Thiomersal adalah komponen organomerkuri dan turunan dari senyawa asam thiosalisilat, memiliki fungsi sebagai antibakteri dan antifungi (antijamur). Selain itu pun berfungsi sebagai bahan pengawet dalam sediaan kosmetika, atau produk kesehatan seperti vaksin.
Di beberapa negara Thiomersal lebih dikenal dengan nama Thimerosal. Telah lama digunakan lebih sebagai bahan pengawet pada banyak sediaan topikal (seperti krim, ointment), dan sediaan biologis untuk kesehatan (vaksin). [1]
Daftar isi
Berikut ini adalah penjelasan mengenai Thiomersal, mulai dari indikasi hingga peringatan dalam penggunaannya: [1,2]
Indikasi | Antiseptik, antifungi, pengawet |
Kategori | Obat Keras |
Konsumsi/ Penggunaan | Anak-anak dan dewasa |
Kelas | Termasuk dalam kelas antibiotik topikal |
Bentuk | serbuk kristal atau larutan solutio (tergantung pada aplikasi sediaan yang akan digunakan) |
Kontraindikasi | Hipersensitif. |
Peringatan | → Dapat menyebabkan keracunan merkuri pada pemakaian yang berlebihan, penggunaan jangka panjang, atau penggunaan pada area permukaan kulit yang sangat luas. |
Kategori Obat pada Kehamilan & Menyusui | Cara Pemberian Obat: ↔ Digunakan sebagai bahan tambahan (pengawet) pada produk kesehatan/kosmetika: Kategori C: Studi pada reproduksi hewan menunjukkan efek buruk pada janin. Tidak ada studi memadai dan terkendali pada manusia. Obat boleh digunakan jika nilai manfaatnya lebih besar dari risiko terhadap janin. |
Di dunia terdapat dua jenis merkuri, yaitu metil merkuri dan juga etil merkuri. Pada senyawa Thiomersal, terdapat kandungan etil merkuri. Bahan obat tersebut bila masuk dalam tubuh manusia, akan dipecah menjadi thiosalisilat dan etil merkuri[2,3]
Etil merkuri memiliki waktu paruh 1.5 jam, dan segera diekskresikan dalam saluran pencernaan, sehingga tidak menumpuk dalam tubuh, yang dapat mengakibatkan keracunan[2,3]
Berbeda dengan metil merkuri, memiliki waktu paruh lebih lama, sehingga bila tubuh terpapar zat kimia tersebut, cenderung menyebabkan keracunan karena adanya penumpukan metil merkuri dalam tubuh. [2, 3]
Karena masih termasuk aman untuk digunakan sebagai bahan obat atau sebagai bahan tambahan dalam sebuah produk, Thiomersal sering dimanfaatkan untuk: [1,2]
Berikut ini adalah dosis Thiomersal yang aman untuk diberikan: [2]
Diberikan secara topikal: → berikan dalam kadar 0.1 % dari sediaan yang digunakan |
Sebagai bahan kimia yang memiliki komponen merkuri, pasti menjadi sebuah kekhawatiran, apakah aman digunakan, amankah bila tubuh terpapar Thiomersal yang sering digunakan dalam beberapa produk kesehatan.
Bahan kimia yang juga turunan dari Asam thiosalisilat ini, aman untuk digunakan (selama dalam batas dosis yang ditentukan), karena komponen merkurinya adalah etil merkuri.
Bila terpapar Thiomersal dalam jumlah yang berlebih memang menimbulkan efek samping. Berikut ini adalah efek samping yang mungkin terjadi setelah terpapar sediaan yang mengandung thiomersal: [2]
Gejala Overdosis Thiomersal (Segera pergi ke IGD atau emergency bila terdapat beberapa gejala ini)[2]:
Berikut ini adalah detail dari Thiomersal, mulai dari cara penyimpanan, mekanisme kerja obat, penanganan overdosis/keracunan, hingga pengaruh pada hasil lab.[1,2]
Penyimpanan | Bentuk sediaan: solutio: → Simpan antara 2-4 °C. → simpan di freezer. → Lindungi dari cahaya dan kelembaban. |
Cara Kerja | → Deskripsi: adalah senyawa yang berfungsi sebagai antiseptik (mengandung merkuri) bersifat bakteriostatik dan fungistatik. Fungsi tersebut akibat dari rilisnya etilmerkuri → Cara kerja: Menghambat senyawa aktif sulfhidril dalam berbagai enzim, kemudian mengikat pada enzim glutathione, sistein, dan kelompok protein SH yang mengandung sulfhidril. Selain itu juga mengaktifkan kanal kalsium InsP3 pada membran retikular endoplasma, sehingga memicu pelepasan kalsium intraselular, menghasilkan kalsium influx dari kalsium ekstraselular. Jadi, Thiomersal dapat menstimulasi atau menghambat fungsi selular, tergantung pada kemampuan kalsium → Absorpsi: diserap kurang dari 0.01% dalam saluran cerna → Metabolisme: etilmerkuri berasal dari metabolisme Thiomersal (o-carboxyphenyl-thio-ethyl-sodium salt) → Ekskresi: thiomersal diekskresikan melalui saluran pencernaan |
Interaksi dengan obat lain | → Akan menimbulkan iritasi mata, bila digunakan bersamaan dengan oral tetrasiklin → Aktivitas dari Thiomersal akan menurun, bila sediaan mengandung asam borat, asam edetat, sodium tiosulfat, termasuk darah |
Overdosis | Akan terjadi keracunan merkuri, bila menggunakan dosis yang berlebihan ⇔ Gejala: gastritis, dermatitis, gingivitis, gangguan keseimbangan, gagal ginjal, hingga gagal fungsi pernapasan ⇔ Cara Mengatasi: dengan charcoal aktif, untuk mengurangi penyerapan Thiomersal, sehingga mencegah keracunan |
Apakah Thiomersal digunakan sebagai pengawet dalam sediaan vaksin?
Ya, masih digunakan sebagai pengawet dalam vaksin. Namun untuk vaksin single dose dan vaksin mengandung mikroorganisme hidup tidak menggunakan Thiomersal sebagai pengawet, melainkan hanya vaksin multi-dose saja. [5]
Apakah aman untuk bayi dan anak-anak menggunakan vaksin yang mengandung Thiomersal?
Aman, hanya menimbulkan iritasi kecil pada kulit, selain itu pun langsung diekskresikan melalui saluran pencernaan. [1]
Thiomersal mengandung komponen merkuri, bila tubuh terpapar merkuri apakah tidak menimbulkan bahaya atau gejala keracunan merkuri?
Thiomersal mengandung etilmerkuri, ini jenis yang aman untuk digunakan, selama pemberian dosis sesuai yang dianjurkan. [1]
Selain vaksin, apakah Thiomersal juga digunakan dalam sediaan lainnya?
Ya, selain vaksin Thiomersal digunakan sebagai antiseptik, antifungi, juga sebagai pengawet dalam sediaan kosmetika, digunakan juga dalam cairan lensa kontak. [1,2]
Berikut ini adalah beberapa nama sediaan Thiomersal yang beredar di pasaran.[4]
Brand Merek Dagang |
Aquaviron |
Intrasept |
Merthiolate |
Novormon |
1) Anonim. pubchem.ncbi.nlm.nih.gov , Thiomersal (Thimerosal), 2020
2) Anonim. MIMS.com. Thiomersal. 2020
3) Anonim. CDC. www.cdc.gov . Thimerosal in vaccines. Concerns vaccine safety. 2019
4) Anonim. Drugs.com. Thiomersal. 2020
5) Soemara, Lina Herliana. Thimerosal dalam vaksin, Suatu Tinjauan Pustaka (2001).