Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Sindrom Peter Pan adalah istilah yang digunakan ketika seseorang yang telah mencapai usia dewasa tidak ingin berkembang dan mengemban tanggung jawab seperti orang seusianya. Istilah ini sebenarnya bukan
Daftar isi
Sindrom Peter Pan yaitu kondisi di mana orang dewasa tidak ingin menjadi dewasa dan mengambil tanggung jawab selayaknya orang seusianya[1].
Istilah sindrom Peter Pan diambil dari nama karakter novel J. M. Barrie, “Peter Pan and Wendie”. Istilah ini pertama kali digunakan dalam buku Dr. Dan Kiley tahun 1983, “Peter Pan Syndrome: Men Who Have Never Grown Up”[2].
Sindrom Peter Pen sampai saat ini belum dianggap sebagai psikopatologi, dan WHO juga belum mengakuinya sebagai suatu gangguan psikologis. Meski demikian jumlah orang dewasa yang menunjukkan perilaku belum dewasa secara emosional menunjukkan peningkatan pada masyarakat Barat[3, 4].
Penderita sindrom ini biasanya enggan memasuki kehidupan dewasa, tidak mau bekerja atau mengambil tanggung jawab, serta mengharapkan semua orang di sekitarnya untuk mendukung gaya hidupnya[1].
Sindrom Peter Pan dapat mempengaruhi pria maupun wanita pada semua ras. Sindrom Peter Pan lebih umum pada pria dibandingkan wanita[2, 4].
Di samping sindrom Peter Pan, terdapat sindrom Wendy, yaitu orang yang berperan seperti ibu untuk Peter Pan. Istilah sindrom Wendy mengacu pada wanita di belakang Peter Pan, dengan kata lain seseorang yang menanggung hal-hal yang tidak dilakukan Peter Pan[4].
Orang dengan sindrom Wendy membuat setiap keputusan dan mengambil tanggung jawab dari penderita sindrom Peter Pan. Biasanya orang ini ditemukan di antara orang-orang yang dekat dengan penderita sindrom Peter Pan[4].
Penyebab pasti dari sindrom Peter Pan sering kali tidak diketahui. Berikut faktor yang diduga berperan dalam timbulnya sindrom Peter Pan[1, 2, 5]:
Beberapa anak terlalu dimanjakan oleh orang tuanya saat kecil. Orang tua yang memanjakan dapat tidak pernah mendisiplinkan anak atau mengajarkan kemampuan hidup keterampilan hidup, lalu ketika anak sudah dewasa orang tua masih memanjakan mereka. Anak yang terlalu dimanjakan berpotensi menjadi enggan mengambil tanggung jawab.
Orang tua permisif sering kali tidak menentukan batasan untuk perilaku anak, sehingga anak tumbuh dengan anggapan ia dapat bertindak semaunya. Orang tua permisif akan mengurus jika terjadi kesalahan dan melindungi anak, akibatnya anak tidak mempelajari bahwa tindakan mereka memiliki konsekuensi tertentu.
Orang tua protektif memberikan masa kecil yang menyenangkan bagi anak, namun dapat mengakibatkan anak gagal mempelajari kemampuan finansial, perawatan rumah, dan perilaku untuk menjaga hubungan dengan orang lain. Orang tua yang terlalu protektif dapat membuat anak merasa bahwa dunia orang dewasa menakutkan dan penuh kesulitan.
Orang yang mengalami kekerasan saat anak-anak dapat merasa perlu untuk mengejar ketinggalan masa kecil mereka setelah menjadi dewasa. Saat dewasa, orang akan terpisah dari orang tua dan dapat melakukan apa pun yang diinginkan, sehingga mereka dapat regress menjadi anak-anak untuk mendapatkan rasa aman.
Merasa nostalgia pada masa kecil merupakan ciri yang dimiliki oleh banyak orang, tidak hanya penderita sindrom Peter Pan. Banyak orang dewasa yang merasa nyaman saat mengingat masa kecil dan merindukan beberapa hal dari masa itu.
Namun pada penderita sindrom Peter Pan dapat terobsesi oleh perasaan tersebut. Mereka dapat menghabiskan banyak waktu untuk melihat ke masa lalu, sehingga dapat tidak melihat hal di masa sekarang atau merasa takut untuk menerima perubahan yang terjadi.
Banyak pekerjaan yang menuntut waktu lama dengan upah yang minimalis sehingga pekerja dihadapkan pada ketidakmampuan untuk berprogres dan meraih tujuan hidup. Jika seseorang tidak dapat berprogres, maka ia dapat mengalami kemunduran.
Orang tersebut perlu perlarian dari hidup dan realitasnya. Escapism (pelarian dari realitas) dapat menjadi hal yang baik, tapi menghindari tanggung jawab dapat berdampak buruk.
Pendidikan formal yang dilakukan sering kali tidak mencangkup pengajaran mengenai kemampuan yang diperlukan untuk menjadi bagian produktif dalam masyarakat. Mengajarkan sains dan pengetahuan pada anak memang penting, namun mengajari keterampilan hidup yang diperlukan juga sama pentingnya. Beberapa orang yang merasa tidak siap menjadi dewasa dan kurang kemampuan dapat memilih untuk menghindari tanggung jawab.
Ahli psikologi Humbelina Robles Ortega berpendapat bahwa orang dengan sindrom Peter Pan memiliki ketakutan pada kesepian. Sehingga mereka terus menerus mengharapkan orang lain untuk mengurus/memperhatikan mereka.
Sindrom Peter Pan belum diklasifikasikan secara klinis, sehingga tidak terdapat daftar resmi tentang gejala untuk mengidentifikasi kondisi ini. Tidak semua orang yang menunjukkan kecenderungan sikap kekanakan seperti rasa ingin tahu, suka bercanda, atau menyukai hal-hal yang berkaitan dengan anak-anak mengalami sindrom Peter Pan[1].
Berikut beberapa gejala sindrom Peter Pan[1, 5]:
Kebanyakan pekerjaan menuntut untuk datang setiap hari dan menyita waktu berjam-jam. Selain itu, banyak pula pekerjaan yang tidak memberikan upah yang memuaskan. Dapat disebut kebanyakan pekerjaan tidak menyenangkan.
Orang dengan sindrom Peter Pan tidak tertarik pada pekerjaan dan tidak termotivasi untuk mendapatkan pekerjaan. Jika mereka memiliki pekerjaan, mereka dapat bersikap kendur dan tidak berusaha meningkatkan karir atau terus-menerus diberhentikan dari berbagai pekerjaan.
Orang dewasa dihadapkan pada berbagai situasi dan harus belajar untuk mengatasinya. Namun orang dengan sindrom Peter Pan dapat mengalami kesulitan jika dihadapkan pada argumen atau stres. Penderita sindrom Peter Pan dapat memilih berteriak atau bertingkah kasar alih-alih mendiskusikan masalah secara baik-baik.
Orang normal kadang dapat kehilangan kesabaran dan menjadi marah berlebihan. Sedangkan penderita sindrom Peter Pan menunjukkan perilaku yang menolak untuk menyelesaikan masalah secara terus menerus.
Seseorang dengan sindrom Peter Pan dapat tertarik dalam berhubungan, tapi hubungan itu sering kali berakhir dalam waktu singkat. Penderita sindrom Peter Pan tidak sekedar ingin bebas dan tidak belum ingin menetap dalam suatu hubungan, mereka tidak berniat untuk memiliki hubungan jangka panjang sama sekali selama hidupnya.
Banyak dari penderita sindrom Peter Pan yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol berlebih dan obat berbahaya. Kebiasaan ini tergolong umum dilakukan remaja, namun jika masih dilakukan setelah usia dewasa, dapat mengindikasikan bahwa orang tersebut mengalami ketergantungan atau menolak untuk sadar dan bertanggung jawab.
Setiap orang dapat mengalami kesalahan atau gagal melakukan sesuatu sesekali. Orang dengan sindrom Peter Pan menunjukkan pola perilaku yang terus menerus tidak dapat diandalkan. Penderita sindrom Peter Pan cenderung melanggar janji dan membuat alasan berlebihan.
Penderita sindrom Peter Pan dapat tidak pernah mengakui kesalahan sendiri dan justru menyalahkan orang lain meski semua bukti menunjukkan bahwa dia yang bersalah. Hal ini dikarenakan orang dengan sindrom Peter Pan tidak bisa mengemban tanggung jawab.
Penderita sindrom Peter Pan biasanya tidak ingin memperbaiki diri sendiri. Mereka tidak pernah memperbaiki kesalahan atau tumbuh sebagai seorang dewasa.
Penderita sindrom Peter Pan dapat menunjukkan perilaku seperti berikut[2, 3]:
Sindrom Peter Pan lebih merupakan serangkaian perilaku daripada diagnosis resmi. Karena kondisi ini belum terdaftar dalam manual diagnostik, biasanya dokter mendiagnosis pasien berdasarkan gejala atau perilaku yang ditunjukkan[1, 2].
Menurut Dr. Dan Kiley, orang dengan sindrom Peter Pan memiliki tujuh tanda psikologis berikut[6]:
Penderita sindrom Peter Pan dapat menimbulkan masalah untuk orang-orang di sekitarnya. Pasangan dari penderita sindrom Peter Pan dapat menjadi kerepotan dan kelelahan karena harus mengembang semua tanggung jawab rumah tangga sendirian. Kemungkinan orang tua dari penderita sindrom Peter Pan harus terus menerus memberikan dukungan finansial[5].
Sementara penderita sindrom Peter Pan sendiri dapat tidak menganggap kondisinya sebagai suatu masalah. Kebanyakan dari mereka baru mencari pengobatan ketika terancam kehilangan hubungan dengan orang-orang yang mendukung mereka[5].
Kerabat dan orang dekat dengan penderita sindrom Peter Pan sebaiknya memberikan Batasan yang jelas dan meyakinkan penderita untuk mendapatkan pengobatan. Pengobatan untuk sindrom Peter Pan ialah dengan konseling atau terapi[2, 5].
Terapi keluarga atau konseling pasangan dapat membantu seluruh keluarga untuk memahami situasi bersama. Terapi akan membantu untuk lebih memahami kontribusi masing-masing dan membangun hubungan yang lebih sehat dan seimbang[5].
Penderita sindrom Peter Pan juga dapat melakukan konseling individual. Dalam konseling ini, terapis akan membantu penderita sindrom untuk memahami kondisinya yang menolak tumbuh, mengatasi faktor penyebab, dan membuat rencana untuk transisi menjadi orang dewasa[1, 5].
Terapis dapat memberikan dukungan tanpa menghakimi dengan membantu mengevaluasi pola hidup dan mengamati bagaimana dampaknya terhadap hubungan dan kesempatan sukses[2].
Sindrom Peter Pan biasanya tidak dapat dicegah. Meski demikian menghindari faktor-faktor pemicu kondisi dapat mengurangi risiko seorang anak untuk mengalami kondisi ini[6].
Berikut beberapa kiat yang dapat dilakukan[6]:
1. Stephanie Kirby, reviewed by Aaron Horn. Peter Pan Syndrome: The Science Behind It, What It Is & How to Treat It. Better Help; 2020.
2. Crystal Raypole, reviewed by Timothy J. Legg, Ph.D, CRNP. Peter Pan Syndrome: When People Just Can’t Grow Up. Healthline; 2020.
3. Danielle Page. Are You in A Relationship with ‘Peter Pan’? Here’s How to Tell. NBC News; 2019.
4. University of Granada. Overprotecting Parents Can Lead Children to Develop ‘Peter Pan Syndrome’. Science Daily; 2007.
5. Zawn Villines. Peter Pan Syndrome: When Adults Refuse to Grow Up. Good Therapy; 2018.
6. Anonim. What is Peter Pan Syndrome? Dr. Nathan Brandon Online Therapy; 2021.