang dikenal dengan rapid detection test adalah suatu metode pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi adanya infeksi atau kondisi tertenntu pada tubuh seseorang, yang umumnya menggunakan prinsip imunokoromatografi. Sebenarnya pemeriksaan jenis ini sudah banyak dimanfaatkan pada beberapa kasus, misal untuk deteksi antibodi dengue, untuk deteksi malaria, ataupun untu tes kehamilan. Pada kasus Covid-19 di Indonesia, pemeriksaan rapid test adalah salah satu modalitas yang digunakan secara luas, hampir di seluruh propinsi untuk kepentingan skrining covid-19. Pemeriksaan ini tidak termasuk dalam pemeriksaan diagnostik karena tidak memiliki spesifisitas yang baik. Oleh karenanya setiap hasil rapid test yang reaktif harus dilanjutkan dengan pemeriksaan diagnostik berupa PCR. Pemeriksaan rapid test berbasis deteksi antibodi covid-19 memiliki kasus false positif ataupun false negatif yang cukup tinggi, oleh karenanya tidak bisa dijadikan sebagai alat diagnostik pasti. Pemeriksaan dengan hasil non reaktif atau negatif pun perlu dilakukan pemeriksaan ulang dalam 10 hari ke depan untuk melihat apakah benar benar tidak terinfeksi oleh SARS-CoV2. Read more

Setelah pemeriksaan suhu tubuh, pemerintah Indonesia saat ini gencar melakukan rapid test di berbagai daerah.

Hal ini bertujuan sebagai screening untuk mengetahui dengan lebih pasti siapa saja yang positif terinfeksi Covid-19 agar langkah-langkah pencegahan penyebaran penyakit ini bisa lebih cepat ditangani.

Siapa yang Membutuhkan Rapid Test?

Tidak semua orang perlu melakukan rapid test. Dalam rilis-nya, Kementrian Kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa test deteksi Covid-19 ini diprioritaskan bagi tenaga kesehatan dan orang-orang yang telah melakukan kontak dengan pasien positif Covid-19. [1]

CDC (Centers for Disease Control) dan WHO juga sudah mengeluarkan panduan mengenai siapa saja yang sebaiknya diutamakan untuk mendapatkan tes ini, mengingat semua pihak berpacu dengan waktu dalam mengatasi pandemi ini sehingga pelaksanaan tes harus seoptimal mungkin. [2, 3]

  • Prioritas 1: pasien yang dirawat di rumah sakit & tenaga kesehatan yang menunjukkan gejala
  • Prioritas 2: pasien di fasilitas rawat jangka panjang yang menunjukkan gejala, pasien berusia 65 tahun atau lebih dan menunjukkan gejala, pasien dengan penyakit penyerta, orang yang kontak dengan pasien positif Covid-19 dan menunjukkan gejala
  • Prioritas 3: pekerja infrastruktur yang menunjukkan gejala, orang-orang yang tidak termasuk kelompok 1 & 2 namun menunjukkan gejala, tenaga kesehatan dan orang yang melakukan kontak dengan pasien positif Covid-19 meski tanpa gejala, orang-orang dengan gejala ringan yang tinggal di zona merah
  • Kelompok yang tidak diprioritaskan : orang-orang tanpa gejala

Namun, kebijakan pelaksanaan test untuk Covid-19 juga dikembalikan kepada pemerintah daerah dan fasilitas kesehatan di masing-masing tempat.

Prosedur Rapid Test

Ada dua jenis rapid test yang digunakan untuk mendeteksi infeksi Covid-19, deteksi langsung antigen SARS-CoV-2 dan deteksi antibodi tidak langsung. [2, 3, 4]

Deteksi antigen bisa menemukan komponen virus yang muncul bila terjadi infeksi dengan menggunakan sampel cairan dari nasofaring (swab). Sementara test antibodi bekerja dengan mendeteksi antibodi yang muncul dalam serum sebagai bagian dari respon kekebalan tubuh terhadap virus dengan menggunakan sampel darah. [1, 2, 3, 4, 5]

Indonesia menggunakan rapid test antibodi, bila hasilnya positif maka dilanjutkan dengan test PCR. [1]

Persiapan Rapid Test

Untuk melakukan rapid test, tidak diperlukan persiapan apa-apa. Bahkan di beberapa tempat, test ini dilakukan di jalan melalui sistem “drive-thru”. Namun, ada juga ruang-ruang yang memang disiapkan untuk dijadikan tempat pelaksanaan rapid test, selain di rumah sakit. [1, 2, 3]

Semua prosedur harus dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah pencegahan penularan yang sudah ditetapkan, seperti harus ada jarak antara pasien yang melakukan test, dan tenaga kesehatan yang bertugas mengambil sampel harus memakai APD (alat pelindung diri) yang memadai. [2, 3]

Pelaksanaan Rapid Test

Rapid test antigen: [4, 5]

  • Menggunakan swab (semacam cotton bud berukuran panjang) yang dimasukkan ke rongga antara hidung dan mulut (nasofaring) melalui hidung.
  • Selama 15 detik, swab akan diputar beberapa kali mengusap rongga nasofaring.
  • Setelah itu swab diulang di lubang hidung satu lagi untuk memastikan sampel yang diambil sudah cukup.
  • Kemudian swab dimasukkan ke dalam tabung yang akan dikirim ke laboratorium untuk diperiksa.

Rapid test antibodi dilakukan menggunakan beberapa sampel :

  • Whole blood
  • Serum, yang diambil lewat pembuluh darah vena kemudian dilakukan sentrifugasi. Inilah yang terbaik digunakan untuk rapid antibodi test
  • Kapiler, namun ini tidak direkomendasikan karena tingkat akurasinya rendah

Yang menjadi masalah rapid test antibodi, adalah proses pembentukan antibodi Covid-19 pada tubuh, biasanya membutuhkan waktu cukup panjang sekitar 7 hari.[6]

Maka dari itu, Universitas Padjadjaran (UNPAD) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) melakukan pengujian interaksi fragmen antibodi dengan protein virus. Uji interaksi tersebut berhasil dan data menunjukkan bahwa fragmen antibodi yang dikembangkan bisa mendeteksi antigen.[6]

Pengembangan alat test tersebut diberi nama Deteksi CePAD atau Rapid Test 2.0. Karena menggunakan antigen, maka Rapid Test 2.0. ini lebih murah dan cepat mendeteksi keberadaan virus Covid-19.[7]

Selain Rapid Test 2.0, UNPAD dan ITB juga mengembangkan Surface Plasmon Resonance (SPR). SPR berfungsi seperti PCR yang bisa mendeteksi interaksi virus dengan antibodi. Jika terjadi interaksi maka dapat dikatakan hasilnya positif Covid-19. [7]

Hasil Rapid Test

Antibodi yang terdeteksi pada pemeriksaan rapid test baru terbentuk setelah 7 hari infeksi, sehingga pemeriksaan rapid test antibodi tidak akurat pada infeksi awal. Hasilnya bisa didapat dalam 5-10 menit.

Ini juga menjadi kekurangan dari metode rapid test antibodi, karena tidak bisa digunakan sebagai deteksi dini terjadinya infeksi Covid-19. Padahal, dari saat timbulnya gejala saja pasien sudah bisa menulari orang lain. [4]

Rapid test antibodi di Indonesia juga dilakukan dua kali bila hasil yang pertama negatif, untuk memastikan memang tidak terinfeksi.
Yang harus dilakukan setelah menerima hasil test: [1, 2, 3]

  • Jika positif, maka pasien harus segera diisolasi. Namun, tidak semua perlu ke rumah sakit. Bila gejala yang ditunjukkan hanya ringan hingga sedang, maka bisa melakukan isolasi mandiri di rumah. Bila termasuk kelompok risiko tinggi – seperti lansia atau memiliki penyakit lain – maka tenaga kesehatan akan menentukan perawatan lanjutannya.
  • Jika negatif, maka mungkin pada saat sample diambil memang belum terinfeksi. Namun, bukan berarti tidak sakit atau tertular. Bisa saja ketika pelaksanaan test pasien masih dalam tahap terinfeksi yang sangat awal sehingga ada kemungkinan hasil tes akan menjadi positif jika di-tes kembali. Dengan kata lain, pasien yang hasil tes-nya negatif bukan berarti kebal , sehingga harus tetap menjalankan langkah-langkah pencegahan penularan atau tertular.

Catatan

Karena penyediaan alat rapid test Covid-19 di Indonesia masih terbatas, maka langkah ini masih tetap harus didahului dengan pencegahan penularan dengan kesadaran dari tiap-tiap orang.

Pemutusan rantai penularan Covid-19 dengan tidak keluar rumah bila tidak perlu, mencuci tangan, menjaga jarak, memakai masker, dan mematuhi etika bersin dan batuk harus tetap dilaksanakan.

Orang yang tidak melakukan rapid test namun sudah menunjukkan gejala ringan, harus mengisolasi diri di rumah. Bila gejala memburuk, segera hubungi nomer 119 extension 9 atau fasilitas kesehatan terdekat.

Pemeriksaan rapid test antibodi yang hasilnya positif harus dilanjutkan dengan pemeriksaan PCR untuk konfirmasi diagnosis dengan spesifisitas yang tinggi.

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment