Reaksi sistem kekebalan terhadap zat alergen disebut dengan alergi, kondisi ini akan membuat tubuh melihat alergen berbahaya yang akan menyerangnya. Alergi yang dimiliki mungkin akan datang pada waktu tertentu dalam setahun, atau bahkan mungkin sepanjang tahun[1].
Alergi yang umum terjadi yaitu alergi udara musiman yang terjadi selama waktu tertentu dalam setahun, alergi terhadap udara yang terdapat di lingkungan seperti debu, jamur juga bulu hewan, lalu alergi kontak, alergi terhadap sengatan dari serangga, dan alergi terhadap makanan[1].
Daftar isi
Fungsi Steroid Kortikal Adrenal
Steroid kortikal adrenal atau bisa juga disebut dengan kortikosteroid merupakan hormon alami yang dihasilkan korteks adrenal, yang penting untuk menjaga kesehatan. Terdapat dua jenis steroid kortikal adrenal, yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid[2].
Glukokortikoid berfungsi untuk merespon stres dan bagaimana tubuh menggunakan karbohidrat, lemak dan protein, seperti kortisol dan kortison. Efek antiinflamasi pada glukokortikoid, baik yang alami dan sintesis, sangat kuat dan berfungsi dalam mengobati keadaan seperti peradangan[2,4].
Dalam fungsinya juga dalam menurunkan respon kekebalan tubuh, glukokortikoid diindikasikan dalam pengobatan di saat sistem kekebalan bereaksi dengan berlebihan. Cara sistem kekebalan dalam merespon zat berbahaya dan trauma disebut dengan peradangan , dan merupakan proses dari penyembuhan[2,4].
Mineralokortikoid merupakan hormon kortikosteroid yang disintesis melalui korteks adrenal. Mineralokortikoid disini dibutuhkan dalam mengatur kadar garam dan air di dalam tubuh, seperti aldosteron. Yaitu dengan membuat penyerapan kembali natrium meningkat dengan tindakan pada tubulus distal ginjal[2,5].
Kortikotropin, yaitu hormon polipeptida yang juga dikenal dengan hormon adrenokortikotropik (ACTH), akan disintesis dan disimpan pada kelenjar hipofisis anterior. Dalam responnya pada segala bentuk stres, sejumlah besar kortikotropin akan dilepaskan. Melalui kelenjar adrenal, kortikotropin merangsang sekresi hormon kortikal adrenal, yang digunakan dalam pengujian fungsi adrenal[3].
Steroid kortikal adrenal atau kortikosteroid digunakan dalam[6]:
- Meredakan peradangan dalam berbagai kondisi
- Mengobati asma, peradangan kulit gatal, dan rinitis non alergi
- Mengobati gejala kondisi kulit inflamasi yang menyebabkan eritema, pruritus, dan ketidaknyamanan
- Meredakan gejala dermatosis yang responsif terhadap kortikosteroid
- Pengobatan alergi mata
- Pengobatan pemeliharaan terkait profilaksis serangan asma
Penggolongan Steroid Kortikal Adrenal
- Kortikotropin
Kortikotropin merupakan hormon polipeptida atau yang dikenal dengan hormon adrenokortikotropik (ACTH). Digunakan dalam menguji fungsi adrenal[3].
- Glukokortikoid
Glukokortikoid adalah hormon kortikosteroid, yang digunakan unutk mengurangi peradangan juga menekan sistem kekebalan tubuh[4].
- Mineralokortikoid
Mineralokortikoid merupakan hormon kortikosteroid, yang digunakan dalam mengatur garam dan air di dalam tubuh, dengan membuat penyerapan kembali natrium meningkat[5].
Penyakit yang Diatasi dengan Steroid Kortikal Adrenal
Masing-masing subtipe antihistamin digunakan untuk mengatasi kondisi kesehatan yang berbeda.
Kortikotropin diberikan untuk[3]:
- Insufisiensi Adrenokortikal
- Alergi
- Spondilitis ankilosa
- Korioditis
- Korioretinitis
- Sindrom Cushing
- Eritema Mulitforme
- Kondisi Mata
- Penyakit radang usus
- Iridocyclitis
- Iritis
- Artritis Reumatoid Remaja
- Keratitis
- Sklerosis ganda
- Neuritis Optik
- Polymyositis / Dermatomyositis
- Psoriasis
- Artritis Psoriatis
- Radang sendi
- Sarkoidosis
- Penyakit Serum
- Sindrom Stevens-Johnson
- Lupus Eritematosus Sistemik
- Uveitis
- Sindrom Barat
Glukokortikoid diberikan untuk[4]:
- Leukemia Limfositik Akut
- Penyakit Addison
- Insufisiensi Adrenal
- Insufisiensi Adrenokortikal
- Sindrom Adrenogenital
- Reaksi alergi
- Rinitis Alergi
- Alopecia
- Spondilitis ankilosa
- Ulkus Aphthous
- Pneumonia Aspirasi
- Asma
- Asma, akut
- Asma, Perawatan
- Dermatitis atopik
- Anemia Hemolitik Autoimun
- Beriliosis
- Displasia Bronkopulmonalis
- Pemfigoid bulosa
- Radang kandung lendir
- Sindrom Terowongan Karpal
- Edema Serebral
- Korioditis
- Korioretinitis
- Sakit Kepala Cluster
- Sindrom Cogan
- Konjungtivitis
- Konjungtivitis, Alergi
- COPD
- Ulkus Kornea
- Penyakit Crohn
- Penyakit Crohn, Akut
- Penyakit Crohn, Pemeliharaan
- Croup
- Sindrom Cushing
- Nekrosis Kulit, Profilaksis
- Infeksi kulit
- Dermatitis Herpetiformis
- Lesi Dermatologis
- Gangguan Dermatologis
- Dermatomiositis
- Limfoma Sel B Besar Difus
- Distrofi Otot Duchenne
- Eksim
- Epikondilitis, Siku Tenis
- Eritroblastopenia
- Sindrom Evan
- Fibromyalgia
- Bahu Beku
- Arteritis Sel Raksasa
- Gout, Akut
- Artritis Gout
- Penyakit graft-versus-host
- Gagal jantung
- Anemia hemolitik
- Herpes Zoster
- Herpes Zoster Iridocyclitis
- Hiperkalsemia Keganasan
- Purpura Trombositopenik idiopatik
- Imunosupresi
- Penyakit radang usus
- Kondisi Peradangan
- Penyakit Paru Interstisial
- Iridocyclitis
- Iritis
- Artritis Reumatoid Remaja
- Keloid
- Keratitis
- Leukemia
- Lichen Planus
- Lichen Sclerosus
- Lichen Simplex Chronicus
- Sindrom Loeffler
- Nefritis Lupus
- Limfoma
- Meningitis
- Meningitis, Haemophilus influenzae
- Meningitis, Listeriosis
- Meningitis, Meningokokus
- Meningitis, Pneumokokus
- Penyakit Jaringan Ikat Campuran
- Penyakit Gunung / Penyakit Ketinggian
- Mieloma multipel
- Sklerosis ganda
- Mycosis Fungoides
- Mual / Muntah, Diinduksi Kemoterapi
- Sindrom nefrotik
- Sakit saraf
- Neuritis
- Neurosarcoidosis
- Osteoartritis
- Pemfigoid
- Pemfigus
- Faringitis
- Psoriasis plak
- Polymyalgia Rheumatica
- Polymyositis / Dermatomyositis
- Psoriasis
- Artritis Psoriatis
- Tuberkulosis paru-paru
- Sindrom Ramsay Hunt
- Radang sendi
- Sarkoidosis
- Scleroderma
- Dermatitis Seboroik
- Syok
- Radang dlm selaput lendir
- Ruam kulit
- Sinovitis
- Lupus Eritematosus Sistemik
- Sklerosis Sistemik
- Trombositopenia
- Trombositopenia idiopatik
- Nekrolisis Epidermal Beracun
- Myelitis melintang
- Tuberkulosis, Ekstrapulmoner
- TBC Meningitis
- Kolitis ulseratif
- Kolitis Ulseratif, Aktif
- Proktitis Ulseratif
- Uveitis
- Uveitis, Posterior
Mineralokortikoid diberikan untuk[5]:
- Penyakit Addison
- Sindrom Adrenogenital
Cara Kerja Steroid Kortikal Adrenal
Steroid kortikal adrenal atau bisa juga disebut dengan kortikosteroid merupakan hormon alami yang dihasilkan korteks adrenal, yang penting untuk menjaga kesehatan. Terdapat dua jenis steroid kortikal adrenal, yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid[2].
Glukokortikoid berfungsi untuk merespon stres dan bagaimana tubuh menggunakan karbohidrat, lemak dan protein, seperti kortisol dan kortison. Dalam fungsinya juga menurunkan respon kekebalan tubuh, glukokortikoid diindikasikan dalam pengobatan di saat sistem kekebalan bereaksi dengan berlebihan[2].
Mineralokortikoid disini dibutuhkan dalam mengatur kadar garam dan air di dalam tubuh, seperti aldosteron. Yaitu dengan membuat penyerapan kembali natrium meningkat dengan tindakan pada tubulus distal ginjal[2].
Melalui hidrokortison sebagai kortikosteroid, yang digunakan dalam efeknya sebagai anti-inflamasi dan imunosupresif. Terjadinya penekanan terhadap migrasi leukosit polimorfonuklear dan meningkatnya pembalikan permeabilitas kapiler merupakan tindakan dari efek anti-inflamasinya. Juga dapat digunakan sebagai terapi pengganti terhadap insufisiensi adrenokortikal[7].
Dari saluran gastrointestinal, melalui oral obat ini mudah diserap. Melalui intramuskular, natrium fosfat dan natrium suksinat ester diserap juga dengan cepat tetapi alkohol bebas dan ester larut lemaknya diserap secara perlahan. Melalui injeksi intraartikular asetat diserap dengan perlahan, juga diserap dari kulit[7].
Hidrokortison berdistribusi melewati plasenta dengan pengikatan protein kisaran lebih dari 90%. Bermetabolisme dihati menjadi bentuk terhidrogenasi dan terdegradasi. Pengeluarannya melalui urin dengan kadar yang sedikit sebagai obat tidak berubah[7].
Contoh Obat Steroid Kortikal Adrenal
Steroid Kortikal Adrenal tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, cairan, suspensi, sirup, dan bubuk, larutan untuk injeksi. Beberapa jenis obat ini hanya bisa didapatkan dengan resep dokter.
Beberapa contoh kortikotropin dengan resep dokter termasuk[3]:
- Corticorelin
- Corticotropin
- Cosyntropin
Corticorelin ovine triflutate adalah hormon buatan manusia yang terjadi dengan alami pada tubuh. Digunakan dalam bagian tes medis pada orang dengan sindrom cushing, yang disebabkan oleh tingginya kadar kortisol. Obat ini juga digunakan dalam menentukan tubuh yang menghasilkan kortisol dalam jumlah yang banyak[8].
Beberapa contoh glukokortikoid dengan resep dokter termasuk[4]:
- Hydrocortisone
- Dexamethasone
- Prednisolone
- Prednisone
- Triamcinolone
- Methylprednisolone
- Budesonide
- Betamethasone
- Cortisone
- Deflazacort
Beberapa contoh mineralokortikoid dengan resep dokter termasuk[5]:
Fludrokortison merupakan steroid yang membantu dalam mengurangi peradangan yang terjadi pada tubuh. Digunakan dalam keadaan dimana tubuh tidak menghasilkan cukup steroidnya sendiri[12].
Efek Samping Steroid Kortikal Adrenal
Steroid Kortikal Adrenal dapat menyebabkan beberapa efek samping yang tidak di inginkan.
Beberapa efek samping umum dari kortikotropin termasuk[8,9]:
- Kemerahan pada wajah, leher, atau dada
- Peningkatan tekanan darah
- Kulit menipis
- Peningkatan keringat
- Retensi cairan
- Perubahan suasana hati
- Mudah tersinggung
- Nafsu makan meningkat
- Penambahan berat badan
Beberapa efek samping umum dari glukokortikoid termasuk[10,11]:
- Kulit menipis
- Memar atau perubahan warna
- Peningkatan keringat
- Perut kembung
- Perubahan periode menstruasi
- Peningkatan nafsu makan
- Penambahan berat badan
- Sakit kepala
- Pusing
- Kesulitan tidur
- Retensi cairan
- Perubahan suasana hati
- Ruam kulit
- Jerawat
- Peningkatan pertumbuhan rambut
- Mual
- Muntah
- Sakit perut
- Perubahan bentuk atau lokasi lemak tubuh
Beberapa efek samping umum dari mineralokortikoid termasuk[12]:
- Peningkatan tekanan darah
- Sakit perut
- Kembung
- Kemerahan wajah
- Jerawat
- Peningkatan keringat
- Masalah tidur
- Lubang, bekas luka, atau benjolan di bawah kulit
- Tanda kerutan
- Peningkatan pertumbuhan rambut
Apabila menggunakan glukokortikoid atau obat prednison setiap hari selama lebih dari 3 minggu, kelenjar adrenal akan berhenti menghasilkan glukokortikoid dan jaringan pada korteks adrenal akan mengalami kematian. Oleh karena itu jangan menghentikan penggunaan glukokortikoid secara tiba-tiba, karena jaringan adrenal tidak akan segera menghasilklan glukokortikoid lagi[4].
Penghentian secara tiba-tiba untuk glukokortikoid, akan menyebabkan insufisiensi adrenal akut, dan akan timbul gejala seperti mual, nyeri sendi, pusing, dan tekanan darah rendah. Pengobatan harus dihentikan secara perlahan, dalam beberapa minggu bahkan bulan, untuk memastikan korteks adrenal kembali berfungsi sebagaimana mestinya[4].
Sebelum menggunakan kortikotropin, katakan pada dokter tentang penyakit atau infeksi yang sedang dialami atau dalam beberapa minggu terakhir. Karena kortikotropin bisa membuat infeksi yang pernah di alami memburuk[9].
Katakan pada dokter bila sedang hamil. Menggunakan fludrokortison selama kehamilan dapat membuat masalah kelenjar adrenal pada bayi. Juga tidak diperbolehkan untuk menyusui selama menggunakan obat ini[12].