Tinjauan Medis : dr. Hadian Widyatmojo, SpPK
Infeksi tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu masalah di Indonesia, oleh karenanya pemerintah memasukan penanganan TBC sebagai salah satu program nasional. Terdapat beberapa modalitas pemeriksaan pada
Daftar isi
Pada dunia medis, uji tuberkulis memiliki beragam nama lain seperti tes Mantoux atau tes PDD (purified protein derivative).
Uji tuberkulin adalah salah satu dari beberapa metode standar yang digunakan untuk menentukan seseorang terinfeksi oleh bakteri mycobacterium tuberculosis atau tidak.
Bakteri tersebut dapat menyebabkan seseorang dikatakan terkena penyakit tuberkulosis (TB) yang menginfeksi paru-paru. [1, 2]
Uji tuberkulin dilakukan dengan menyuntikkan sejumlah protein TB (antigen) di bawah lapisan kulit. Penyuntikan ini akan dilakukan di bagian atas lengan bawah pasien.
Pasien yang pernah terpapar bakteri Mycobacterium tuberculosis akan menunjukkan reaksi pada kulit seperti benjolan merah. [6]
Pasien yang menjalani uji tuberkulin biasanya adalah pasien yang memiliki gejala tuberkulosis, dan biasanya pasien yang telah menjalani tes lain sebelumnya, seperti rontgen dada dan hasilnya menunjukkan bahwa ia mungkin menderita tuberkulosis.
Namun, tes ini tidak dapat memberikan informasi berapa lama pasien sudah terpapar bakteri dari penyakit tuberkulosis ini. [6]
Beberapa pasien akan disarankan untuk menjalani uji tuberkulin atas dasar beberapa alasan dan beberapa gejala yang dialami.
Seseorang disarankan untuk menjalani uji tuberkulin karena: [5, 6]
Sementara itu, ada juga pasien yang menunjukkan gejala tertentu akan diminta untuk menjalani uji tuberkulin. Gejala-gejala tersebut adalah: [5]
Tidak ada persiapan khusus yang harus dilakukan oleh pasien sebelum menjalani uji tubekulin.
Namun, seperti pemeriksaan lain pada umumnya, pasien harus memberitahu dokter atau petugas medis melayani beberapa hal berikut: [6]
Jika pasien sudah memberikan informasi pada petugas terkait mengenai hal-hal di atas, maka pasien dapat menjalani prosedur uji tuberkulin. Berikut tahapannya:[1, 2, 6]
Setelah disuntikkan cairan PDD pada lengan, kemudian pasien akan diminta untuk datang lagi ke rumah sakit setelah 48 jam hingga 72 jam.
Dokter akan memeriksa kulit area yang bekas suntikan dan menentukan apakah ia terinfeksi bakteri TB atau tidak.
Pasien yang kembali ke rumah sakit lebih dari 72 jam setelah penyuntikan, serta jika hasil menunjukkan hasil negatif, maka akan diminta untuk datang kembali tiga minggu setelahnya untuk mengulangi tes. Ini dilakukan untuk meyakinkan ulang apakah hasil setelahnya akan tetap sama. [3, 4]
Setelah menjalani penyuntikan untuk uji tuberkulin, ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan oleh pasien. Hal ini dilakukan agar menjaga area suntikan dan tidak mempengaruhi hasil tes. Hal tersebut adalah: [4]
Uji tuberkulin merupakan salah satu tindakan medis yang sederhana. Efek yang akan dirasakan oleh pasien juga tidak begitu mengkhawatirkan, seperti: [4]
Tonjolan yang timbul dari hasil disuntikkannya PDD untuk uji tuberkulin disebut dengan indurasi. Indurasi inilah yang akan menjadi acuan dokter untuk membuat diagnosis dan pengobatan selanjutnya.
Diagnosis dan pengobatan tersebut tidak dipengaruhi oleh kemerahan dari indurasi melainkan dari ukuran indurasi. Ukuran tertentu dari indurasi dapat menunjukkan hasil yang berbeda. [3]
Secara sederhana dapat dilihat pada tabel di bawah ini: [3]
Ukuran Indurasi | Hasil |
Kurang dari 5mm | Negatif TB |
Setidaknya 5mm | Positif jika: 1. Pernah kontak dengan seseorang yang positif TB; 2. Mengidap HIV; 3. Pernah melakukan transplantasi organ; 4. Sedang mengonsumsi obat imunosupresan; 5. Pernah mengidap TB sebelumnya. |
Setidaknya 10mm | Positif jika: 1. Baru saja melakukan perjalanan dari negara dengan tingkat TB yang tinggi; 2. Tinggal di lingkungan dengan risiko TB tinggi; 3. Bekerja di rumah sakit, laboratorium medis, dan lainnya; 4. Anak di bawah umur 4 tahun; 5. Menggunakan obat terlarang. |
15mm atau lebih | Positif TB |
Beberapa pasien bisa menunjukkan hasil seolah-olah positif padahal tidak terinfeksi Mycobacterium tuberculosis, kondisi ini dinamakan kesalahan reaksi positif (false-positive reactions). [1]
Ada pula beberapa pasien yang justru mengalami hal sebaliknya, menunjukkan reaksi negatif padahal sudah terpapar Mycobacterium tuberculosis. Kondisi tersebut dinamakan kesalahan reaksi negatif (false-negative reactions). [1]
Beberapa hal yang dapat menyebabkan false-positive reactions adalah: [1]
Beberapa hal yang dapat menyebabkan false-negative reactions adalah: [1]
1. Anonim. 2016. Centers for Disease Control and Prevention. Tuberculin Skin Testing.
2. Jennifer Nelson & Deborah Weatherspoon. 2017. Healthline, PDD Skin Test (Tubrculosis Test).
3. James Roland & Judith Marcin. 2018. Healthline. How to Identify a Positive Tuberculosis (TB) Skin Test.
4. Anonim. Diakses 2020. HealthyWA. Tuberculine Skin Test.
5. Patt F. Bass & Chad haldeman-Englert. Diakses 2020. University of Rochester Medical Centre. TB Screening (Skin).
6. Healthwise Staff & E. Gregory Thompson. 2018 Healthlink BC. Tuberculin Skin Test.