Tindakan Medis

Sistometri: Fungsi, Prosedur dan Hasilnya

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Fungsi Sistometri

Sistometri merupakan sebuah tindakan medis untuk memeriksa kapasitas dan ada tidaknya kelainan pada kandung kemih. Prosedur ini mengukur berapa banyak cairan yang bisa ditampung kandung kemih, berapa banyak cairan yang menyebabkan pasien merasa ingin berkemih, dan tekanan dari aliran kemih.[1]

Sistometri berfungsi untuk membantu dokter mendiagnosa masalah yang berkaitan dengan kontrol urin, seperti:[2]

  • Inkontinensia urine, kondisi di mana seseorang tidak mampu mengontrol keluarnya urin sehingga pengidap bisa mengeluarkan urin tanpa sadar
  • Retensi urine, gangguan fungsi kandung kemih yang membuat seseorang kesulitan mengeluarkan urin
  • Overactive bladder, keinginan untuk berkemih secara tiba-tiba dan frekuensinya meningkat pada siang serta malam hari.[3]
  • Infeksi saluran kemih

Kondisi yang Membutuhkan Sistometri

Pasien yang disarankan untuk melakukan prosedur sistometri adalah pasien dengan kondisi sebagai berikut:[1]

  • Prostatis bakteri, infeksi pada kelenjar prostat yang menyebabkan nyeri panggul dan demam akibat adanya bakteri yang berasal dari saluran kemih masuk ke dalam prostat.[4]
  • Cedera tulang belakang
  • Ukuran prostat membesar
  • Penyakit saraf, contohnya multiple sclerosis (gangguan saraf pada otak, mata, dan tulang belakang)
  • Stroke

Persiapan dan Prosedur Sistometri

Sebelum menjalani prosedur sistometri pasien diminta untuk memberitahu obat, vitamin, dan suplemen apa saja yang sedang dikonsumsi kepada dokter.

Pasien tidak perlu berpuasa, karena biasanya sehari sebelum prosedur atau saat hari dilakukannya sistometri, dokter akan memberikan antibiotik untuk diminum.[5]

Pasien membutuhkan waktu sekitar 20 sampai 30 menit untuk menyelesaikan prosedur sistometri.[1]

Sebelum menggunakan instrumen untuk memeriksa kandung kemih, dokter akan meminta pasien buang air kecil terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk mengetahui:[1]

  • Waktu yang diperlukan untuk mulai berkemih
  • Ukuran dan kekuatan aliran kencing
  • Jumlah urine yang dikeluarkan
  • Waktu yang dibutuhkan untuk mengosongkan kandung kemih

Setelahnya dokter akan melakukan langkah-langkah dari rangkaian prosedur sistometri yang meliputi:[2]

  • Pasien berbaring di meja pemeriksaan
  • Dokter memasukkan selang tipis atau kateter ke dalam saluran kencing sampai kandung kemih. Kateter berfungsi untuk mengukur berapa banyak urin yang masih ada di kandung kemih pasien
  • Selanjutnya, dokter akan memasukkan kateter kedua ke dalam rektum atau vagina untuk mengukur tekanan perut dengan elektroda yang ditempelkan pada kedua sisi lubang anal untuk mengukur fungsi otot
  • Dokter akan mengisi kandung kemih dengan cairan hangat. Pasien diminta untuk menjelaskan apa yang dirasakan ketika dialiri cairan tersebut, seperti merasa hangat, ingin buang air kecil atau sakit
  • Setelahnya, cairan akan dikeluarkan melalui kateter
  • Sebuah alat yang disebut sistometer yang terpasang di kateter akan mengukur tekanan di kandung kemih
  • Dokter akan memasukkan cairan atau gas ke dalam kandung kemih lagi, dan meminta pasien untuk memberitahu kapan ingin buang air kecil serta kapan pasien merasa penuh pada kandung kemih
  • Setelah kandung kemih pasien penuh, pasien diminta untuk buang air kecil ke toilet portable yang telah di sediakan
  • Dokter akan mengukur tekanan aliran kencing pasien.
  • Dokter kemudian membuang seluruh cairan yang tersisa dalam kandung kemih dan melepas kateter.

Setelah melakukan pemeriksaan sistometri pasien dilarang untuk mengonsumsi minuman berkafein, berkarbonasi, atau alkohol karena dapat mengiritasi lapisan kandung kemih. [5]

Tidak ada pantangan untuk konsumsi makanan. Pasien juga bisa beraktivitas seperti biasa di hari yang sama saat menjalani prosedur sistometri.[5]

Pasien dianjurkan untuk meningkatkan konsumsi cairan mengencerkan urine dan mengurangi rasa tidak nyaman saat buang air kecil.[1]

Risiko Sistometri

Pasien mungkin merasa tidak nyaman saat buang air kecil selama beberapa hari setelah menjalani prosedur sistometri, dan urin pasien mungkin akan mengandung sedikit darah.[1]

Beberapa pasien melaporkan bahwa mereka mengalami infeksi saluran kencing setelah sistometri. Segera hubungi dokter apabila terjadi gejala-gejala sebagai berikut:[1]

  • Demam
  • Menggigil
  • Darah yang banyak dalam air seni
  • Nyeri yang memburuk

Hasil Sistometri

Hasil pemeriksaan, bisa terdiri dari dua kemungkinan, yaitu:[6]

  • Normal, apabila tidak ditemukan kelainan apapun pada kandung kemih setelah melakukan pemeriksaan.
  • Abnormal, ditemukan indikasi kelainan pada kandung kemih yang mungkin disebabkan oleh pembesaran prostat, multiple sclerosis, cedera tulang belakang, stroke, dan infeksi saluran kemih.

1. Steven Kim, MD dan Ann Pietrangelo. 2017. Healthline. Cystometric Study.
2. Anonim. 2019. Urology Health. Cystometri.
3. Marcus J Drake. 2014. National Library of Medicine. Do we need a new definition of the overactive bladder syndrome? ICI-RS 2013
4. Timothy J Coker dan Daniel M Dierfeldt. 2016. National Library of Medicine. Acute Bacterial Prostatitis: Diagnosis and Management.
5. Anonim. 2020. Mid Michigan. Cystometri.
6. Sovrin M. Shah, MD, VeriMed Healthcare dan David Zieve, MD, MHA. 2019. Medline Plus. Cystometric Study.

Share