Sindrom Terowongan Kubital: Penyebab – Gejala dan Cara Mengobati
√ Scientific BasePass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info
Scientific review by: Tim Riset IDNmedis
Sindrom terowongan kubital (cubital tunnel syndrome) merupakan sindrom jebakan saraf perifer yang paling umum. [7]
Berdasarkan Journal of Bone & Joint Surgery (2017), bahwa prevalensi sindrom terowongan kubital pada populasi umum belum ditetapkan sebelumnya. Namun, angka kejadian yang dilaporkan setiap tahunnya sangat bervariasi dari 24,7 hingga 800 dari 100.000 orang per tahun. [6]
Di Indonesia, prevalensi sindrom terowongan kubital belum dapat diketahui secara pasti.
Sindrom terowongan kubital juga dikenal sebagai neuropati ulnar, yaitu suatu kondisi ketika saraf ulnaris di bagian dalam siku, terluka dan mengalami radang, bengkak, dan teriritasi. [1, 2]
Sindrom terowongan kubital menyebabkan rasa sakit saat Anda menekan saraf ulnaris di siku Anda. [2]
Saraf ulnaris adalah saraf yang memajang mulai dari leher hingga jari-jari Anda. Pada siku, saraf ini bergerak melalui terowongankubital yakni, terowongan yang tersusun atas otot, tulang dan ligamen. [2]
Jenis-jenis Sindrom Terowongan Kubital
Pasien dengan sindrom terowongan kubital dapat dibagi menjadi tiga jenis: Ringan, sedang dan berat. [5]
Pasien yang tergolong ringan memiliki gejala berupa kelemahan otot, fleksibilitas buruk, dan disarankan untuk menjalani pengobatan konservatif termasuk mengkonsumsi obat-obat antiinflamasi nonsteroid.
Pasien yang tergolong sedang memiliki gejala berupa Kekuatan genggaman tangan yang lemah dan gerakan yang terbatas dan harus menjalani pengobatan dekompresi saraf ulnaris.
Pasien yang tergolong berat memiliki gejala berupa atrofi atau penurunan massa otot, gagal menggerakkan jari dan perlu menjalani operasi transposisi anterior.
Fakta Sindrom Terowongan Kubital
Berikut ini adalah sejumlah fakta menarik yang perlu Anda ketahui tentang mata juling atau sindrom terowongan kubital: [1, 2]
Sindrom terowongan kubital dikenal juga sebagai neuropati ulnaris, merupakan sindrom yang terjadi di siku.
Sindrom terowongan kubital dapat terjadi ketika seseorang sering menekuk siku, bersandar pada siku terlalu lama, atau mengalami cedera pada area tersebut. Dalam banyak kasus, penyebabnya tidak diketahui.
Gejala yang paling umum dari sindrom terowongan kubital adalah mati rasa, kesemutan, dan rasa sakit di tangan atau cincin dan jari kelingking, terutama ketika siku ditekuk.
Sindrom terowongan kubital dapat diobati dengan istirahat dan obat-obatan untuk membantu mengatasi rasa sakit dan peradangan. Selain itu, latihan juga bisa membantu. Dalam beberapa kasus, operasi dapat dilakukan.
Penyebab Sindrom Terowongan Kubital
Ada beberapa penyebab sindrom terowongan kubital diantaranya adalah: [2, 3, 4]
Tekanan: bersandar pada siku Anda dapat menekan saraf, sehingga meningkatkan risiko terjadinya sindrom terowongan kubital. Selain itu, dalam kasus yang jarang, sindrom terowongan kubital juga bisa terjadi akibat pertumbuhan tulang yang tidak normal pada siku atau dari aktivitas fisik yang intens yang meningkatkan tekanan pada saraf ulnaris. Kasus tersebut biasanya dialami oleh pelempar bola baseball. Gerakan memutar yang dilakukan pelempar baseball untuk melempar slider dapat merusak ligamen halus di siku.
Peregangan: menekuk siku untuk waktu yang lama, seperti saat berbicara di ponsel atau tidur dengan tangan dibengkokkan di bawah bantal dapat meregangkan saraf di belakang siku.
Anatomi: kadang-kadang, saraf ulnaris tidak menetap di tempatnya dan bergerak melewati tonjolan tulang saat siku digerakkan. Gerakan berulang dapat mengiritasi saraf. Terkadang, jaringan lunak di atas saraf menjadi lebih tebal atau ada “ekstra” otot di atas saraf yang dapat membuatnya tidak berfungsi dengan baik.
Kondisi medis: Sejumlah kondisi medis seperti artritis, taji tulang, dan fraktur atau dislokasi siku juga dapat menjadi penyebab sindrom terowongan kubital.
Artritis: peradangan pada sendi yang menyebabkan sendi kaku.
Taji tulang: suatu kondisi dimana terdapat tonjolan pada tulang tumit yang disebabkan oleh menumpuknya kalsium.
Dislokasi siku: cedera sendi yang terjadi ketika siku mengalami perubahan dari posisi normalnya.
Gejala-gejala Sindrom Terowongan Kubital
Gejala awal sindrom terowongan kubital meliputi: [4]
Nyeri dan mati rasa di siku.
Kesemutan, terutama di lengan dan jari-jari.
Gejala-gejala sindrom terowongan kubital dapat berkembang menjadi lebih parah, biasanya kondisi tersebut menjadi parah karena siku ditekuk untuk waktu yang lama atau terkompresi. Gejala yang lebih parah dari sindrom terowongan kubital meliputi: [1, 4]
Kelemahan otot pada jari-jari terutama jari kelingking dan jari manis.
Penurunan kemampuan mencubit ibu jari dan jari kelingking.
Kemampuan untuk menggenggam tangan secara keseluruhan menurun.
Pengecilan otot di tangan.
Cacat pada tangan.
Gejala sindrom terowongan kubital mungkin tampak seperti kondisi atau masalah kesehatan lainnya, termasuk siku pegolf (epikondilitis medial), yaitu suatu kondisi dimana terjadi peradangan atau iritasi tendon yang menyerang bagian dalam siku.
Kapan Anda harus periksa ke dokter?
Jika Anda mengalami gejala sindrom terowongan kubital seperti:
Rasa sakit atau kesulitan bergerak yang memengaruhi aktivitas sehari-hari Anda.
Rasa sakit tidak membaik atau semakin buruk setelah perawatan.
Mati rasa, kesemutan atau kelemahan otot di lengan atau tangan.
Segeralah kunjungi dokter Anda untuk melakukan pemeriksaan. Dokter Anda dapat mendiagnosis sindrom terowongan kubital dengan pemeriksaan fisik.
Atau ia juga dapat melakukan tes yang disebut elektromiografi. Melalui tes tersebut dokter Anda dapat mengkonfirmasi diagnosis, mengidentifikasi area kerusakan saraf , dan dapat ditentukan tingkat keparahan kondisi tersebut. [4]
Diagnosis Sindrom Terowongan Kubital
Untuk mendiagnosis sindrom terowongan kubital, pertama-tama dokter perlu mengajukan sejumlah pertanyaan tentang gejala yang dialami pasien dan riwayat medis yang dimiliki pasien, serta melakukan pemeriksaan fisik.
Selain riwayat medis lengkap dan pemeriksaan fisik, tes diagnostik juga diperlukan. Tes diagnostik untuk sindrom terowongan kubital dapat meliputi: [2]
Tes konduksi saraf: Sebuah tes untuk mengetahui seberapa cepat sinyal bergerak ke saraf untuk menemukan kompresi atau penyempitan saraf.
Elektromiogram (EMG): Tes ini bertujuan untuk memeriksa fungsi saraf dan otot dan dapat digunakan untuk menguji otot lengan yang dikendalikan oleh saraf ulnaris. Jika otot tidak bekerja sebagaimana mestinya, itu berarti tanda bahwa ada masalah dengan saraf ulnaris Anda.
Sinar-X: Tes Ini dilakukan untuk melihat tulang-tulang siku dan melihat apakah Anda menderita artritis atau taji tulang di siku Anda.
Pengobatan Sindrom Terowongan Kubital
Pengobatan di Rumah
Beberapa perawatan di rumah dapat bermanfaat meredakan gejala sindrom terowongan kubital.
Awalnya, cara termudah untuk mengatasi sindrom terowongan cubiti adalah dengan menghindari tindakan yang bisa mengiritasi gejala, seperti: [1]
Tidur dengan posisi siku ditekuk.
Memegang telepon dalam waktu yang lama.
Mengetik dalam waktu yang lama.
Memegang buku atau tablet dalam waktu yang lama.
Duduk sambil menyandarkan tangan dalam waktu yang lama.
Bersandar pada siku.
Mengemudi dalam waktu yang lama.
Mengemudi dengan lengan bertumpu pada jendela yang terbuka.
Perawatan rumah tambahan yang dapat Anda coba meliputi: [1]
Istirahatkan lengan dan siku jika memungkinkan.
Gunakan kompres es yang dibungkus kain atau handuk ke area yang sakit selama 10 hingga 15 menit beberapa kali sehari.
Bungkus lengan yang terdampak dengan bantalan, seperti kain, handuk, atau bantal, atau kenakan belat siku di malam hari untuk mencegah siku menekuk.
Minum obat antiinflamasi bebas, seperti aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) lainnya.
Sesuaikan komputer atau ruang kerja penulisan sehingga posisi kursi tidak lebih rendah dari permukaan meja.
Kenakan bantalan siku di siang hari untuk memberi perlindungan selama beraktivitas sehari-hari.
Hindari pakaian atau peralatan olahraga yang dapat menekan atau membatasi siku.
Perawatan Medis
Jika perawatan ini tidak berhasil, Anda dapat direkomendasikan oleh dokter untuk melakukan perawatan medis, seperti: terapi fisik, suntikan steroid dan atau operasi. [1, 2, 3]
Terapi Fisik
Untuk sebagian besar kasus sindrom terowongan kubital, dokter akan meresepkan brace elbow atau padded brace/belat untuk dipakai orang pada malam hari. Alat tersebut dapat membantu untuk mencegah penekukan siku.
Atau Anda juga dapat menggunakan bantalan siku pelindung selama beraktivitas sehari-hari agar melindungi Anda terhadap iritasi kronis dari permukaan yang keras.
Terapi fisik ini biasanya dibutuhkan setelah operasi. [1]
Suntikan Steroid
Dokter dapat menyarankan Anda melaksanakan suntik steroid untuk membantu mengurangi pembengkakan dan rasa sakit. [2]
Operasi
Jika gejala yang Anda alami parah atau berlangsung lebih dari 6 minggu Anda harus berkonsultasi dengan dokter Anda.
Operasi biasanya diperlukan pada sindrom kasus sindrom terowongan kubital dengan gejala yang ekstrem, kronis, atau tidak menanggapi bentuk pengobatan lain. Operasi berguna untuk meringankan tekanan pada saraf dan mengobati kelemahan otot di tangan.
Operasi dilakukan oleh dokter bedah dengan cara meregang dan melepaskan saraf ulnaris yang sakit. Kemudian dokter akan menggerakkan saraf ke bagian depan siku, dan / atau mengeluarkan sebagian darinya.
Pasien dapat membutuhkan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan untuk pemulihan setelah operasi dan setelah operasi, pasien terkadang memerlukan terapi.
Waktu yang dibutuhkan untuk pulih pada setiap orang bervariasi tergantung pada tingkat keparahan gejalanya. Dalam kasus yang parah, pasien dapat terus mengalami gejala bahkan setelah operasi.
Namun, sekitar 85 persen orang dengan kompresi saraf yang parah yang tidak membaik dengan perawatan lain dapat membaik dengan operasi terowongan kubital. [1, 2, 3]
Cara Mencegah Sindrom Terowongan Kubital
Berikut ini Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah sindrom terowongan kubital, yaitu: [4]
Jaga agar lengan Anda selalu fleksibel dan kuat.
Jangan bertumpu dengan siku Anda, terutama pada permukaan yang keras.
Lakukan pemanasan sebelum berolahraga atau menggunakan lengan Anda untuk olahraga atau gerakan berulang lainnya.
Apa saja yang perlu Anda lakukan sebelum dan saat berkunjung ke dokter?
Agar kunjungan Anda berjalan maksimal, beberapa hal berikut ini harus Anda lakukan sebelum dan saat berkunjung ke dokter: [2]
Anda perlu mengetahui alasan kunjungan Anda dan apa yang Anda inginkan.
Sebelum kunjungan Anda, tuliskan pertanyaan yang ingin Anda ajukan kepada dokter Anda.
Ajak seseorang untuk membantu Anda mengajukan pertanyaan dan mengingat apa yang dikatakan oleh doker Anda.
Pada kunjungan tersebut, tuliskan nama diagnosis baru, dan obat-obatan, perawatan, atau tes yang dibutuhkan. Catat juga instruksi baru yang diberikan dokter kepada Anda.
Ketahui mengapa obat atau pengobatan diresepkan, dan bagaimana itu akan membantu Anda. Juga tahu apa efek sampingnya.
Tanyakan apakah kondisi Anda dapat diobati dengan cara lain.
Ketahui mengapa tes atau prosedur direkomendasikan dan apa hasil dari tes terseut.
Ketahui apa yang diharapkan jika Anda tidak minum obat atau menjalani tes atau prosedur.
Jika Anda memiliki janji lanjutan, tulis tanggal, waktu, dan tujuan kunjungan itu.
1. William Morrison, M.D. Jennifer Huizen. How does cubital tunnel syndrome occur?. Medical news today; 2018
2. Anonim. Cubital Tunnel Syndrome. cedars-Sinai; 2020
3. Anonim. Cubital Tunnel Syndrome. American Society for Surgery of the Hand; 2015
Cubital and Radial Tunnel Syndrome
4. Jennifer Robinson, MD. Cubital and Radial Tunnel Syndrome. WebMD; 2018
5. CUI QING, JIANHUA ZHANG, SHIDONG WU, ZHAO LING, SHUANCHI WANG, HAORAN LI, and HAIQING LI. Clinical classification and treatment of cubital tunnel syndrome. Experimental and Therapeutic Medicine; 2014
6. Tonya W. An, MD, MA, Bradley A. Evanoff, MD, MPH, Martin I. Boyer, MD, MSc, and Daniel A. Osei, MD. The Prevalence of Cubital Tunnel Syndrome: A Cross-Sectional Study in a U.S. Metropolitan Cohort. The journal of bone & joint surgery; 2017
7. John J. Pisquiy, MHA , Andrew G. Chan, MD, MPH, Gautham Prabhakar, BA, Nicholas Kusnezov, MD, John C. Dunn, MD. Incidence of Cubital Tunnel Syndrome in the U.S. Military Population. Journal of Hand Surgery; 2019