Tinjauan Medis : dr. Vina Yolanda Ikhwin Putri, MD
Abrasi kornea adalah goresan, kikisan, atau terpotongnya permukaan kornea. Penyebab tersering adalah kuku, kuas makeup, ranting pohon, dan partikel kecil seperti debu atau pasir. Gejala yang muncul dapat
Daftar isi
Abrasi kornea adalah suatu kondisi ketika permukaan kornea mata mengalami goresan [1,2,3,4,5,6]
Goresan dapat berasal dari masuknya debu ke dalam mata, kuku saat mengucek mata, kuas makeup untuk mata, atau benda asing lainnya [4].
Kornea sendiri adalah bagian mata yang tidak memiliki pembuluh darah serta merupakan selaput bagian depan mata yang jernih dan transparan melapisi pupil dan iris mata [5].
Karena berada di bagian depan mata, kornea adalah yang paling kerap terkena benda-benda asing dan tergores.
Tinjauan Ketika permukaan kornea yang bening mengalami goresan secara tak sengaja oleh benda asing, inilah yang disebut dengan kondisi abrasi kornea.
Abrasi kornea di Amerika Serikat merupakan kondisi mata yang paling umum, khususnya dialami oleh anak-anak [1].
Anak laki-laki usia 5-15 tahun adalah yang paling berisiko mengalami abrasi kornea daripada anak perempuan dengan usia yang sama [1].
Abrasi kornea memang menyebabkan rasa tak nyaman dan sakit pada mata, namun rata-rata tidaklah berakibat pada masalah mata permanen [1].
Perlu diketahui bahwa pada kornea terdapat beberapa lapisan yang terdiri dari (terluar-terdalam) :
Dan bagian kornea yang paling sering terlibat dalam abrasi kornea adalah lapisan epitel dan membran bowman, karena keduanya membentuk hampir 10% kornea.
Jika abrasi kornea terjadi hanya pada lapisan epitel, peluang sembuh lebih cepat dan tanpa efek jangka panjang.
Sedangkan jika abrasi kornea menembus membran bowman bahkan lebih dalam lagi, peluang sembuh akan lama.
Hal ini berisiko timbulnya jaringan parut permanen dan berdampak pada penglihatan normal.
Di Indonesia prevalensi abrasi kornea masih terbatas, namun terdapat penelitian pada tahun 2011 di RS Mata Cicendo Bandung yang menunjukkan bahwa ada 188 anak dengan rentang usia 0-14 tahun yang mengalami trauma mata [7].
Abrasi kornea adalah cedera mata yang paling umum sebab hal ini merupakan goresan pada kornea mata akibat masuknya benda asing.
Seperti disebutkan sebelumnya, hasil kucekan mata sehingga mata terkena kuku, kuas makeup untuk mata yang tak sengaja mengenai kornea, lalu debu yang masuk ke mata dapat menjadi penyebab abrasi terjadi.
Hanya saja, selain dari debu, kuku, dan kuas makeup, masih ada faktor lainnya yang tentu saja meningkatkan risiko abrasi kornea terjadi [1,2,3,5] :
Tinjauan Penyebab utama dari abrasi kornea adalah masuknya benda asing ke mata lalu memicu goresan pada permukaan kornea. Goresan tersebut dapat berasal dari kuku saat mengucek mata, penggunaan lensa kontak, efek operasi, radiasi ultraviolet, debu, dan paparan bahan kimia atau benda lainnya.
Pada beberapa kasus abrasi kornea, gejala-gejalanya tidaklah langsung dirasakan sehingga saat menyadari gejala sedang dialami, penderitanya sudah lupa apa yang pernah terjadi pada matanya.
Berikut inilah beberapa gejala abrasi kornea yang dapat dirasakan ketika goresan sudah terjadi [1,2,3,4,5] :
Kapan seharusnya memeriksakan ke dokter?
Saat kemerahan pada mata tak kunjung memudar dan rasa mengganjal tak kunjung reda, segera periksakan ke dokter, terutama bila sudah diobati dengan tetes mata namun tak efektif [2].
Kondisi gejala dari abrasi kornea dapat disalahartikan sebagai kondisi gangguan mata lainnya, maka perlu diperiksa secara mendetil.
Beberapa penyakit yang mirip dengan abrasi kornea adalah erosi kornea berulang, infeksi herpes simpleks, serta infeksi acanthamoeba.
Tinjauan Gejala abrasi kornea mirip dengan iritasi mata pada umumnya, mata akan memerah, terasa sakit, berair, terasa mengganjal hingga penglihatan buram.
Ada beberapa metode pemeriksaan yang dokter utamanya akan lakukan pada pasien untuk mengonfirmasi bahwa gejala yang dirasakan pasien adalah positif abrasi kornea.
Pemeriksaan fisik adalah yang paling utama diterapkan oleh dokter kepada pasien dengan gejala yang diduga gejala abrasi kornea [1,2,5].
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada mata menggunakan senter khusus untuk mengecek keberadaan benda asing, pasir, debu, atau bentuk cedera tertentu.
Cara pemeriksaan lain yang dokter dapat lakukan adalah memberi tetes mata untuk supaya otot mata dapat lebih rileks.
Tetes mata ini pun diberikan dengan tujuan memperbesar pupil mata pasien supaya dapat diperiksa secara lebih seksama.
Pemberian Fluorescin pun biasanya diberikan sebagai bagian dari pemeriksaan untuk diteteskan ke mata pasien [2,4,5].
Tujuan pemberian tetes mata ini adalah untuk memperjelas permukaan kornea yang terkena goresan dari benda asing.
Dokter pun kemungkinan besar akan memberikan anestesi kornea supaya rasa nyeri pada mata dapat berkurang sementara kemudian dokter akan melanjutkan pemeriksaan mendalam pada mata [2,5].
Terkadang setelah memberi anestesi tersebut, dokter akan menggunakan pula sejenis kaca pembesar untuk dapat melihat goresan pada permukaan kornea.
Tinjauan Pemeriksaan gejala abrasi kornea meliputi pemeriksaan fisik pada mata, pemberian tetes mata hingga anestesi untuk mata.
Untuk menangani abrasi kornea, terdapat dua metode, yakni metode penanganan mandiri serta penanganan medis oleh dokter setelah memeriksakan mata.
Penanganan mandiri adalah bentuk pertolongan pertama yang bisa dilakukan ketika mata tiba-tiba terasa tak nyaman akibat goresan secara tidak sengaja.
Ada beberapa cara untuk menangani abrasi kornea yang bisa dilakukan sendiri sebagai bentuk pertolongan pertama saat gejala sakit, merah dan mengganjal pada mata mulai dirasakan.
Kedip-kedipkanlah mata beberapa kali untuk dapat menghilangkan benda-benda asing dalam ukuran kecil yang masuk ke mata dan membuat mata terasa mengganjal [5,6].
Biasanya, jika pun ada debu atau pasir yang masuk ke mata, cara ini cukup membantu untuk mengembalikan kondisi mata.
Sediakan kurang lebih secangkir atau segelas air bersih untuk membilas mata yang terasa mengganjal dan perih [1,6].
Atau, bisa juga mata yang rasanya tak nyaman dicelupkan ke air tersebut dan kedip-kedipkan agar partikel-partikel benda asing dapat keluar dari mata.
Sebagai alternatif dari air bersih, air saline atau air garam untuk membilas mata dengan baik yang bertujuan supaya kotoran pada mata bisa dikeluarkan secara alami [5,6].
Hindari mengucek dan menyentuh mata yang terasa tidak nyaman atau goresan yang sudah ada pada kornea dapat menjadi lebih buruk [5,6].
Hindari juga memberikan apapun ke mata selain air bersih untuk membilas maupun air garam.
Saat gejala abrasi kornea terjadi, umumnya mata perih dan mengganjal disertai dengan tingkat sensitivitas tinggi terhadap sumber cahaya [1,6].
Maka dari itu, setiap kali hendak pergi ke luar ruangan di siang hari, pastikan untuk mengenakan kacamata hitam untuk melindungi mata.
Para pemakai lensa kontak, sebaiknya hindari dulu penggunaannya sampai dokter benar-benar memperbolehkan untuk mengenakannya lagi [1,2,3,5,6].
Konsultasikanlah dengan dokter mengenai penggunaan lensa kontak ini selama abrasi kornea belum sembuh benar.
Usai memeriksa secara detil kondisi kornea mata pasien, dokter mata biasanya akan memberikan beberapa solusi perawatan seperti berikut.
Akan ada resep obat tetes mata yang umumnya dokter berikan untuk melembabkan mata [4].
Tak hanya memberikan kelembaban pada mata, ada efek tenang dan rileks yang diberikan oleh obat tetes mata ini pada lapisan permukaan kornea.
Obat tetes antibiotik umumnya pun diresepkan oleh dokter yang tujuannya adalah agar mata terhindar dari infeksi [1,2,3,4,5].
Ada kalanya dokter mata akan memberikan perlindungan bagi mata pasien dengan menutupnya menggunakan perban [4].
Pada bagian mata yang cedera ditutup agar pasien tidak sembarang menyentuh mata atau melakukan aktivitas lain di area mata yang berisiko memperburuk kondisi abrasi kornea.
Pada pengguna lensa kontak, konsultasikan dengan dokter mengenai apa yang harus dilakukan sementara mata sedang cedera dan tak boleh mengenakan lensa kontak sementara waktu [4].
Biasanya, dokter akan memberikan lensa kontak khusus bagi pasien di mana dengan penggunaannya diharapkan pemulihan mata lebih cepat.
Biasanya lensa kontak ini juga diresepkan oleh dokter supaya rasa nyerinya berkurang.
Potensi kesembuhan dan pemulihan abrasi kornea kurang lebih hanya 1-2 hari saja tanpa adanya bekas luka jika goresannnya ringan dan kecil [3].
Namun bila kondisi abrasinya cukup besar, masa pemulihan dapat terjadi kurang lebih 1 minggu yang bahkan bisa saja sampai 3 bulan.
Tinjauan Penanganan abrasi kornea terdiri dari dua metode, yakni penanganan mandiri (melalui pembilasan mata menggunakan air bersih atau air garam, tidak menyentuh mata, dan menghindari pemakaian lensa kontak) serta penanganan medis (obat tetes mata antibiotik dan lensa kontak khusus resep dokter).
Walau abrasi kornea bukanlah masalah kesehatan mata yang serius dan dapat pulih dengan cepat, risiko komplikasi tetaplah ada, yaitu antara lain seperti :
Tinjauan Bila abrasi kornea adalah kondisi goresan yang cukup dalam atau tidak segera ditangani, maka kondisi seperti bekas luka, infeksi, dan uveitis adalah komplikasi yang paling mungkin terjadi.
Karena abrasi kornea merupakan kondisi goresan pada mata, maka hal ini selalu dapat dicegah, yaitu dengan melakukan beberapa hal seperti berikut [1,2,5] :
Tinjauan Abrasi kornea adalah goresan yang berasal dari benda-benda asing yang masuk ke mata selama beraktivitas baik di dalam maupun di luar ruangan, maka memberikan perlindungan bagi mata adalah langkah utama pencegahan.
1) Anonim. 2019. Harvard Health Publishing - Harvard Medical School. Corneal Abrasion.
2) Martha Reilly, OD. 2020. Encyclopedia.com. Corneal Abrasion.
3) Alan Kozarsky, MD. 2017. WebMD. What Is a Corneal Abrasion?
4) Kierstan Boyd & Elena M Jimenez MD. 2019. American Academy of Ophthalmology. What Is Corneal Abrasion?
5) Maureen Ash & Ann Marie Griff, OD. 2019. Healthline. What Is a Corneal Abrasion?
6) Mayo Clinic Staff. 2018. Mayo Clinic. Corneal abrasion (scratch): First Aid.
7) Laila Wahyuni, Maya Sari & Arief S Kartasasmita. 2015. Ophthalmologica Indonesiana. Characteristics and Management of Pediatric Ocular Trauma.