Daftar isi
Aspermia dikenal sebagai jenis gangguan kesehatan langka di mana jumlah atau kadar sperma di bawah normal yang disebabkan oleh saluran ejakulasi yang tersumbat.
Masalah organ reproduksi pria ini berbeda dari penyakit fertilitas yang banyak diketahui orang.
Pria dengan kondisi aspermia ini tentunya akan mengalami gangguan dalam hubungan intim dengan pasangan.
Jumlah sperma yang seharusnya normal dan cukup untuk proses pembuahan sel telur wanita saat berhubungan seksual menjadi tidak memadai.
Hal ini dapat berakibat pada infertilitas atau kemungkinan sang istri untuk hamil sangat menurun.
Tinjauan Aspermia adalah kondisi ketika kadar sperma di bawah normal yang umumnya terjadi karena sumbatan pada saluran ejakulasi. Hal ini kemudian berakibat pada terhambatnya proses pembuahan sel telur wanita ketika berhubungan intim dan berdampak pada ketidaksuburan.
Menurut penyebabnya, kenali juga beberapa jenis kondisi aspermia yang perlu diwaspadai [1] :
Jenis aspermia satu ini umumnya terjadi karena sumbatan epididimis yang dialami pada waktu usia bayi sebagai dampak dari prosedur mengatasi anus imperforata.
Diketahui bahwa prosedur pull-through adalah tindakan medis pada bayi laki-laki akan meningkatkan risiko infertilitas ketika bayi bertumbuh dewasa.
Penyebab paling umum aspermia dapat terjadi adalah penyumbatan saluran ejakulasi atau obstruksi pada saluran ejakulasi; dapat terjadi pada salah satunya atau bahkan bisa kedua saluran.
Penyumbatan ini sendiri dibagi menjadi dua jenis kondisi, yang pertama adalah penyumbatan saluran ejakulasi parsial, di mana sumbatan hanya terjadi di salah satu saluran saja.
Sedangkan jenis kondisi yang kedua adalah penyumbatan saluran ejakulasi total, yaitu ketika kedua saluran mengalami sumbatan.
Beberapa kondisi dapat menjadi alasan mengapa penyumbatan parsial maupun total tersebut dapat terjadi, yaitu antara lain seperti saluran ejakulasi yang mengalami peradangan atau pertumbuhan tumor jinak/non-kanker di sana.
Namun, penyakit menular seksual dan infeksi pada kelenjar prostat atau saluran kemih pun memungkinkan terjadinya sumbatan pada saluran ejakulasi.
Faktor psikologis pun dapat mendasari terjadinya aspermia di mana kondisi ini disebut juga dengan aspermia psikogenik.
Stres adalah bentuk gangguan psikologis yang umum terjadi namun rupanya mampu menjadi salah satu kemungkinan terbesar penyebab aspermia.
Pada kasus jenis kondisi aspermia idiopatik, hal ini menandakan bahwa penyebab aspermia tidak diketahui secara pasti.
Walaupun jarang terjadi, terdapat kasus aspermia yang penyebabnya tidak jelas dan bahkan tidak dapat terdeteksi.
Tinjauan Aspermia terdiri dari empat jenis kondisi, yaitu aspermia iatrogenik, aspermia obstruktif, aspermia psikogenik, dan aspermia idiopatik (tak diketahui penyebabnya).
Hingga kini penyebab pasti aspermia masih belum diketahui secara jelas, namun beberapa kondisi berikut diduga kuat menjadi faktor yang umumnya menjadi pemicu pada rata-rata kasus aspermia [1,2,4,6].
1. Gagal Fungsi Saluran Ejakulasi
Ejakulasi retrograde adalah penyebab lain dari timbulnya kondisi aspermia di mana hal ini terjadi ketika air mani tak dapat keluar.
Saluran ejakulasi yang mengalami gagal fungsi dapat menjadi penyebab utama air mani justru kembali ke belakang dan tak jadi keluar.
Cedera tulang belakang menjadi salah satu alasan mengapa hal ini dapat terjadi.
Selain itu, kemoterapi vena pelvis, struktur kandung kemih dan dinding uretra yang rusak berpotensi pula menjadi penyebab dibalik kondisi ejakulasi retrograde.
2. Defisiensi Androgen
Kekurangan hormon androgen dapat menjadi pemicu aspermia pada pria.
Androgen sendiri merupakan hormon steroid pengendali perkembangan karakteristik pria di mana testosteron adalah androgen paling dominan sekaligus hormon paling aktif.
Androgen tidak hanya ada dalam tubuh pria, sebab wanita pun memilikinya, hanya saja androgen memiliki peran berbeda pada dua jenis kelamin ini.
Fungsi reproduksi dan seksual pria diatur oleh androgen, termasuk juga karakteristik pria semacam timbulnya kumis dan jenggot serta suara yang berat.
Tak banyak yang tahu bahwa metabolisme tubuh, tumbuhnya otot serta tulang yang sempurna juga berkat keberadaan kadar androgen yang seimbang.
Saat seorang pria tak mengalami pubertas, ketiadaan proses alami ini dapat mengakibatkan kelenjar prostat serta vesikula seminalis tidak berkembang dan tetap kecil.
Akibatnya, air mani tidak dapat terpoduksi secara normal dan maksimal sehingga memerlukan penanganan sesegera mungkin.
3. Kelainan Bawaan
Kelainan kromosom diketahui terjadi pada 13,7% pria tidak subur yang menderita aspermia dan 4,6% pria tidak subur dengan kondisi oligospermia.
Berikut ini adalah beberapa kondisi gangguan perkembangan dan kelainan bawaan yang berkaitan dengan terjadinya aspermia :
Sejumlah gejala aspermia yang dapat timbul dan perlu diwaspadai oleh para pria antara lain adalah [1,2,3,6] :
Segera periksakan diri ke dokter ketika terjadi keluhan tak wajar yang berkaitan dengan jumlah sperma.
Konsultasikan dengan dokter terlebih ketika memiliki rencana untuk memiliki anak.
Tinjauan Aspermia dapat menyebabkan sejumlah gejala seperti urine berdarah saat buang air kecil, urine keruh setiap buang air kecil usai berhubungan seksual, orgasme kering, jumlah sperma yang memasuki vagina terlalu sedikit, serta rasa nyeri pada panggul setiap sehabis ejakulasi.
Dalam mendeteksi dan mengonfirmasi bahwa gejala yang dialami pasien adalah aspermia, dokter umumnya menerapkan beberapa metode diagnosa seperti berikut [1,2,3,4,6].
Metode diagnosa yang pertama kali dilakukan selalu memeriksa fisik pasien lebih dulu.
Dokter harus mengetahui kondisi fisik pasien dengan mengecek area kelamin.
Biasanya dokter juga akan menanyakan seputar keluhan fisik apa saja yang dialami pasien pada area kelamin tersebut.
Dalam pemeriksaan riwayat kesehatan, dokter akan menanyakan seputar riwayat kesehatan pasien dan keluarga pasien.
Dokter perlu tahu apakah pasien memiliki kondisi medis tertentu karena ada kemungkinan penyakit lain yang telah lebih dulu diderita menjadi pemicu aspermia.
Pemeriksaan darah perlu ditempuh oleh pasien untuk dokter dapat mengecek kandungan hormon.
Tes darah juga dapat diandalkan untuk mengetahui adanya jenis penyakit lain sehingga dokter dapat mengeliminasi berbagai kemungkinan pemicu aspermia.
Pemeriksaan urine khususnya pasca ejakulasi sangat penting bagi dokter untuk menegakkan diagnosa.
Dari hasil tes urine ini, akan diketahui apakah di dalam urine terkandung air mani.
Tes pemindaian perlu dilakukan sebagai pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui apakah terjadi kerusakan pada kelenjar prostat.
Untuk memastikannya, pasien perlu menempuh transrectal ultrasound dan/atau MRI scan.
Dokter kemungkinan besar pun menyarankan pasien untuk menempuh tes untuk memeriksa air mani secara kimia.
Dokter perlu mengecek kadar fruktosa sekaligus tingkat pH pada air mani pasien sebelum kemudian dapat menentukan penanganan yang paling tepat.
Tinjauan Pemeriksaan fisik, pemeriksaan riwayat kesehatan, tes darah, tes urine, dan tes air mani biasanya dilakukan oleh dokter untuk memperoleh hasil diagnosa yang lebih akurat.
Setelah berhasil memastikan jenis dan penyebab aspermia, dokter akan menentukan penangangan seperti apa yang paling sesuai dengan kondisi pasien.
Beberapa perawatan dan pengobatan yang umumnya dapat mengatasi aspermia antara lain adalah [1,2,3,4,5,6] :
1. Berhenti dari Penggunaan Obat Tertentu
Untuk ejakulasi retrograde, pasien dapat mengalaminya karena penggunaan obat tertentu.
Obat jenis antihipertensi atau obat penurun darah tinggi seperti guanethidine perlu dihentikan pemakaiannya.
Jika pasien meneruskan konsumsinya, umumnya gejala aspermia jangka panjang terjadi.
Konsultasikan dengan dokter mengenai obat pengganti yang aman (biasanya dokter akan meresepkan methyldopa).
2. Obat Anti-Infeksi
Antibiotik kombinasi dapat diresepkan oleh dokter untuk penggunaan selama 6-8 minggu yang harus digunakan oleh pasien sesuai resep.
Umumnya, terapi antibiotik kombinasi dapat menjadi peningkat kualitas sperma pasien.
Sesuai dengan penyebab infeksi, dokter kemungkinan akan memberikan jenis anti-infeksi lainnya yang akan mencegah kerusakan lebih jauh maupun meminimalisir risiko komplikasi.
3. Terapi Reproduksi
Pada pasangan suami istri yang sangat ingin segera memiliki anak, tentu bantuan terapi reproduksi adalah solusi terbaik.
Proses inseminasi, bayi tabung atau penanganan lainnya dapat ditempuh untuk memudahkan memiliki momongan apabila memang metode pengobatan aspermia lainnya kurang berpengaruh dalam memperbaiki kualitas serta jumlah sperma.
Injeksi spermaintra-sitoplasma atau ICSI adalah metode lainnya yang dapat membantu proses pembuahan.
Untuk terjadinya pembuahan, hanya dibutuhkan satu sperma yang disuntikkan langsung ke sel telur di mana setelah proses pembuahan, barulah sel telur dipindahkan ke rahim wanita.
4. Operasi
Beberapa metode operasi berikut ini adalah yang paling umum dilakukan untuk menangani aspermia jika metode pengobatan lain tidaklah berhasil.
Tergantung dari gejala yang dialami oleh pasien dan juga adanya kondisi medis lain, berikut ini adalah jenis operasi yang dapat ditempuh oleh pasien.
Tinjauan Menghentikan obat tertentu yang menjadi pemicu aspermia adalah salah satu upaya menangani aspermia. Selain itu, obat anti-infeksi, langkah terapi reproduksi, serta operasi menjadi penanganan yang juga umum ditempuh pasien. Penanganan aspermia selalu disesuaikan dengan jenis dan penyebab kondisi.
Bentuk kondisi komplikasi yang paling memungkinkan terjadi adalah infertilitas atau ketidaksuburan pada pria [1,6].
Kondisi aspermia akan menyulitkan seorang pria untuk memiliki anak karena ejakulasi terganggu; yaitu kondisi air mani yang kembali ke saluran kemih sehingga sperma tak mampu membuahi sel telur.
Untuk mengatasinya, tindakan operasi adalah penanganan paling dianjurkan agar hambatan yang ada bisa diangkat.
Tinjauan Infertilitas atau ketidaksuburan menjadi komplikasi utama dari kondisi aspermia.
Infeksi pada kelenjar prostat atau infeksi yang terjadi pada saluran kemih adalah salah satu faktor yang mendasari risiko aspermia yang meningkat.
Maka sebagai langkah pencegahan terbaik, menghindari infeksi serius adalah yang perlu dilakukan [6].
Infeksi dapat terjadi tanpa disadari, namun dengan mengobatinya secara langsung menggunakan antibiotik yang tepat, infeksi dapat ditangani secepatnya.
Bila infeksi tertangani dengan cepat, hal ini otomatis menjadi cara mencegah infeksi menjadi lebih serius dan menghindari dampak buruknya pada organ reproduksi pria.
Hanya saja untuk pencegahan sumbatan saluran ejakulasi atau ejakulasi retrograde belum diketahui.
Tinjauan Mencegah aspermia dapat dilakukan dengan meminimalisir risiko infeksi saluran kemih dan saluran ejakulasi. Menangani gejala infeksi sejak dini adalah cara pencegahan aspermia yang paling dianjurkan.
1) Donghua Xie, Boris Klopukh, Guy M Nehrenz, Fernando Bianco & Edward Gheiler. 2017. International Archive of Urology and Complications. Aspermia: A Review of Etiology and Treatment.
2) Toshikazu Otani. 2019. Reproductive Medicine and Biology. Clinical review of ejaculatory dysfunction.
3) Marisa Gray, Jacqueline Zillioux, Iyad Khourdaji, & Ryan P. Smith. 2018. Translational Andrology and Urology. Contemporary management of ejaculatory dysfunction.
4) Juza Chen. 2016. Translational Andrology and Urology. The pathophysiology of delayed ejaculation.
5) Anonim. Nova IVF Fertility. What are the Causes of Aspermia?
6) Anonim. Fertilitypedia. Aspermia.