Makanan, Minuman dan Herbal

6 Bahaya Minum Kopi Instan Setiap Hari

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Kopi instan makin populer karena penyajiannya yang lebih mudah, lebih cepat, serta lebih murah daripada kopi biasa. Diperkirakan lebih dari 50% konsumsi kopi di beberapa negara menggunakan kopi instan[1, 2].

Kopi instan ialah jenis kopi yang terbuat dari ekstrak kopi yang dikeringkan. Pabrik membuat kopi instan dengan menyeduh (brewing) biji kopi biasa untuk membuat ekstrak yang lebih terkonsentrasi[1, 3].

Setelah diseduh, kandungan air dalam ekstrak dihilangkan sehingga terbentuk bubuk kopi yang kering. Bubuk kopi ini akan larut ketika ditambahkan dengan air panas dan langsung siap dinikmati[1].

Akan tetapi, kopi instan bukan hanya kopi versi inferior cepat saji. Kopi instan mengandung bahan-bahan tambahan seperti gula, krimer, pemanis, dan perasa buatan. Konsumsi kopi instan yang dilakukan setiap hari dapat menimbulkan beberapa risiko kesehatan, di antaranya:

1. Gangguan Tidur dan Sakit Perut

Kopi instan memiliki harga yang lebih murah karena menggunakan bahan berupa biji kopi dengan kualitas yang kurang baik. Produksi kopi instan biasanya menggunakan metode air roasted dalam waktu yang singkat (sekitar 10 menit). Metode pemanggangan ini tidak menghasilkan biji yang terlihat terpanggang hingga cukup gelap, menghasilkan kopi dengan kualitas lebih rendah[3].

Kualitas yang kurang baik kopi instan berkaitan dengan kandungan kafein yang lebih rendah dibandingkan kopi biasa. Meski hal ini tidak berdampak buruk bagi kesehatan, namun dapat menyebabkan pecinta kopi secara tidak sadar memerlukan konsumsi dalam jumlah lebih banyak dari biasanya, dan mengarah pada lebih banyak konsumsi kafein[2].

Selain itu, penyajiannya yang praktis dapat meningkatkan kemungkinan pecinta kopi minum lebih banyak daripada biasanya. Minum kopi instan dalam jumlah banyak dan konsumsi kafein berlebih dapat mengakibatkan gangguan tidur dan sakit perut, terutama pada orang yang sensitif terhadap kafein[2].

2. Risiko Kerusakan Saraf dan Kanker

Masalah lain dalam kopi instan ialah kandungan senyawa akrilamida. Akrilamida terbentuk ketika biji kopi dipanggang. Senyawa ini juga ditemukan dalam berbagai macam makanan, rokok, barang rumah tangga, dan produk perawatan diri[1, 4].

Dalam suatu studi tahun 2013 yang dipublikasikan pada Roczniki Panstwowego Zakladu Higieny​, ditemukan bahwa kandungan akrilamida dalam kopi instan dapat mencapai hingga 2 kali lebih banyak dibandingkan kopi yang baru digiling[2, 4].

Menurut studi dalam Nutritional Neuroscience tahun 2014, akrilamida dapat berakumulasi di dalam sistem tubuh dan menyebabkan neuropati (kerusakan saraf)[4].

Selain itu, menurut American Cancer Society, paparan berlebih pada senyawa akrilamida juga berkaitan dengan peningkatan risiko kanker[4].

Meski kadar akrilamida yang terkandung dalam kopi instan lebih rendah dari dari kadar yang berpotensi menimbulkan bahaya, konsumsi secara terus menerus berarti meningkatkan paparan pada senyawa. Sehingga meminum kopi instan secara berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif[1, 3].

3. Risiko Obesitas

Obesitas atau berat badan berlebih ditentukan berdasarkan nilai BMI (body mass index) dan WC (waist circumference). Obesitas dipengaruhi oleh berbagai faktor konsumsi, termasuk peningkatan konsumsi produk minuman yang menggunakan pemanis gula[5].

Kopi instan mengandung tambahan seperti gula, krimer, dan pemanis buatan dalam jumlah tinggi. Sehingga konsumsi kopi instan setiap hari berperan dalam meningkatnya risiko obesitas[6].

Studi tahun 2017, menunjukkan bahwa wanita yang mengkonsumsi kopi lebih dari 3 kali per hari memiliki BMI dan nilai lingkar pinggang yang lebih besar secara signifikan dibandingkan wanita yang tidak mengkonsumsi kopi[5].

Studi lain mengenai kopi instan menunjukkan bahwa konsumsi kopi instan yang menggunakan gula dan krimer memiliki risiko yang lebih tinggi secara signifikan untuk memiliki berat badan berlebih (BMI>23) dan obesitas abdominal daripada orang yang tidak mengkonsumsi[7].

4. Meningkatkan Gula Darah

Penderita diabetes melitus mengalami kesulitan menggunakan gula di dalam aliran darah sebagaimana mestinya. Kondisi ini mengakibatkan meningkatnya kadar gula darah dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan[8].

Kopi instan yang memiliki kandungan tinggi pemanis, perasa, atau krimer sehingga konsumsinya dapat meningkatkan kadar gula darah. Efek ini dapat memperburuk gejala pada penderita diabetes[8].

Menurut American Diabetes Association, dua sendok makan krimer kopi cair biasanya mengandung 11 gram karbohidrat, dengan 10 gram dari karbohidrat tersebut berupa gula[8].

Konsumsi kopi instan secara berlebihan juga dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah pada orang yang tidak memiliki diabetes[6].

5. Meningkatkan Tekanan Darah

Kopi mengandung kafein yang merupakan suatu vasokonstriktor. Vasokonstriktor dapat menyebabkan berkurangnya ukuran pembuluh darah sehingga memicu peningkatan tekanan darah[9].

Peningkatan tekanan darah akibat kopi bersifat sementara, tapi masih dapat diukur 3 jam setelah konsumsi. Beberapa penelitian menduga bahwa jumlah kopi yang dikonsumsi menentukan efeknya pada tekanan darah[9].

Meski kandungan kafein dalam kopi instan lebih rendah daripada kopi biasa, hal ini justru dapat memicu konsumsi dalam jumlah yang lebih banyak. Sehingga tanpa disadari kadar kafein yang dikonsumsi juga lebih tinggi[3].

Meminum kopi instan dalam jumlah berlebih yang dilakukan setiap hari dapat menyebabkan konsumsi kafein melebihi normal. Hal ini dapat mengarah pada terjadinya tekanan darah tinggi[3, 9].

6. Peningkatan Kolesterol dan Risiko Penyakit Jantung

Efek samping lain dari konsumsi kopi instan ialah peningkatan kadar kolesterol buruk atau LDL. Hal ini terutama diakibatkan oleh kandungan krimer dalam kopi instan[6].

Krimer ditambahkan untuk memberi rasa manis dan lembut. Kebanyakan krimer mengandung gula, minyak, dan pengental dalam kadar tinggi. Minyak dalam krimer sering kali termasuk lemak trans tidak sehat karena diproses melalui hidrogenasi sebagian[10].

Konsumsi lemak trans dalam jumlah berlebih dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol dalam tubuh. Peningkatan kolesterol ini dapat berkaitan dengan risiko penyakit jantung[10].

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Clinical Nutrition menemukan bahwa konsumsi kopi berat jangka panjang dengan 6 cangkir atau lebih per hari meningkatkan jumlah lemak dalam darah, mengakibatkan risiko lebih tinggi terhadap penyakit kardiovaskuler[11].

Peningkatan kadar lemak darah terjadi karena kopi mengandung senyawa peningkat kolesterol yang sangat ampuh yang disebut cafestol. Kopi instan mengandung cafestol lebih rendah dibandingkan kopi biasa, sehingga cenderung lebih aman untuk menjaga kadar lemak darah dalam rentang normal[11].

Akan tetapi konsumsi kopi instan yang dilakukan secara berlebihan dapat menimbulkan efek yang sebaliknya. Kadar lemak atau kolesterol dalam darah yang tinggi dapat mengakibatkan pembentukan plak dalam pembuluh darah[11].

Seiring waktu, plak membuat pembuluh darah menjadi kaku dan mengalami penyempitan sehingga tekanan darah meningkat. Plak juga berpotensi menyumbat aliran darah, mengarah pada terjadinya stroke dan serangan jantung[11].

1. Adda Bjarnadottir, MS, RDN (Ice). Instant Coffee: Good or Bad? Healthline; 2019.
2. Karen Hart. The Real Reason You Shouldn't Drink Instant Coffee. Mashed; 2020.
3. Joey Keogh. You Should Avoid Drinking Instant Coffee. Here's Why. The List; 2020.
4. Andrea Boldt, reviewed by Janet Renee, MS, RD. Is Instant Coffee Bad for Your Health? Live Strong; 2021.
5. Jeonghee Lee, Hye Young Kim, and Jeongseon Kim. Coffee Consumption and the Risk of Obesity in Korean Women. Nutrients; 2017.
6. Lucky Setyo Hendrawan. Drinking Instant Coffee Too Much is Bad for Your Health. Times Indonesia; 2020.
7. Kim H.J., Cho S., Jacobs D.R., Jr., Park K. Instant Coffee Consumption May Be Associated with Higher Risk of Metabolic Syndrome in Korean Adults. Diabetes Res. Clin. Pract. 2014
8. Marcy Reed. Does Coffee Creamer Raise Glucose Levels? Live Strong; 2021.
9. Louisa Richards, reviewed by Deborah Weatherspoon, Ph.D., R.N., CRNA. Does Coffee Raise Blood Pressure? Medical News Today; 2020.

Share