Daftar isi
Astrophobia adalah salah satu jenis fobia spesifik di mana seseorang mengalami rasa takut, cemas dan panik secara berlebihan, intens dan irasional terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan antariksa atau luar angkasa [1].
Antariksa memang penuh dengan hal misteri, mungkin hal ini menarik bagi sejumlah orang, namun bagi sebagian lainnya justru memicu rasa takut luar biasa [1].
Penderita astrophobia tak hanya takut terhadap luar angkasa, tapi juga saat melihat bintang-bintang di angkasa [1].
Beberapa orang penderita astrophobia pun dikaitkan dengan rasa takut terhadap alien [1].
Tinjauan Astrophobia adalah jenis fobia di mana seseorang merasa ketakutan secara irasional dan berlebihan terhadap segala hal yang berkaitan dengan antariksa atau luar angkasa (termasuk bintang dan bahkan alien).
Tidak berbeda jauh dari jenis fobia spesifik lainnya, terdapat beberapa faktor yang mampu meningkatkan risiko ketakutan berlebih dan irasional terhadap antariksa.
Penyebab pasti dari astrophobia ini dan juga beberapa fobia lainnya belum diketahui, namun beberapa faktor dan kondisi ini dapat diwaspadai.
Seseorang dengan anggota keluarga yang memiliki riwayat ketakutan berlebih terhadap antariksa kemungkinan besar menjadi faktor utama dalam meningkatkan risikonya mengalami kondisi serupa [1,2,3].
Memiliki orang tua atau anggota keluarga lain yang mengalami depresi, gangguan kecemasan, gangguan panik, fobia spesifik, atau jenis gangguan mental lain akan meningkatkan risiko seseorang mengalami fobia spesifik tertentu, termasuk astrophobia [1,2,3].
Faktor genetik biasanya berperan cukup besar dalam berkembangnya suatu fobia dalam diri seseorang.
Fobia terhadap antariksa dapat bermula dari aktivitas menonton film atau membaca buku tentang antariksa [1].
Informasi dan gambaran yang ditampilkan selalu dapat memberikan kesan positif maupun negatif pada seseorang [1].
Jika gambaran atau informasi tersebut mengerikan, terutama ditonton atau dibaca oleh anak kecil, biasanya hal ini menumbuhkan rasa takut berlebih dalam diri sang anak.
Meski anak lebih mudah takut dan mengembangkan fobia seiring ia bertumbuh dewasa, tetap ada sebagian orang dewasa yang juga dapat mengalami astrophobia karena tontonan maupun bacaan tertentu tentang antariksa.
Pengalaman tak menyenangkan dan cenderung traumatis pun mampu membuat seseorang memiliki ketakutan berlebih terhadap antariksa [2,3,4].
Pengalaman traumatis ini dapat terjadi karena cerita-cerita seram atau karena situasi tak menyenangkan yang terjadi dan berkaitan dengan antariksa.
Pada beberapa kasus, astrophobia diketahui merupakan jenis fobia yang dapat berkembang karena fobia spesifik lain [1,5].
Salah satu contohnya adalah nyctophobia atau rasa takut intens dan tidak masuk akal terhadap kegelapan [1,5].
Penderita nyctophobia mengalami rasa takut berlebihan ketika berada di tempat tanpa ada pencahayaan sama sekali [5].
Hal ini bisa berkaitan dengan astrophobia karena antariksa atau segala yang berhubungan dengan luar angkasa cenderung gelap [1,5].
Fobia spesifik lain yang juga berkaitan dengan timbulnya astrophobia pada diri seseorang adalah monophobia [1,6].
Monophobia merupakan fobia atau ketakutan berlebih terhadap kesendirian [6].
Penderita monophobia merasa takut, cemas dan panik ketika ditinggal sendirian di suatu tempat, termasuk saat berada di rumah sendiri [6].
Penderita monophobia juga ditandai dengan rasa takut berpisah dari seseorang yang dekat dengannya walaupun hanya terpisah sementara [6].
Penderita juga akan mengalami ketakutan ketika sedang terabaikan atau terisolasi, berada sendirian bahkan di ruang publik, tinggal sendiri, serta mengalami bahaya saat sedang sendiri [6].
Hal ini bisa menjadi salah satu faktor pemicu seseorang mengalami fobia lain, termasuk astrophobia [1,6].
Alasan mengapa kedua kondisi berkaitan adlaah dengan terdapat salah satu film yang menggambarkan bagaimana kesendirian, kekosongan dan suasana dingin saat berada di luar angkasa [1,6].
Tinjauan Penyebab atau faktor peningkat risiko astrophobia dapat meliputi pengalaman traumatis, faktor genetik, fobia lain yang serupa, hingga faktor tontonan atau bacaan mengenai luar angkasa yang mengerikan.
Gejala utama astrophobia adalah timbulnya rasa tak nyaman, takut, cemas dan bahkan kepanikan ketika terbersit bayangan luar angkasa, kehidupan alien, dan bahkan hanya bintang-bintang sekalipun [1].
Rasa takut dan cemas akan timbul secara persisten ketika penderita harus membicarakan dan membayangkan situasi luar angkasa [1].
Selain, itu terdapat beberapa gejala fisik, perilaku dan psikologis lainnya seperti [1,2,3,4] :
Tinjauan Gejala fisik, psikologis dan perilaku terjadi pada penderita astrophobia dan penderita akan cenderung menghindari segala hal yang berkaitan dengan luar angkasa, termasuk topik pembicaraan mengenai hal tersebut.
Untuk memastikan bahwa gejala-gejala yang dialami oleh pasien benar merupakan fobia spesifik bernama astrophobia, evaluasi psikologis perlu dilakukan.
Evaluasi psikologis dengan panduan kriteria DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual 5th Edition) merupakan metode pemeriksaan untuk gejala fobia spesifik yang umum dilakukan [7].
Seseorang dapat didiagnosa mengalami fobia spesifik ketika memenuhi kriteria gejala DSM-5 dari American Psychiatric Association sebagai berikut [7].
Sebelum terapis menentukan perawatan yang tepat bagi pasien, pasien perlu menginformasikan secara lengkap apa saja gejala yang selama ini dialami [8].
Berbagai pemicu, cara pasien dalam menghadapi dan mengatasi gejala astrophobia, serta hal-hal yang membuat rasa takut dan rasa cemas membaik maupun memburuk pun perlu diberitahukan kepada terapis [8].
Agar lebih aman ketika pasien memperoleh perawatan, pasien juga perlu menuliskan apa saja obat maupun suplemen yang sedang dikonsumsi [8].
Bahkan obat herbal maupun vitamin yang sedang digunakan dapat diberitahukan kepada terapis untuk menghindari efek samping dan memaksimalkan pengobatan pasien [8].
Tinjauan Pemeriksaan psikologis diperlukan untuk mendiagnosa secara pasti kondisi gejala pasien melalui panduan kriteria DSM-5.
Penanganan untuk penderita astrophobia usai didiagnosa adalah seperti perawatan penderita fobia lainnya.
Psikoterapi, pemberian obat-obatan, kombinasi keduanya, serta perubahan pola hidup adalah metode penanganan gejala fobia yang umumnya diandalkan.
Terapi perilaku kognitif selalu digunakan untuk mengatasi gejala gangguan kecemasan, depresi serta berbagai macam fobia spesifik [1,9].
Tujuan utama terapi ini adalah supaya pasien memahami akar ketakutan yang selama ini dideritanya [19].
Setelah mengidentifikasi akar penyebab, terapis akan membantu pasien dalam memperbaiki atau mengubah pikiran, reaksi sekaligus perilaku negatif menjadi lebih positif [1,9].
Terapi eksposur adalah metode perawatan pasien astrophobia di mana terapis akan mengekspos pasien pada sumber ketakutannya [1,2,3,4].
Tidak secara langsung, ekspos yang dilakukan akan secara bertahap untuk membantu pasien melatih menenangkan diri sendiri ketika dihadapkan pada sumber ketakutan (dalam hal ini adalah hal-hal berkaitan dengan luar angkasa) [1,2,3,4].
Terapi eksposur yang dilakukan perlahan mampu membuat pasien terbiasa dengan sumber rasa takutnya, termasuk membantu pasien terbiasa sendiri [1,2,3,4].
Pemberian obat antidepresan dan anticemas juga akan diberikan kepada pasien [1,2,3,4].
Seringkali terapis menggunakan metode perawatan kombinasi psikoterapi dan obat-obatan untuk meredakan gejala astrophobia [1,2,3,4].
Selain psikoterapi dan penggunaan obat antidepresan, terapis juga akan menganjurkan kepada pasien untuk melakukan teknik relaksasi serta meditasi [1,10].
Meditasi yang dilakukan secara rutin oleh pasien mampu meredakan rasa panik dan takut ketika berada dalam situasi yang berkaitan dengan antariksa [1,10].
Teknik relaksasi dan meditasi berfokus pada relaksasi otot dan pernafasan dalam-dalam yang akan menenangkan pikiran serta tubuh secara efektif [1,10].
Melakukan Yoga dan olahraga ringan lainnya dapat membantu memaksimalkan pemulihan pasien dari gejala astrophobia [11,12].
Berolahraga setidaknya seminggu tiga kali baik bagi kesehatan fisik dan mental, terutama bagi penderita gangguan kecemasan [12].
Yoga pun merupakan aktivitas fisik yang tak hanya berfokus pada peningkatan fleksibilitas tubuh, tapi juga ketenangan tubuh dan pikiran [11].
Keduanya bermanfaat bagi pasien agar tetap tenang saat menghadapi sumber ketakutannya.
Tinjauan Penanganan astrophobia meliputi psikoterapi (terapi eksposur dan terapi perilaku kognitif) dan pemberian obat anticemas maupun antidepresan. Pasien pun dianjurkan untuk bermeditasi, Yoga, dan berolahraga rutin untuk memaksimalkan pemulihan.
Seperti pada kondisi fobia lainnya, ketika gejala tidak segera mendapat perawatan yang tepat, kondisi akan terus memburuk tanpa disadari oleh penderita.
Isolasi diri dan depresi dapat dialami oleh penderita sebagai risiko komplikasi terberat. Jika depresi tak memperoleh penanganan, keinginan dan aksi bunuh diri dapat terjadi.
Belum ada langkah khusus untuk mencegah astrophobia, namun gejala-gejalanya dapat ditangani lebih awal apabila segera memeriksakan diri.
Deteksi dan penanganan dini fobia akan menyelamatkan pasien dari risiko komplikasi yang membahayakan kualitas hidup dan nyawanya.
Tinjauan Belum ada upaya pencegahan pasti untuk astrophobia, namun dengan memeriksakan diri dan mendapatkan penanganan dini, risiko komplikasi diharapkan dapat diminimalisir.
1. Lisa Fritscher & Steven Gans, MD. What Is Astrophobia?. Verywell Mind; 2021.
2. René Garcia. Neurobiology of fear and specific phobias. Learning Memory; 2017.
3. William W Eaton, O Joseph Bienvenu, & Beyon Miloyan. Specific phobias. HHS Public Access; 2020.
4. Chandan K. Samra & Sara Abdijadid. Specific Phobia. National Center for Biotechnology Information; 2021.
5. Lisa Fritscher & Emily Swaim. Symptoms and Treatment of Nyctophobia (Fear of the Dark). Verywell Mind; 2021.
6. Lisa Fritscher & Daniel B. Block, MD. What Is Monophobia?. Verywell Mind; 2021.
7. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th ed. American Psychiatric Association. Washington, DC; 2013.
8. By Lisa Fritscher & Daniel B. Block, MD. DSM-5 Diagnostic Criteria for a Specific Phobia. Verywell Mind; 2021.
9. George D. Tsitsas & Antonia A. Paschali. A Cognitive-Behavior Therapy Applied to a Social Anxiety Disorder and a Specific Phobia, Case Study. Health Psychology Research; 2014.
10. Kevin W Chen, MPH, Ph.D, Christine C. Berger, Ph.D, Eric Manheimer, M.S., Darlene Forde, M.A, Jessica Magidson, M.S, Laya Dachman, B.S., & C. W. Lejuez, Ph.D. Meditative Therapies for Reducing Anxiety: A Systematic Review and Meta-analysis of Randomized Controlled Trials. HHS Public Access; 2013.
11. Masoumeh Shohani, Gholamreza Badfar, Marzieh Parizad Nasirkandy, Sattar Kaikhavani, Shoboo Rahmati, Yaghoob Modmeli, Ali Soleymani, & Milad Azami. Exercise in the treatment of clinical anxiety in general practice – a systematic review and meta-analysis. BMC Health Services and Research; 2018.