Radang usus buntu termasuk kondisi yang cukup umum terjadi, sekitar 1 dari 2000 orang pernah mengalaminya. Bila ini terjadi, maka bagian usus buntu atau apendiks harus diangkat melalui tindakan yang disebut apendektomi.
Daftar isi
Apendiks, atau yang biasa kita sebut usus buntu, adalah sebuah kantung kecil berbentuk tabung yang tersambung ke usus besar. Letaknya di bagian bawah kanan perut.
Hingga sekarang, fungsi pasti dari usus buntu masih belum diketahui. Tetapi, dipercaya bahwa organ ini bisa membantu menyembuhkan diare, peradangan, dan infeksi pada usus besar maupun kecil. Fungsi-fungsi ini terdengar penting, namun sebenarnya tubuh masih bisa berfungsi normal walau tanpa usus buntu. [1]
Bila usus buntu mengalami peradangan dan membengkak, bakteri bisa dengan cepat berkembang biak di dalam organ ini dan menyebabkan pembentukan nanah. Menumpuknya nanah dan bakteri bisa mengakibatkan: [1, 4]
Bila muncul gejala-gejala radang usus buntu atau apendiksitis diatas, penderita harus segera menghubungi fasilitas kesehatan. Bila tidak segera diobati, usus buntu bisa pecah dan melepaskan bakteri dan zat-zat berbahaya lainnya ke ruang perut. Kondisi ini bisa mengancam keselamatan jiwa. [1, 3]
Apendektomi adalah tindakan standar untuk mengobati radang usus buntu. Organ ini harus segera diangkat sebelum pecah. Masa pemulihan setelah apendektomi umumnya tidak membutuhkan waktu yang lama atau menimbulkan komplikasi. [1, 2, 3, 4]
Seperti yang sudah disebutkan diatas, apendektomi harus dilakukan bila timbul gejala-gejala radang usus buntu.
Pasien yang mengalami usus buntu yang radang, bengkak, dan terinfeksi harus segera mendapatkan tindakan apendektomi karena ini adalah kondisi darurat.
Jika terjadi radang usus buntu, maka ada risiko usus buntu akan pecah. Ini bisa terjadi dalam 24 hingga 48 jam sejak munculnya gejala. Pecahnya usus buntu bisa menyebabkan infeksi peritonitis di dalam perut yang bisa mengancam keselamatan jiwa
Ada dua jenis pembedahan untuk mengangkat usus buntu. Metode yang standar disebut apendektomi terbuka. Metode kedua, yang lebih modern dan tidak terlalu invasif, disebut apendektomi laparoskopis. [1, 2, 3, 4]
Teknik laparoskopis paling sering digunakan untuk kasus usus buntu yang masih termasuk tahap awal dan pemulihan setelahnya membutuhkan waktu yang lebih singkat dibandingkan apendektomi terbuka.
Jika usus buntu sudah pecah atau jika ada jaringan parut dari pembedahan yang pernah dilakukan, maka pendekatan laparoskopis tidak memungkinkan dan apendektomi terbuka harus dilakukan.
Pasien harus berpuasa makan dan minum minimal 8 jam sebelum apendektomi. Pasien juga harus memberi tahu dokter daftar obat-obatan yang rutin diminum, termasuk suplemen herbal.
Selain itu, pasien harus memberi tahu dokter bila:
Pasien sebaiknya ditemani anggota keluarga yang bisa mengantar pulang setelah prosedur, karena apendektomi seringkali menggunakan bius total yang artinya akan membuat pasien kebingungan dan tidak stabil selama beberapa jam setelah operasi.
Begitu sampai di rumah sakit, dokter akan memeriksa riwayat kesehatan pasien dan melakukan pemeriksaan fisik. Selama pemeriksaan, dokter akan menekan bagian perut dengan perlahan untuk mencari tahu sumber rasa sakit.
Dokter juga mungkin akan melakukan tes darah dan pencitraan jika radang usus buntu diketahui lebih awal. Namun, tes ini mungkin tidak perlu dilakukan jika dokter sudah yakin apendektomi darurat harus dilakukan. [1, 3, 4]
Pada kebanyakan kasus, apendektomi dilakukan sebagai tindakan darurat dan pasien harus tinggal semalam di rumah sakit. Tergantung kondisi usus buntu, pasien bisa mendapatkan apendektomi terbuka atau laparoskopis.
Langkah-langkah umum apendektomi adalah sebagai berikut:
Apendektomi terbuka: [1, 2]
Apendektomi laparoskopis: [1, 2, 3]
Setelah apendektomi, pasien akan diobservasi selama beberapa jam sebelum diperbolehkan pulang. Tanda-tanda vital, seperti pernafasan dan detak jantung, akan diawasi dengan hati-hati.
Kapan pasien diijinkan untuk pulang, tergantung dari:
Pada beberapa kasus, pasien mungkin harus menginap semalam di rumah sakit.
Pasien bisa pulang di hari yang sama dengan pembedahan jika kondisi usus buntu tidak terlalu parah.
Bekas sayatan harus dijaga tetap kering dan bersih. Jahitan atau surgical staple akan dilepas pada saat check-up selanjutnya. Jika penutup luka adalah adhesive strip, maka akan lepas sendiri dalam beberapa hari. [1, 2]
Bekas sayatan dan otot perut mungkin akan terasa nyeri, terutama setelah berdiri cukup lama. Untuk itu, dokter akan memberikan obat pereda nyeri yang aman untuk dikonsumsi setelah apendektomi.
Jika metode apendektomi yang digunakan adalah laparoskopis, maka pasien mungkin akan merasakan nyeri dari gas karbon dioksida yang masih tersisa di perut. Nyeri ini bisa berlangsung selama beberapa hari.
Dokter akan meminta pasien untuk mencoba bergerak dan berjalan-jalan sedikit, tapi harus menghindari kegiatan yang melelahkan. Dokter juga akan memberi tahu kapan pasien boleh kembali beraktivitas normal dan kembali bekerja.
Jika hal-hal berikut terjadi, pasien harus segera menghubungi fasilitas kesehatan: [1, 2]
Meskipun ada sedikit risiko terjadinya infeksi atau reaksi alergi dari obat bius, tetapi kebanyakan orang bisa pulih dengan cepat dan tanpa masalah. Pemulihan penuh setelah apendektomi membutuhkan waktu sekitar empat hingga enam minggu. [1, 2, 3]
Selama masa ini, dokter akan meminta pasien untuk membatasi aktivitas agar tubuh mendapat waktu untuk sembuh. Selain itu, pasien juga tidak boleh melewatkan janji temu untuk check-up dalam dua hingga tiga minggu setelah pembedahan.
1. Steven Kim, MD. Appendectomy. Healthline; 2018.
2. John Hopkins Staff. Appendectomy. John Hopkins Medicine; 2020.
3. Tomohide Hori, Takafumi Machimoto, Yoshio Kadokawa. Laparoscopic appendectomy for acute appendicitis: How to discourage surgeons using inadequate therapy. World Journal of Gastroenterology; 2017.
4. Janet M. Torpy, MD, Writer; Alison E. Burke, MA. Appendectomy. Journal of American Medical Association; 2011.