Daftar isi
Retina adalah bagian pada mata yang letaknya ada di bagian belakang mata, retina adalah selaput yang peka pada cahaya, saat cahaya melewati mata maka lensa akan memfokuskan gambar pada retina. Retina mengubah gambar dan mengirim sinyal ke otak melalui saraf optik. Untuk mendapatkan pengelihatan yang sempurna, retina tidak bekerja sendiri, retina, kornea, lensa dan bagian lain mata bekerja sama untuk menghasilkan pengelihatan yang normal. [2]
Ablasi retina adalah terpisahnya retina dari bagian belakang mata, ablasi retina dapat menyebabkan hilangnya pengelihatan sebagian atu total, tergantung kondisi retina yang terlepas dari mata. Sel-sel yang tedapat pada retina akan kekurangan oksigen saat retina terlepas.
Perlu diketahui ablasi retina adalah keadaan darurat medis yang membutuhkan tindakan segera. Segera ke IGD jika anda mendadak mengalami perubahan yang signifikan pada pengelihatan anda. [1, 2]
Ada tiga jenis ablasio retina atau dikenal juga dengan retinal detachment, yaitu Ablasio retina regmatogenosa, Ablasio retina traksi dan Ablasio retina eksudatif. Ketiganya adalah kondisi medis yang membutuhkan penanganan medis darurat. Jika ditangani dengan segera dapat mencegah terjadinya hilangnya pengelihatan permanen. [4]
Ablasio retina regmatogenosa adalah jenis ablasi retina yang paling sering terjadi, ablasi ini terjadi akibat robekan di retina. Ablasio retina traksi terjadi akibat jaringan parut retina menarik retina dari bagian belakang mata, sedangkan
Ablasio retina eksudatif terjadi karena adanya penumpukan cairan di belakang retina, namun tidak menyebabkan retina robek, jika jumlah cairan terlalu banyak dapat mendorong retina menjauh dari bagian mata sehingga dapat juga retina terlepas. [4]
Ablasio retina terjadi tanpa adanya rasa nyeri sebelumnya, namun biasanya ada gejala-gejala yang muncul sebelum terjadi ablasi. Berikut beberapa gejala primer yang menunjukkan ablasio retina : [1, 2]
Seperti telah disebutkan, ada tiga tipe ablasi retina, Ablasio retina regmatogenosa, Ablasio retina traksi dan Ablasio retina eksudatif, masing-masing ablasi retina memiliki penyebab berbeda-beda.
Ablasio retina regmatogenosa termasuk tipe ablasi retina yang paling umum, disebabkan oleh robeknya retina. Robeknya retina dapat disebabkan usia seseorang yang menua, akibat mata yang terluka, operasi atau rabun jauh. [1]
Ablasio retina traksi disebabkan adanya jaringan parut yang menarik retina, biasanya diakibatkan rusaknya pembuluh darah di bagian belakang mata, kondisi ini biasanya dialami orang yang menderita diabetes. Sedangkan ablasio retina eksudatif disebabkan oleh menumpuknya cairan di belakang mata, penyebabnya adalah kebocoran pembuluh darah, peradangan karena penyakit mata seperti tumor atau pembengkakan karena cedera dan juga degenerasi terkait usia seseorang. [1, 4]
Ablasio retina juga lebih berisiko dialami oleh orang dengan riwayat dan kondisi kesehatan tertentu. Beberapa kondisi berikut membuat seseorang lebih berisiko mengalami ablasio retina : [2]
Kondisi ablasio retina hanya dapat diatasi dengan tindakan operasi, ada beberapa tipe operasi yang dilakukan untuk membenahi kondisi retina agar kembali normal. Tindakan operasi yang dilakukan atau metode apa yang diberikan akan disesuaikan dengan jenis retina yang dialami. [3]
Salah satu metode yang dilakukan untuk memperbaiki ablasio retina adalah retinopeksi pneumatik. Prosedur ini dilakukan dengan menyuntikkan gelembung gas ke mata dengan tujuan menekan retina yang terlepas agar kembali ke tempatnya. Metode ini juga membutuhkan operasi laser untuk menempatkan retina dengan kuat di tempatnya semula. Prosedur ini dapat dilakukan dengan cepat di tempat praktek dokter mata. [3]
Prosedur gesper skleral dilakukan dokter jika robekan pada retina cukup parah. Menggunakan pita fleksibel yang diletakkan di sekitar mata agar menarik retina kembali ke tempatnya semula. Vitrektomi juga salah satu prosedur serius untuk kondisi ablasio retina yang parah, cairan yang terdapat di belakang kornea terkuras dan retina dapat kembali ke tempatnya semula.
Prosedur ini termasuk prosedur yang rumit sehingga membutuhkan anastesi lokal atau total dan juga membutuhkan rawat inap setelah operasi dilakukan. [3]
Operasi yang dilakukan untuk mengatasi ablasio retina juga memili risiko dan efek samping. Salah satu yang mungkin terjadi adalah efek samping dari anestesi total yang dapat mengganggu pernapasan, beberapa orang juga memiliki reaksi tersendiri terhadap obat-obatan tertentu. [3]
Operasi untuk mengatasi ablasio retina dapat dilakukan hanya sekali untuk menyembuhkan retina, namun bisa juga membutuhkan beberapa kali tindakan lanjutan. Operasi yang dilakukan tidak selalu dapat mengembalikan pengelihatan jika kondisi retina sudah rusak sebelumnya. [3]
Secara umum, ablasio retina tidak dapat dicegah, namun anda dapat melindungi kondisi mata anda agar sehat dan tidak mengalami luka dengan menggunakan kacamata saat sedang melakukan aktivitas yang dapat mencederai mata. Jika anda memiliki penyakit diabetes dan hipertensi, maka sebaiknya anda rutin melakukan pemeriksaan dan secara rutin memeriksa kondisi mata anda. [1, 2]
Sangat penting untuk mengenali gejala-gejala ablasio retina dan lebih waspada terutama jika anda memiliki faktor risiko tinggi mengalami ablasio retina. [2]
1. Whitney Seltman, OD. Retinal Detachment. Web MD; 2020.
2. Stacy Sampson, D.O & Amber Erickson Gabbey. Retinal Detachment. Healthline; 2017.
3. Christine Case-Lo. Retinal Detachment Repair. Healthline; 2018.
4. Anonim. Types and Causes of Retinal Detachment. National Eye Institute; 2020.