Sekitar 3% dari bayi mengalami alergi setidaknya pada satu makanan. Sehingga saat bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI (MPASI), tidak jarang orang tua merasa khawatir kalau anaknya akan mengalami alergi[1, 2].
Bayi memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami alergi jika anggota keluarga dekat (seperti ayah atau ibu) juga memiliki alergi makanan. Namun riwayat alergi makanan dalam keluarga dan kondisi serupa tidak selalu menjadi tanda yang tepat untuk mengindikasikan bahwa bayi juga akan memiliki alergi[1, 2].
Pada kasus alergi makanan, tubuh bereaksi dengan menganggap produk makanan tertentu sebagai substansi berbahaya. Sehingga sistem kekebalan tubuh akan melakukan perlawanan dan membuat antibodi terhadap makanan tersebut. Reaksi inilah yang menimbulkan gejala alergi[3].
Alergi makanan dapat menyebabkan reaksi ringan hingga reaksi berat dan berbahaya. Oleh karena itu, mengenali gejala reaksi alergi terhadap MPASI merupakan hal yang penting[2].
Tanda-tanda bayi alergi makanan pendamping ASI dapat dibedakan menjadi dua, yaitu reaksi ringan dan reaksi berat. Berikut informasinya:
Daftar isi
Kebanyakan bayi dengan alergi makanan mengalami reaksi alergi ringan. Namun reaksi alergi makanan ringan pada bayi dapat sulit untuk dibedakan dengan penyakit lain[1, 3].
Gejala dapat muncul dalam beberapa menit atau beberapa jam setelah konsumsi. Perlu diperhatikan gejala yang cenderung terjadi bersamaan dan apakah gejala muncul segera setelah makan[1].
Reaksi alergi ringan meliputi:
Kolik bukan suatu penyakit atau diagnosis spesifik. Kolik merupakan istilah untuk mendeskripsikan ketika bayi menangis tanpa bisa ditenangkan selama 3 jam sehari, 3 hari seminggu, selama setidaknya 3 minggu[1].
Kolik biasanya memiliki pola yang dapat diprediksi. Kolik dapat dikenali dengan gejala seperti:
Selain karena alergi makanan, kolik dapat terjadi akibat beberapa kondisi lain seperti overstimulasi atau masalah pencernaan. Sehingga kolik terkait alergi sering kali sulit untuk dibedakan. Untuk mengenali alergi, sebaiknya perhatikan gejala lain yang menyertai[1].
Alergi makanan dapat menyebabkan gatal-gatal di sekujur tubuh. Gatal dapat sulit dikenali pada bayi yang masih berusia terlalu muda[1].
Sebelum bayi cukup usia untuk dapat menggaruk bagian tubuh yang gatal, biasanya bayi akan menggeliat saat berusaha mengusap bagian yang gatal. Bayi juga dapat terlihat rewel[1].
Ruam eksim dapat tersusun dari benjolan merah kecil, atau terlihat seperti kulit kering yang bersisik. Eksim pada bayi dapat terlihat berbeda-beda bergantung pada usia bayi[1, 4].
Urtikaria (biduran) ditandai dengan benjolan-benjolan merah atau merah muda dengan pusat berwarna pucat. Urtikaria bisa terasa sangat gatal. Urtikaria akibat alergi makanan sifatnya menyebar di sekujur tubuh dan biasanya hilang dengan sendirinya dalam sekitar 6 jam[1, 4].
Urtikaria dapat memiliki ukuran yang berbeda-beda, mulai dari setengah 1 cm hingga beberapa puluh cm. Urtikaria memiliki bentuk yang tidak pasti dan terkadang tidak beraturan, serta dapat timbul pada bagian tubuh mana pun[1, 4].
Bayi dapat mengalami bengkak pada wajah, terutama pada bagian bibir dan sekitar mata. Kondisi ini disebut sebagai angioedema[1].
Alergi makanan dapat mengakibatkan beberapa gejala pencernaan, seperti[1, 3]:
Alergi makanan pendamping ASI dapat menimbulkan gejala alergi umum seperti[1, 2]:
Dalam mengenali tanda alergi, perlu diingat bahwa setiap bayi dapat memiliki reaksi yang berbeda. Gejala yang timbul juga dapat berbeda antara satu reaksi alergi dengan reaksi alergi selanjutnya. Hal ini mengakibatkan reaksi alergi sulit untuk diprediksi[3]
Saat bayi mencapai usia untuk diberikan makanan pendamping ASI, sebaiknya orang tua mengenalkan makanan satu per satu. Dengan demikian, jika terjadi reaksi alergi akan lebih mudah untuk mengidentifikasi penyebabnya[2].
Pada kebanyakan anak, alergi makanan akan menghilang dengan sendirinya seiring pertumbuhan mereka[3].
Reaksi alergi berat disebut juga sebagai reaksi anafilaksis atau shock anafilaksis. Anafilaksis langka terjadi pada bayi[1].
Gejala anafilaksis pada bayi lebih ringan daripada pada anak yang lebih besar dan orang dewasa. Reaksi alergi berat pada bayi yang paling banyak terjadi ialah gatal-gatal, napas bersuara abnormal, dan muntah[2].
Umumnya gejala alergi makanan akan timbul dengan segera (dalam beberapa menit) setelah bayi diberikan makanan atau susu formula. Anafilaksis menimbulkan alergi dalam waktu antara 30 menit hingga 2 jam setelah konsumsi makanan[1].
Selain gejala umum alergi, reaksi alergi berat juga dapat disertai gejala seperti berikut[1]:
Anafilaksis merupakan kondisi darurat yang dapat berakibat fatal. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas atau bengkak pada wajah, lidah, atau tenggorokan, segera hubungi ambulans untuk mendapat pertolongan medis[1, 2].
Pada bayi yang mengalami reaksi alergi berat, diperlukan pemantauan ketat kondisi selama 6 hingga 8 jam setelah penanganan. Hal ini disebabkan adanya risiko anafilaksis rebound (kambuhnya gejala berat) yang biasanya timbul dalam 8 jam setelah reaksi pertama pada 20% kasus[2].
1. Jeanette Bradley, reviewed by Daniel More, MD. How Can I Tell if My Baby Has Food Allergies? Very Well Health; 2021.
2. Ashley Marcin, reviewed by Kristen M. Moyer, MD, Internal Medicine, Pediatrics, Hospice and Palliative Medicine. What to Do If Your Baby Has an Allergic Reaction to Food. Healthline; 2021.
3. Anonim, reviewed by Stephen F. Dinetz, MD. Food Allergies. Kids Health; 2020.
4. MaryAnn De Pietro, CRT. What to do if a baby has an allergic reaction. Medical News Today; 2018.